SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

UAN DIULANG: BANYAK SISWA YANG STRESS

UAN diulang: PENDIDIKAN YANG KURANG / TIDAK MENDIDIK?

UAN Diulang: PEROSALAN PENTINGKAH?

Akhir-akhir ini, berita yang menarik dan bahkan tidak kalah menarik dengan berita tentang Prita maupun tentang Pilpres juga berita tentang perselisihan hasil Pemilihan Legislatif, yakni adalah berita tentang UAN yang diulang di beberapa daerah dan di beberapa sekolah. Bahkan kalau boleh dikatakan, persoalan UAN yang diulang tidak boleh diabaikan begitu saja oleh pemerintah atau para pejabat yang mengaku dirinya sebagai wakil rakyat yang berjuang untuk menciptakan kehidupan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik. Hal ini kiranya perlu mendapat perhatian khusus, karena yang menjadi focus keterkenaan akan peristiwa ini adalah anak-anak, mereka adalah usia yang rentan terhadap dampak negative dari peristiwa tersebut. Usia mereka adalah usia yang dalam proses pembentukan diri, mencari jati diri dan usia belajar dengan menyerap dari apa yang mereka lihat, dengar dan alami. Bila ternyata dalam usia mereka, mereka sudah mengalami peristiwa dampak negatif dari UAN di ulang, padahal menurut mereka hal itu bukan karena perbuatan mereka, itu tentunya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan kepribadian mereka, yang tentunya bisa berdampak negative yang tidak dengan sendirinya dan mudahnya untuk dilupakan, karena hal itu menjadi salah satu bagian dari sejarah hidup mereka. Akibat negative dari peristiwa itu mempengaruhi hidup mereka, dan tidak dapat diolah dengan baik, tentu akan berdampak pada masa depan mereka. BIla hal ini terjadi, siapakah yang akan merasakan dampaknya? Tentu bukan hanya diri mereka sendiri, tetapi juga bangsa kita sendiri, karena mereka adalah bagian dari generasi bangsa ini. Namun nampaknya pihak terkait kurang memperhatikan dampak dari peristiwa tersebut, mereka para pemegang kuasa hanya dengan gampang memberi alasan dan mengatakan UAN diulang, bahkan dengan ‘kewibawaan’ yang semu mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mengikuti UAN ulang atau UAN susulan, mereka dianggap tidak lulus. Wah kalau sekiranya mereka itu setelah terpilih atau diangkat untuk memangku jabatan mereka, dan ternyata ada proses pemilihan ulang lagi, apakah mereka akan menerima begitu saja? Protes, keberatan dll adalah hal yang manusiawi.

SEKILAS ALASAN UAN DIULANG
Secara singkat dikatakan beberapa alasan UAN diulang yakni:

1. Di beberapa sekolah temukan dan terbukti beredarnya kunci jawaban soal-soal ujian.
Fakta ini mungkin memang terjadi, ada kunci jawaban yang ditemukan dari siswa peserta ujian dan mungkin juga ada yang ditemukan dari pihak sekolah atau pendidik. Kalau ini alasannya, mungkin tetap bila UAN di ulang di tempat dimana ditemukan kunci jawaban soal. Namun meskipun demikian, tidak segampang itu persoalannya, karena masih ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan:

a. Apakah semua siswa yang mendapat kunci jawaban?
Mungkin saja tidak semua, siswa yang mempersiapkan diri dengan baik dan siswa yang berprestasi tentu tidak terlalu membutuhkan kunci jawaban itu, kalaupun mungkin dia mendapatkannya, bisa saja karena desakan atau tawaran pihak pihak lain. Dengan demikian, bijaksanakah bila UAN diulang untuk semua siswa?

b. Kunci Jawaban beredar.
Siapa yang membocorkannya dan mengedarkannya? Tentu bukan siswa tetapi kalangan yang berkompeten untuk hal itu.

c. Mengapa beredar?
Seringkali alasannya dikatakan Karena nilai standard kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah ‘sangat’ tinggi. Sehingga pihak sekolah yang merasa tidak mampu memenuhi nya berupaya agar para anak didiknya semuanya lulus, sebab kalau tidak pihak sekolah akan mendapatkan sanksi, misalnya: Pihak sekolah dianggap tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, bisa saja akhirnya mereka dimutasikan, dll. Pertanyaan kita: Apakah penetapan nilai standard nasional kelulusan itu sudah memenuhi prinsip keadilan?

2. Ditemukan Indikasi Kecurangan.
Alasan ini menarik, karena dikatakan adanya indikasi kecurangan, entah itu kunci jawaban yang beredar, atau pihak sekolah membantu para siswa mengerjakan soal-soal. Bahkan seringkali dikatakan maupun ditemukan bahwa indikasi kecurangan ini dilaksanakan dengan cara terencana, dikoordinir oleh pihak sekolah atau pihak-pihak tertentu, yang tentunya bukan siswa. Kalaupun hal ini terjadi, perlu direnungkan kembali menapa sampai terjadi? Tapi yang namanya indikasi berate masih berupa preasumsi, praduga, belum terbukti. Nah, bila masih dalam status demikian, apakah UAN ulang merupakan keputusan yang bijaksana?

3. Lembar Jawaban Siswa tidak bisa dipindai atau dibaca alat ‘canggih’.
Hal ini alasan yang sangat menarik. Dikatakan bahwa banyak lembaran jawaban siswa tidak bisa dibaca alat canggih yang sudah dipersiapkan. Dalam hal ini kita tidak usah mempersalahkan siapa-sipa, tetapi kita renungkan, mengapa bisa terjadi:

a. Bisa saja alatnya yang rusak atau kurang dipersiapkan dengan baik.
b. Bisa saja ada kekeliruan dalam bahan-bahan yang digunakan saat ujian, sehingga tidak dikenal oleh alat canggih tersebut.
c. Mungkin saja ada kekurangan informasi kepada pihak sekolah maupun pihak siswa dalam hal tata cara ujian atau menjawab soal. Dll.

Tetapi dalam kenyataan, alasan ini menjadi salah satu sebab diadakan UAN ulang. Apakah ini tindakan yang terbaik? Karena bisa saja dan memang terbukti, bahwa banyak anak berprestasi, yang yakin mampu menjawab soal-soal dengan baik mereasa dirugikan. Kalau memang alat tidak bisa membaca lembaran jawaban, kan bisa dikoreksi dengan cara manual? Mengapa cara manual tidak diambil sebagai jalan keluar dari persoaln ini? Tentu pasti akan banyak alasa: misalnya dikatakan tidak ada waktu cukup banyak untuk mengoreksi, tidak ada tenaga, dan tidak ada anggaran untuk menggaji para pengoreksi secara manual. Setiap pertanyaan, memang selalu ada alasan atau jawaban dan setiap orang pasti mencari dan mengupayakan alasan dan jawaban.

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Pemerintah telah menentukan standard kelulusan nasional. Hal ini baik, demi melahirkan generasi bangsa yang berpendidikan dan perpribadi baik tentunya. Tetapi apakah hal itu sudah mempertimbangkan prinsip keadilan?

a. Sarana dan Prasarana yang Penunjung
Sekolah yang sarana dan prasarana sudah baik, tentunya standard kelulusan yang ditentukan pemerintah bukanlah menjadi soal, mereka akan bisa memenuhinya, bahkan mungkin melebih yang telah ditentukan. Tetapi bagaimana dengan sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang ada di pedesaan dan pelosok-pelosok?
Siswa, orang tua siswa dan juga pihak sekolah tentu menyambut baik tujuan pemerintah dalam menentukan nilai standard kelulusan yang dengan asalan untuk meningkatkan mutu pendidikan, mereka tentu mengharapkan agar anak-anak mereka dapat memenuhinya. Namun bagaimana sekolah-sekolah yang di pedesaan dan pelosok bisa memenuhi tuntutan tersebut, karena mereka tidak memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk itu, misalnya saja:
- Gedung sekolah aja sudah mau roboh. Hal ini membuat para siswa belajar tidak konsentrasi, tidak nyaman karena wanti-wanti gedung roboh.
- Ada pula sekolah yang lahannya masih dipinjam dari orang tertentu, dan ada pula yang biaya pembangunan Gedung sekolah belum lunas dibayar kepada pihak pemborong. Ini fakta yang kita tonton TV dan baca di berita Koran bahwa ada sekolah yang digusur dan disegel maupun meubelnya diambil pemborong karena belum dilunasi.
- Dari segi perlengkapan yang perlu untuk pendidikan yang katanya mau bermutu, juga masih sangat kurang di sekolah-sekolah yang ada di pelosok maupun pedesaan.
Persoalan di atas tentu juga menjadi persoalan bagi sebagian besar sekolah swasta yang ada di pedesaan atau pelosok. Seringkali ada suatu pemikiran bahwa sekolah-sekolah swasta adaah tanggungjawab yayasan atau pemilik, karena mereka mendapat masukan dari siswa. Tentu pemikiran ini tidak selamanya benar, karena tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekolah swasta di pedesaan dan pelosok, visi dan misinya bukan untuk mencari laba, tetapi pelayanan. Tapi hal ini seringkali luput dari parhatian sehingga tidak menjadi suatu pertimbangan untuk juga mendapatkan subsidi.

b. Para Guru bekerja sambilan. Mengapa?
Dahulu orang mengatakan bahwa menjadi guru adalah suatu kebanggan dan sangat dihormati. Namun sekarang tidak jarang dikatakan bahwa menjadi guru berarti siap miskin, menderita, melarat dan dicemooh. Mungkin kita pernah mendengar bahwa ada guru yang mengojek sepulang mengajar di sekolah. Ada pula guru yang juga jadi pemulung. Memang hal ini memprihatinkan, karena mereka tidak lagi terpusat pada satu profesi, yakni sebagai guru. Bahkan kadang sulit dibedakan apakah orang demikian profesinya guru atau seorang pemulung atau tukang ojek? Kita tidak bisa dengan gampang mempersalahkan mereka, karena bila gaji mereka telah mencukupi untuk biaya hidupnya dan keluarganya, tentu mereka tidak akan melakukan hal tersebut.

Salah satu alasan yang dikatakan dengan kenentuan nilai standard kelulusan nasional adalah katanya agar para guru sungguh-sungguh serius dalam bidangnya untuk mendidik para siswa. Kata orang-orang pintar itu, banyak guru sekarang yang digaji tapi mengajar asal-asalan. Umumnya orang berpikir dan menilai hanya pada yang terjadi, tidak mencoba melihat mengapa hal itu terjadi. Saya yakin para guru sekarang pintar-pintar, tidak kalah jauh dengan para guru zaman dahulu? Tetapi mengapa secara sepintas mereka demikian? Tentu ada alasan yang mendasar dan perlu manjadi bahan permenungan bersama, yakni kesejahteraan guru yang belum memenuhi standard hidup layak. Mungkin syair lagu Iwan Fals yang berjudul OMAR BAKRI masih berkumandang di seantero nusantara ini. Sebagaimana dalam syair dikatakan bahwa guru mendidik para sarjana, para politikus dan menjadikan siswa ‘hebat’, namun setelah anak didik mereka berhasil, anak didik banyak yang melupakan mereka dan bahkan dikatakan gaji mereka yang kecilpun juga kena sunat. Banyak anak didik yang lupa bahwa mereka berhasil juga terutama karena perjuangan para guru mereka. Guru mendidik, menjadikan para sarjana, para politikus dan orang-orang hebat. Namun sepertinya, orang-orang hebat itu tidak bisa mendidik dan menjadikan guru, dalam arti memperhatikan para guru. Hebatan mana, apakah para guru atau orang-orang hebat tersebut?

c. Sekolah gratis
Sudah lama dikumandangkan bahwa sekolah gratis, bahkan sering para politikus dalam kampanye mengkampanyekan hal tersebut. Di satu sisi hal itu bagus, menguntungkan para siswa terutama dari kalangan ekonomi lemah. Namun sekolah gratis juga suatu dilema, dan membutuhkan suatu permenunan mendalam yang walaupun tentunya jatuh pada keputusan minus malum. Beberapa hal yang kiranya dapat dipertanyakan, misalnya: Sekolah gratis itu untuk siapa saja, apakah juga berlaku untuk anak orang kaya yang ada disekolah tersebut? Wah, gak adil dong. Apkah sekolah gratis juga ditunjang dengan meningkatkan kesejahteraan para guru? Sebab jujur-jujur saja, biaya tambahan yang dikutip dari para siswa (tidak begitu banyak dan tidak sampai membuat para guru jadi kaya raya dan orang tua siswa jadi menderita kelaparan), ini sangat membantu menambah masukan bagi para guru karena gaji yang mereka terima belum sesuai. Dengan sekolah gratis, bisa saja berarti tidak ada lagi pemasukan tambahan bagi para guru. Ini berakibat, lagi-lagi para guru bisa mencari objek lain, kerja sampingan lain. Hal ini mungkin bisa teratasi bila sekolah gratis juga sejalan dengan peningkatakan gaji guru.

SIAPA YANG PEDULI?
Mari kita simak pertanyaan di atas: Siapa yang peduli dengan UAN di ulang dan juga atas semua permasalahan maupun permenungan di atas?
Akibat negative dari semua persoalan sehubungan dengan pendidikan adalah para siswa, yang nota bene mereka adalah generasi penerus dan penentu bangsa kita. Namun adakah yang memberi perhatian secara lebih mendalam?

a. Nampaknya hal UAN diulang kalah penting dengan berita Prita, berita Perselisihan partai atau para caleg dalam memperebutkan kursi, apalagi jauh dikalahkan oleh berita PILPRES. Apakah bisa dikatakan bahwa masalah pendidikan atau UAN diulang hanya masalah sangat kecil, sepele, buang-buang waktu untuk mengurusinya?

b. Mungkin ada juga yang prihatin, mau mengurusi masalah UAN diulang dan masalah pendidikan lainnya. Tapi apakah dengan kesungguhan, atau hanya sekedar numpang mampir atau numpang lewat aja?

c. Para calon Presiden dan Wakil Presiden, apakah sudah ada yang memberi perhatian akan hal ini?

b. Bagaimana dengan sekolah-sekolah, siswa-siswa, juga SEKOLAH-SEKOLAH KATOLIK yang tidak terkena akan UAN ulang, apakah juga memberi perhatian akan persoalan ini? Kalau juga prihatin dan memberi perhatian, sejauh mana, atau hanya sekedar numpang lewat aja?

MARI KITA RENUNGKAN BERSAMA dan BERBUAT SESUATU!!!

Surat KWI

Surat KWI kepada Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden
Kepada Yth.Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden
Republik Indonesia


Dengan hormat,

Pertama-tama kami ucapkan selamat kepada saudara-saudari calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia, atas keberhasilan saudara-saudari sampai pada sebuah tahap yang sangat penting dalam proses penentuan untuk menjadi presiden dan wakil presiden. Presiden dan wakil presiden terpilih merupakan sebuah kedudukan dan jabatan yang sangat menentukan hidup bersama warga negara Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Kalau negara Indonesia ini diibaratkan sebuah bahtera, presiden dan wakil presiden adalah nahkodanya. Siapa pun yang terpilih menjadi nahkoda merupakan orang-orang yang bertanggung jawab untuk membawa bahtera itu dalam mengarungi lautan zaman. Untuk itu pikiran jernih, kehendak baik dan tindakan-tindakan terorganisir rapi demi kesejahteraan seluruh bangsa merupakan unsur-unsur yang hendaknya terus dikembangkan.

Kami, seperti juga teman-teman lain, menengarai adanya batu-batu karang yang membahayakan perjalanan negara kita dalam mencatat sejarah. Inilah yang kami mohonkan agar mendapat perhatian khusus dan dipergunakan sebagai alat untuk mengukur diri, apakah saudara-saudari pantas menduduki jabatan sebagai presiden dan wakil presiden. Batu-batu karang yang mengancam bangsa Indonesia ini memang bukan temuan kami sendiri. Kami mengalaminya secara langsung karena sebagai Jemaat kami hidup di dalam masyarakat; kami adalah bagian yang tidak terpisahkan dari warga bangsa. Tentu saudara-saudari pernah menghadapinya sendiri ketika memegang jabatan penting di pemerintahan selama ini.
1. Pengabaian Pilar-Pilar Bangsa:
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan pemersatu bangsa yang kita banggakan. Itu merupakan pilar penopang rumah bersama yang kita huni ini, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selama ini pilar-pilar tersebut digerogoti seperti tiang rumah dimakan rayap. Dari luar masih kelihatan utuh, tetapi berkali-kali dirusak sendiri bahkan perusakan itu dipelopori oleh mereka yang diharapkan untuk mempertahankannya. Sumpah jabatan presiden dan wakil presiden hendaknya juga dimaknai sebagai sumpah setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kebhinnekaan Indonesia.
2. Pendidikan yang Tidak Mencerdaskan
Pendidikan yang bermutu dan merata bagi setiap warga negara Indonesia akan memenuhi cita-cita bangsa Indonesia untuk mencerdaskan bangsa Indonesia. Sekarang ini kita memerlukan perbaikan sistem pendidikan kita. Pemerintahan di bawah masa jabatan saudara-saudari hendaknya dengan jelas mengusahakan pendidikan yang bermutu bagi semua warga bangsa Indonesia. Selama biaya pendidikan begitu mahal apalagi bermutu rendah maka masa depan bangsa Indonesia berada dalam bahaya pembodohan massal. Bahaya itu semakin mengancam kita, karena majunya pendidikan di negeri-negeri lain. Generasi muda bangsa-bangsa lain maju dengan pesat karena didukung oleh sistem pendidikan yang baik dan generasi muda kita akan tertinggal semakin jauh.Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan nasional, sebaiknya pemerintah memberikan kebebasan dan dukungan kepada lembaga-lembaga pendidikan swasta yang selama ini sudah berjasa membantu pemerintah dalam mencerdaskan bangsa. Peran aktif lembaga-lembaga pendidikan swasta ini sebaiknya difasilitasi dan dijamin kebebasannya untuk ikut menentukan sistem pendidikan nasional dan bukan membatasi ruang gerak lembaga-lembaga itu dalam berperan aktif mencerdaskan bangsa.
3. Lemahnya Penegakan Hukum
Sebagai negara hukum, Republik Indonesia perlu meningkatkan kredibilitasnya. Dalam agenda kerjanya hendaknya pemerintah segera memberikan prioritas untuk menjamin adanya kepastian hukum yang bertujuan untuk memberantas korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme dan melindungi hak-hak sipil, politik, ekonomi, budaya, serta menindak pelanggaran Hak-Hak Asasi Manusia.Mengingat besarnya bahaya korupsi presiden dan wakil presiden terpilih hendaknya tetap mempertahankan dan memperbaiki mekanisme dan sistem kerja pengadilan khusus.Hendaknya presiden dan wakil presiden terpilih dengan tegas memberantas tindakan-tindakan anarkis, main hakim sendiri dengan cara-cara brutal dan premanisme. Bila itu terjadi maka kita boleh mengharapkan kestabilan ekonomi, politik, hukum dan pada akhirnya warga negara akan merasa aman.Negara Republik Indonesia menjamin setiap hak asasi warga negaranya tanpa membedakan latar belakang ekonomi, politik, agama, etnis dan gender. Buruh dan perempuan memiliki hak asasi yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya. Bila hak mereka dilindungi maka mereka tidak harus meninggalkan tanah air dan keluarganya untuk menanggung aib karena pekerjaan yang dilakukan dan perlakuan dari majikannya tak beda dengan perbudakan, yaitu perbudakan modern. Presiden dan wakil presiden terpilih hendaknya segera dengan nyata menunjukkan usaha dalam melindungi hak-hak asasi buruh dan perempuan.
4. Perusakan Lingkungan hidup
Lingkungan hidup kita sedang menuju kehancuran. Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa selama beberapa dasa warsa ini setiap tahun hutan-hutan Indonesia, berjuta-juta hektar, mengalami perusakan sehingga tak dapat dipulihkan kembali. Perusakan lingkungan yang berkepanjangan akhirnya merupakan tindakan yang melanggar hak hidup seluruh ciptaan. Lingkungan yang rusak adalah tanda yang jelas kerusakan bangsa kita.
5. Kesenjangan Tingkat Kesejahteraan.
Para pendiri bangsa Indonesia memaknai sila kelima Pancasila, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" sebagai kesejahteraan lahir batin bagi seluruh warga secara merata. Sampai sekarang jurang kaya dan miskin di negeri kita tidak dapat disembunyikan lagi. Mengapa terjadi demikian? Ada banyak faktor menjadi sebab adanya jurang kaya dan miskin itu. Salah satu faktor yang menentukan adalah tidak adanya kehendak kuat dari pemerintah untuk mencabut akar-akar kemiskinan itu sendiri. Pemerintah terpilih harus mampu membangun ekonomi yang sejak semula mengembangkan potensi ekonomi rakyat yang juga tangguh dalam pergumulan ekonomi dunia.Kemiskinan yang mencolok mata dan berakibat langsung bagi gencrasi muda bangsa Indonesia adalah busung lapar. Negeri yang pernah mendapat gelar sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam dan subur ini sekarang harus menjadi saksi busung lapar bagi anak-anak bangsanya. Busung lapar hanya menjanjikan generasi yang hilang. Tubuh dan otak mereka tidak tumbuh dan tidak berkembang. Mereka diam-diam merintih karena tidak memiliki suara lagi untuk mendesahkan deritanya.Pemerintah yang baru harusnya sudah akan menilai dirinya gagal bila tidak sejak awal membuat program yang jelas untuk mengatasi masalah ini.
6. Penyalahgunaan Simbol Agama
Kekuatan bangsa Indonesia ada pada kebhinnekaan agama, keyakinan, budaya dan etnis. Agama dan kepercayaan merupakan kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai krisis. Rakyat masih bertahan hidup meskipun di dalam kemiskinan dan kesulitan, karena masih beriman kepada Yang Maha Kuasa. Tetapi betul-betul sangat disayangkan bahwa agama kerap dipergunakan untuk tujuan di luar makna dan peran agama itu sendiri. Agama yang memiliki nilai universal yang mengungkapkan keluhuran Ilahi dan kemuliaan manusia, dipergunakan sebagai alat untuk membedakan dan menindas kelompok lainnya. Perbedaan dalam pemahaman akan keyakinan dalam suatu agama tidak digunakan untuk saling memperkaya satu dengan lainnya tetapi perbedaan itu digunakan untuk dipertentangkan. Hal itu terjadi di negeri kita, antara lain dengan membuat peraturan perundang-undangan yang berdasarkan pada aturan satu agama.

Demikianlah batu-batu karang yang mengancam berhasilnya perjalanan bangsa dan Negara Indonesia dalam mengarungi sejarahnya. Sebagai akhir kata, bersama ini kami sampaikan daftar 151 peraturan daerah yang dikenal sebagai peraturan yang bertentangan dengan Pancasila. Peraturan-peraturan daerah itu bagaikan puncak karang yang secara kasat mata menghadang bahtera bangsa kita. Untuk menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, kami menganjurkan kepada presiden dan wakil presiden terpilih untuk membatalkan 151 peraturan daerah ini dan yang semacamnya, serta tidak pernah akan mengesahkan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan konstitusi Republik Indonesia.
Saudara-saudari calon presiden dan calon wakil presiden, demikianlah seruan kami ketika kami sedang bersama rakyat negeri ini menimbang-nimbang siapakah yang akan kami pilih sebagai pemimpin negeri ini. Besar harapan kami bahwa seruan ini mendapatkan perhatian, karena kami melihat dan mengalami bahwa pemimpin yang baik merupakan syarat mutlak bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai bersama.Bagi siapa saja yang nanti mendapat kepercayaan rakyat untuk menjadi presiden dan wakil presiden, kami ucapkan selamat bekerja dan kami menyediakan diri untuk bekerjasama dalam mengusahakan kesejahteraan bersama.
Teriring salam dan hormat kami,

Konferensi Wali Gereja Indonesia
Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM.Cap (Ketua) - Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka, M.S.F. (Sekjen)


MENGASIHI ALLAH

KATANYA MENGASIHI ALLAH,
NYATANYA MEMBENCI SESAMA


Rasa dendam yang ma­sih bercokol di hati dapat menye–babkan sema–kin kita bertindak dan berkata -kata yang menyakit–kan satu sama lain. Keindahan, keba–hagiaan hidup ini, sering kali hilang atau paling tidak berkurang karena ketidakmampuan atau penolakan kita untuk mengampuni dan menyembuhkan luka-luka batin kita.

Pengampunan
Pengampunan dapat dimengerti sebagai sua–tu keputusan berniat untuk melepaskan rasa sakit hati. Keputusan untuk mengampuni rasa sakit hati tidak serta merta berarti bahwa kita telah memaafkan. Kepu–tusan itu sendiri belum mengurangi rasa sakit. Tetapi dengan keputus–an tersebut, kita sudah berniat untuk tidak me–nikmati rasa sakit dan menyimpannya dalam hati serta membenci atau menolak orang yang menyakiti diri kita. Setelah mengadakan pengampunan pun mung–kin kita masih memiliki perasaan negatif terhadap orang yang telah menyakiti hati kita. Mengapa? Sebab pengam-punan bukan merupakan masalah perasaan saja, pengampunan juga menyangkut suatu niat atau kemauan.
Tanda-tanda pengampunan sejati adalah kita dapat berdoa bagi orang yang menyakiti hati itu dan secara tulus mengharapkan dia berada dalam kea–daan yang baik; dan jika dibutuhkan membantu orang tersebut dalam situasi dan kondisi tertentu. Seorang Kristen diwajibkan untuk mengadakan pengam–punan dan pendamaian. Santo Paulus berulang-ulang mengingatkan kita agar selalu berusaha mengatasi perbedaan-perbedaan (bisa kita lihat dalam 1 Kor 1:10-16; Ef 4:29-32; 1Tes 4:12-18).

Dasar Pengampunan: Cinta
Mencintai Tuhan seperti mencintai diri sendiri dan sesama harus menjadi persembahan yang terbesar dalam kehidupan kita. Sebaliknya, membenci Tuhan atau seseorang merupakan tindakan melawan cinta dan meng–hancurkan kemampuan manusia untuk mencinta. Tuhan adalah kasih dan penuh cinta, maka kebencian berla–wanan dengan Tuhan. Kebencian meru–pakan sumber dosa karena kebencian adalah akar dan sumber tindakan-tindakan jahat. Kesabaran itu mene–tralkan kebencian, pengampunan me–nyembuhkan kebencian, dan belas kasih serta kemurahan hati mengangkat sikap dan tindakan orang yang penuh kasih dan pengampunan ke tingkat mencinta. Seseorang yang sudah sampai pada tahap mencinta akan memiliki sikap menghargai, menerima, dan melibatkan peranan Tuhan dalam kehi-dupannya. Pengampunan dan kasih meningkatkan kemampuan kita untuk mencintai sesama seperti diri sendiri, sebagai–mana Tuhan mencintai kita dan sesama. Belaska–sihan berarti menaruh kasih, ikut menderita bersama yang lain, berduka cita bersama dengan yang sedang berduka cita dan tertimpa kema–langan dengan niat untuk mendorong. Sikap belas kasih demikian seperti yang disabdakan Tuhan Yesus, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jia ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali ...?” “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:21-22). Di lain kesempatan Yesus berkata, jikalau seseorang berkata, “Aku mengasihi Allah”, tetapi ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta karena barang siapa tidak mengasihi sau-daranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Perintah ini kita terima dari Dia: Barang siapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1Yoh 4:20-21).
Mencinta dan mengampuni merupakan dua sikap yang tak dapat dipisahkan. Keduanya saling me-nunjang dan men–dukung. Kita hanya dapat mengampuni karena kita mencintai dan karena kita mencintai maka kita rela mengampuni. Sema-kin kita sering mengampuni, semakin bertambah besarlah cinta kita.

Bagamana caranya?
Belajar mencintai seperti yang dike–hendaki Tuhan, pertama, kita harus memiliki keyakinan bahwa kita dapat mengu-bah karakter kita. Kita harus yakin bahwa kita dapat berubah dan kita sendirilah yang menentukan perubahan itu. Bahkan kita dapat mengem–b­angkan dan meningkatkan mutu karakter kita yang positif (bdk.Mrk 10:18 dan Mat 19:17).
Jika kita yakin bahwa kita dapat berubah, dan berniat untuk berubah menjadi lebih baik, maka kita telah berada pada tahap pertama dalam usaha memperbaiki dan me–ningkatkan watak, yakni mele-nyapkan dari hati kita perasaan benci, iri hati, cemburu, ketakut–an, nafsu-nafsu, dan harapan-harapan yang melebihi kebu–tuhan kita, sebab hal-hal ini sungguh bertentangan dengan sabda Tuhan. Oleh karena itu, marilah kita mengampuni orang-orang yang telah me–nyakiti hati kita paling tidak bersikap sabar kepada mere–ka. Kalau kita mampu melak–sanakan ini, maka kita akan mengalami hati yang damai, tenteram, dan sekaligus memancarkannya kepada sesama.
Kedua, belajar untuk tidak lekas bersikap dan bertindak marah kepada orang-orang yang bersalah, keliru, dan memiliki kekurangan-kekuran–gan tertentu. Kesalahan dan kegagalan adalah wajar bagi kita manusia. Daripada kita bersikap berang dan marah pada kesalahan dan kegagalan akibat ketidak-sempurnaan manusiawi lebih baik kita menaruh belas kasihan kepadanya. Kesalahan dan kekeliruan dalam bertindak sering kali disebabkan karena seseorang terlalu lemah atau banyak kekukarangan-nya, maka bukan kemarahan yang mereka butuhkan tetapi sikap belas kasihan.
Ketiga, meningkatkan rasa belas kasihan. Kita mencoba membetulkan kesalahan-kesalahan dan memperbaiki kegagalan-kegagalan orang lain, ter–masuk jika kita sendiri yang menjadi korbannya atau yang dirugikan (bdk. Ef 4:31-32). Kita harus saling mengampuni dan mencintai. Kita mencintai seseorang dengan cara tidak memaksakan kehen–dak kita kepada seseorang.

Mengapa harus Mengampuni?

Hubungan dengan Tuhan
Dalam Perjanjian Baru dinyatakan bahwa hati yang tidak bersedia meng-ampuni akan menjadi rintangan hu-bungan kita dengan Tuhan. Yesus mendesak kita, “Dan kalau kalian berdoa, tetapi hatimu tidak senang terhadap seseorang, ampunilah orang itu dahulu, supaya Bapamu di surga juga mengampuni dosa-sodamu” (Mrk 11:25). Lihatlah juga apa yang disab-dakan Tuhan Yesus yang menegaskan bahwa kita harus berdamai dahulu sebelum menyampaikan persembahan kepada Tuhan (Mat 5:23-24). Besarnya cinta Tuhan tidak tergantung pada kemauan kita untuk mengampuni atau tidak. Tuhan tetap akan mencintai kita dalam segala hal. Tetapi, hati yang tidak bersedia mengampuni dapat merintangi cinta Tuhan kepada kita Itulah alasannya mengapa kita harus membersihkan hati dan memberikan pengampunan sebelum kita berhubungan dengan Dia.

Hubungan dengan Sesama
Sikap menolak untuk mengam-puni dan mendamaikan luka batin juga mengurangi kualitas dan kuantitas kita dengan sesama. Kalau kita sering menaruh dendam pada orang lain, kita akan sulit menerima cinta dan mengada–kan komunikasi. Komunikasi dan cinta terhalang oleh perasaan dendam yang kita miliki.

Hubungan dengan Diri sendiri
Pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa hati yang penuh kepahitan bukanlah hati yang berbahagia. Kepahitan tidak hanya akan merusak kesehatan rohani kita tetapi juga mental, emosi, dan bahkan fisik kita. Orang yang tidak mampu men­­–cintai diri-nya sendiri, biasanya juga tidak mampu men­cintai orang lain. Orang yang tidak mampu mencintai dan meng–hargai dirinya sendiri, biasanya juga sulit untuk meng–ampuni dirinya sendiri.
Jadi, kegagalan untuk meng-ampuni dan mendamaikan luka-luka batin akan mengurangi intens-itas dan kualitas hubungan kita dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri.

(Sorang Tumanggor)

KEPENUHAN HIDUP KRISTIANI

KEPENUHAN HIDUP KRISTIANI: HIDUP HARMONIS

Kita ingin hidup berbahagia, ber-makna, dan mencapai kepenuhan hidup. Hal ini dapat kita capai hanya jika kita ingin berdamai dengan diri kita sendiri. Kita sunguh merasa berdamai di pikiran dan di hati saat kita berdamai dengan Tuhan, dengan sesama, dengan diri sendiri, dan dengan alam ciptaan.

Berdamai dengan Diri Sendiri
Kita ingin menjadi orang yang penuh cinta, baik, dan ramah. Kita ingin diterima, dicintai dan pantas untuk mencinta. Namun, kita sering meng–alami banyak fustrasi dan kegagalan untuk mencapai diri seperti yang kita inginkan. Walaupun kita telah berusaha sebaik mungkin, namun rasanya kita hanya mencapai kemajuan yang tidak berarti. Kita lebih mudah untuk meraih prestasi secara professional dan sosial daripada meraih kepenuhan hidup yang lebih kristiani.
Petunjuk bahwa kita berdamai de-ngan diri kita sendiri adalah apabila kita mampu menerima diri kita sebagai–mana adanya, dengan segala kelebihan dan kemampuan kita dengan segala keterbatasan dan kelemahan kita. Kita akan mengalami kedamaian yang lebih besar jika kita dapat menerima orang lain secara apa adanya. Kedamaian akan terasa dalam hati saat kita me–ngakui rahmat Tuhan yang melimpah kepada kita. Jika kita sering berdoa, bersyukur kepada Tuhan atas berkat dan anugerah-Nya yang tak terhitung, kita akan menemukan kedamaian di dalam hati. Ketika kita berdamai dengan diri sendiri, kita akan lebih mudah tersenyum, lebih sabar mendengarkan, menjadi semakin bertanggung jawab, dan terlibat atas kebahagiaan orang lain. Jika kita berdamai dengan diri sendiri, kita tidak mudah bersikap berang terhadap orang lain yang tidak setuju dengan kita. Kita dapat bersabar dan menerima kritikan dengan tenang. Kedamaian menjadikan kita bahagia. Kedamaian menjadikan kita pribadi yang gembira. Damai dalam pikiran dan hati memampukan kita untuk selalu men–syukuri kehidupan dengan segala dinamikanya. Kedamai–an melenyap–kan segala ketakutan dan kekhawatiran yang menggerogoti dan bahkan meram–pok dari kita kebahagia–an yang Tuhan kehendaki.

Berdamai dengan Sesama
Kita memperoleh kedamaian dengan orang lain saat kita mencoba untuk melaksanakan perintah Kristus, yaitu agar kita saling mencintai seperti Ia mencintai kita (lih. Yoh 13:34). Bila kita ingin mencintai orang lain dengan tulus, kita harus menerima dia apa adanya. Kita mengharapkan yang terbaik bagi–nya. Cinta yang tidak berpusat pada diri sendiri memandang kebaikan dan kelebihan orang lain dan membantu kita untuk mengakui orang lain sebagai makhluk Tuhan yang unik dan istimewa, mencintai dia dengan cinta yang tak bersyarat. Cinta yang sejati adalah penerimaan, bantuan yang tulus, ramah, baik hati, mengampuni, sopan, dan murah hati. Tuhan Yesus memerikan kepada kita motivasi yang kuat untuk mencintai orang lain ketika Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melaku–kannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Cinta kristiani mengajarkan kepada kita agar kita selalu bertindak positif dalam berbagai kesempatan dan cara kepada sesama kita. Kita harus bersi–kap ramah dan bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain. Perintah agar kita mencintai sesama seperti kita mencintai diri kita mungkin singkat dan sederhana. Namun jika kita jujur, kita akan menghadapi banyak kesulitan. Salah satu sebabnya adalah kita tidak sungguh mencintai diri kita apa adanya. Kita merasa sakit menyadari kesa–lahan, kegagalan, kedosaan, dan ketidakpercayaan kita. Langkah utama agar dapat berdamai dengan sesama adalah berdamai dengan diri sendiri. Caranya, mengingat kembali betapa Tuhan mencintai diri kita dengan cinta-Nya yang tanpa syarat. Kriteria dan ketentuan cinta kita adalah cinta Tuhan sendiri yang tanpa syarat itu. Tuhan mencintai kita sebagaimana kita berada sekarang ini dan di sini, tanpa memper–hitungkan apa yang terjadi di masa lalu. Jikalau kita menyadari hal-hal ini, kita akan semakin mudah untuk berdamai dengan sesama. Secara bertahap, kita akan mencintai orang lain tidak hanya dengan keterbatasan-keterbatasan kita, cinta manusiawi kita, tetapi dengan cinta Tuhan sendiri. Tuhanlah yang mengisi cinta dan hati kita dengan cinta dan hati-Nya.

Berdamai dengan Tuhan
Hubungan kita dengan Tuhan tercer–min dari naik dan turunnya pengalaman damai sejati dalam pikiran dan hati kita. Kedamaian adalah buah dari hubungan pribadi dalam empat macam tingkat bubungan, yaitu hubungan kita dengan Tuhan, dengan sesama, dengan diri sendiri, dan dengan alam ciptaan. Kita harus berdamai dengan Tuhan, sesa–ma, diri sendiri, dan alam ciptaan.
Kedamaian pertama-tama merupa–kan buah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Kita memperdalam dan mem–perkaya hubungan kita dengan Tuhan. Caranya dengan selalu menyadari cinta Tuhan yang tanpa syarat dan yang tak pernah berubah kepada kita. Cinta Tuhan tidak pernah memperhitungkan siapa kita dan apa yang telah kita perbuat. Tuhan memberikan cinta kreatif-Nya, kasih pengampunan-Nya yang membebaskan sehingga kita sendiri mampu untuk meneruskannya kepada sesama. Tuhan adalah kasih. Tuhan adalah mahakasih dan satu-satunya sumber kedamaian. Ia disebut Allah perdamaian. Ia menjanjikan keda–maian bagi orang yang mencari diri-Nya.
Ia selalu mengulurkan tangan-Nya untuk merangkul kita, untuk menuntun dan membimbing kita. Tuhan selalu menerima kita dengan penuh cinta, apa pun dan bagaimana pun keadaan kita. “Jangan takut, sebab Aku telah mene–bus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku” (lih. Yes 43:1). Tuhan Yesus meyakinkan kita bahwa Ia akan mengampuni siapa pun yang datang kepada-Nya. Pengampunan-Nya akan mendatangkan kedamaian yang tak dapat diberikan oleh dunia.

Berdamai dengan Alam ciptaan
Sebagai bagian dari keseluruhan jagat raya, kita hendaknya memperbaiki pandangan dan sikap terhadap alam. Kita musti bersahabat dengan alam. Kita dan alam saling berhubungan dan saling tergantung. Kita dipercayai untuk mengelola kekayaan alam secara bijaksana dan bertanggung jawab. Kita harus mengembangkan sikap penghar–gaan dan tanggung jawab penuh atas tindakan kita sehubungan dengan keadaan alam. Kita harus mampu menyadari, mengontrol dan membatasi diri dalam menyangkut alam. Kita mengakui adanya nilai di dalam dirinya sendiri dalam setiap makhluk ciptaan itu. Sebagai orang beriman, iman akan penciptaan oleh Tuhan akan mewarnai pandangan dan sikap kita terhadap seluruh ciptaan Tuhan. (sort)

Perjalan Rohani Bunda Maria

PERJALANAN ROHANI BUNDA MARIA
ADALAH PERJALANAN IMAN KITA
Fr. Robertus Robi S., O.Carm.
Bulan Oktober ditetapkan Gereja Katolik sebagai Bulan Maria, Bunda Tuhan Kita Yesus Kristus. Devosi terhadap Maria yang sangat populer di hati umat beriman diberi tempat yag istimewa selama bulan ini. Bunda Maria adalah Murid Tuhan yang sejati, dia taat pada kehendak Allah, mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah, setia mengikuti Yesus bahkan sampai di bawah salib-Nya. Ia solider dengan penderitaan sesama dan sangat rendah hati. Bunda Maria adalah teladan bagi seluruh umat beriman. Kita harus belajar dari perjalanan rohani Bunda Maria kalau mau menjadi murid Tuhan yang sejati. Menjadi murid Yesus tidak cukup hanya dengan identitas Katolik dan mengikuti upacara ritual saja, melainkan mau diubah dan disempurnakan dalam pertobatan diri terus menerus. Yesus bersabda, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Luk 9:23).”
Perjalanan iman Maria adalah perjalanan batin dari kita, setiap orang Katolik. Dengan menatap, merenungkan, dan mendalami perjalanan Maria, kita bisa mengolah hidup batin kita. Seperti Bunda Maria, hidup imannya bukanlah sesuatu yang statis (tak bergerak), melainkan suatu proses bergerak, jatuh bangun, berkembang layu, maju mundur. Proses yang dinamis ibarat perjalanan yang membutuhkan energi, kekuatan, tujuan dan arah. Ada kalanya tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Kadang bosan, jenuh, capek, krisis iman, tak jarang pula juga merasa sukacita, damai, tentram dan kasih. Itulah dinamika hidup rohani kita. Bilamana kita kepayahan dalam perjalanan ini, Sabda Yesus menguatkan kita, “Marilah kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah daripada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Mat 11:28).” Tahap demi tahap kita mau melangkah maju dalam hidup rohani bersama Bunda Maria.
Ada beberapa tahap perjalanan rohani Bunda Maria:

A. TAHAP I: TAHAP MENGANDUNG YESUS
1. Maria menerima Kabar Gembira dari Malaikat Allah (Lukas 1:28-38)
Pengalaman Maria yang pertama dalam perjalanan rohaninya adalah menerima kehidupan baru yang akan bersemi dalam dirinya terlebih bukan seorang manusia biasa melainkan Putera Allah. Maria, gadis desa nan muda, mendapat Kabar yang sangat luar biasa dari malaikat bukan lewat mimpi melainkan eluruh hidupnya pada Yesus.
Pedang dukacita

2. Maria membawa hartanya ke bait Allah untuk mempersembahkan diri seutuhnya bersama-Nya kepada Allah.
Putranya itu adalah segalanya bagi Maria. Hanya bagi putranya itulah Maria akan hidup. Simeon digerakkan oleh Roh Kudus, mengenali Maria dalam kemiskinan dan keagungannya. Ia mendekati Maria dan mengambil Yesus dari tangannya. Simeon berpaling kepada Maria dan mengatakan kata-kata yang meramalkan apa yang harus diderita oleh perempuan perkasa itu, karena ia hanya mau menjadi hamba Allah semata-mata.
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Tetapi kelak suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri." (Luk 2:34-35)
Maria telah kagum akan kata-kata yang diucapkan oleh malaikat Gabriel, Elisabeth, para gembala dan para majus, Simeon dan Hana yang berisi pujian bagi putranya. Ia tidak menginginkan penghormatan mengabdi Allahnya. Di sini Maria mendapat pelajaran dari Roh Kudus bahwa tidak mungkin mengabdi Yesus Kristus tanpa menderita. Simeon meramalkan bahwa Putranya akan menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan. Putranya akan menderita, tetapi Maria pun akan mendapatkan suatu pedang dukacita yang menembus hatinya.
Salah satu penderitaan paling besar yang dapat dialami oleh seorang ibu ialah menyadari, bahwa hidup yang diberikannya kepada anaknya, tidak dapat dimiliki untuk selamanya. Naluri Maria sebagai ibu hancur sama sekali pada hari Anaknya menyadarkan ibu-Nya, bahwa Ia tidak bergantung dari ibu-Nya dan bukan milik ibu-Nya sepenuh-penuhnya. Maria berkembang menjadi semakin gagah berani, itu bukan karena ia diminta Allah menyerahkan Yesus Putranya kepada rencana Allah yang bertentangan dengan keinginan kodratinya. Memang, ada penderitaan karena itu. Maria berkembang lebih karena Allah meminta dia (dalam iman) untuk mempunyai peranan lebih besar dalam turut menderita bersama Kristus melawan kekuatan-kekuatan jahat.
Maria menderita ketika bersama Yusuf mencari Anaknya yang hilang tiga hari, lalu menemukan Dia di bait Allah sedang mengajar para ahli kitab.
"Ketika orangtua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya, "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Lihat, bapak-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya kepada mereka, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka." (Luk 2:48-50)
Maria tidak mengerti. Ia perkasa, bukannya karena ia menderita, melainkan karena dalam penderitaannya Ia menyerahkan diri kepada kehendak suci Allah dalam iman dan ketaatan penuh kasih. Pedang menembus dia terus-menerus pada tahun-tahun yang cukup tenang dan penuh kegembiraan itu di Nazaret, karena Roh terus-menerus menyiapkan dia untuk menjadi lebih siap sedia berkata "ya" kepada apa pun yang menantikan dia dalam hubungannya dengan Yesus.
Pada pesta perkawinan di Kana, Maria berpaling kepada Yesus dan hanya berkata, "Mereka kehabisan anggur". Yesus menjawab "Mau apakah engkau dari pada-Ku, wanita? Saat-Ku belum tiba." Jawaban itu tampaknya berbunyi sebagai suatu teguran keras; suatu penderitaan lain, karena Maria diingatkan bahwa ia tidak boleh memiliki Putranya yang datang untuk sesuatu yang lebih besar daripada hanya menjadi Putranya saja. Penderitaan Maria yang sejati ialah karena oleh Roh Kudus ia menjadi sadar, bahwa Yesus memanggil dia untuk mengambil bagian dalam "saat"-Nya pada waktu Yesus mencapai puncak hidup-Nya di dunia.
Ketika Yesus ditinggikan di salib, di mana bagi Yesus saat itu merupakan saat kekosongan mutlak dalam kemiskinan roh dan penyerahan tuntas kepada kehendak Bapa karena kasih-Nya kepada kita manusia. Pada saat itu gelap gulita bagi Maria. Hatinya tersobek menjadi dua waktu menyaksikan pandangan mengerikan, melihat Putranya mengalami sakrat maut sampai mati; pada saat itu Maria pun memasuki kesatuan penderitaan dengan Yesus. Maria bersama Putranya beralih dari sikap memegang erat-erat hidupnya ke sikap memberikan sepenuhnya, bahkan sampai puncak kesakitan maut jasmani dan rohani. Penderitaan paling besar dan panggilan terbesar akan keberanian manusiawi terdapat dalam kasih, yaitu melepaskan kuasanya yang terakhir yakni hidupnya sendiri dan bahkan tidak lagi berpegang pada Yesus sebagai Putranya. "Fiat"nya (=terjadilah) yang diucapkan untuk menerima kabar sukacita sekarang mencapai puncak pemenuhannya di bawah Salib.
Karena Maria cukup gagah berani untuk mempersilahkan Allah memilikinya secara penuh dan berbuat apa pun yang dikehendaki-Nya dengan dia, maka ia menderita bersama Kristus. Meskipun begitu, Perempuan perkasa tersebut dalam kesakitannya dimuliakan dengan menjadi ibu suatu keturunan, suatu bangsa baru yang banyak melebihi bintang-bintang di langit, melebihi pasir pantai di laut.
Maria menjadi ibu rohani kita, bukan semata-mata karena Yesus menyerahkan dia kepada Yohanes. Maria adalah ibu kita karena ia adalah ibu Kristus. Yesus Kristus yang lahir dari Maria dan Yesus Kristus itu juga yang di Kalvari membentuk Tubuh Mistik-Nya yang beranggotakan kita merupakan satu kesatuan. Dalam diri Yesus kita mendapatkan kelahiran rohani kita dan keberadaan kita sebagai anak-anak Allah. Karena Maria melahirkan Yesus, maka ia juga ibu kita.
Keberanian kita menjadi orang Kristen
Sebagai orang Kristen, penderitaan yang paling besar akan datang di dalam batin kita, yaitu pergulatan rohani untuk mempersilahkan Yesus Kristus menjadi penguasa mutlak dalam hidup kita. Kita melekat pada benda, maka kita berusaha menemukan kedirian kita melalui milik. Tetapi Yesus datang memasuki hidup kita dan minta supaya kita melepaskan segala-galanya agar kita memiliki Dia sebagai segala-gala kita.
"Hanya satu lagi kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku." (Mrk 10:21)
Selama cara kita mengikuti Yesus tetap hanya berupa memenuhi perintah-perintah longgar dan lahiriah, mudah saja kita menjadi orang Kristen. Tetapi, apabila Allah mulai meminta perlibatan seluruh hidup kita secara lebih penuh untuk mengabdi-Nya, mulailah terasa adanya banyak ikatan. Kita menggeliat-geliut, menentang, mencari dalih, memikir-mikirkan alasan untuk membenarkan diri, menunda-nunda untuk menjawab "ya" secara tuntas. Pokoknya seperti pemuda kaya itu, kita pergi dengan sedih karena kita tidak siap untuk membayar harga yang diminta Yesus. "Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya." (Mrk 10:22)

B. Tahap Kedua: Tahap Selama Perjalanan Hidup Bersama Dengan Yesus
Perjalanan rohani Maria semakin terinternalisasi lewat pengalaman hidup bersama Yesus kurang lebih 33 tahun. Sebagai Ibu Yesus, Maria bergaul akrab dengan Sang Putera dalam ikatan batin yang erat. Maria dan Yusuf mendidik Yesus dengan baik dalam suasana iman dan tradisi Israel. Namun mereka juga dibentuk dan dididik oleh Yesus dalam pengalamannya sehari-hari dengan Yesus. Tak jarang Maria, ‘menyimpan semua perkara itu dalam hatinya (Luk 2:57)’ dan dia menjadi murid Yesus yang sejati dari awal hidup Yesus sampai kematian Yesus di kayu salib, bahkan setelah kebangkitan-Nya dan turun-Nya Roh Kudus.

1. Iman Yang Hidup Sebagai Anugerah Allah: Peristiwa Yesus Dipersembahkan ke Bait Allah (Luk 2:21-41)
Maria dan Yusuf mempersembahkan Yesus ke Bait Allah di Yerusalem karena mereka tahu bahwa Anak mereka adalah Anugerah Allah. Anugerah Allah yang memberikan Hidup yang sejati bagi manusia. Yesus, Anugerah Hidup yang sejati, mengundang manusia terutama bagi Maria dan Yusuf untuk memelihara dan menghayati kehidupan bersama Yesus dalam tubuh, jiwa dan roh. Dengan mempersembahkan Yesus ke Bait Allah, Maria dan Yusuf mengakui bahwa Yesus adalah milik Sang Pencipta. Ada suatu ketidakterikatan dalam keterikatan, artinya Yesus adalah ‘anak mereka, milik mereka’, tetapi pada saat yang sama Yesus adalah milik Allah, bukan milik mereka. Demikian juga iman kita atau kehidupan kita adalah milik Allah yang dianugerahkan kepada kita. Apakah iman atau kehidupan kita menghasilkan buah-buah kebaikan? Apakah kita hanya mau diuntungkan dan menikmati sendiri buah-buah rohani itu? Yesus adalah Persembahan Yang Hidup dan Sejati bagi Allah, keselamatan diberikan cuma-cuma bagi mereka yang percaya.

2. Hidup Yang Penuh Bahaya: Keluarga Kudus Mengungsi ke Mesir (Mat 2:13-23)
Kehidupan Maria dan Yusuf tidak terlepas dari bahaya, yaitu ancaman Raja Herodes. Maria, Yusuf dan Kanak-Kanak Yesus harus mengungsi ke Mesir. Kanak-Kanak Yesus menjadi ancaman bagi Herodes yang gila kekuasaan untuk melenyapkan setiap bayi lahir di Bethlehem yang dianggap sebagai Raja Orang Yahudi. Allah melalui malaikat-Nya memperingatkan dan melindungi Keluarga Kudus Nazaret ini dari bahaya ancaman Herodes.
Iman kita juga penuh dengan ancaman bahaya, yaitu kemalasan, kedangkalan iman, kesombongan rohani, dan keinginan-keinginan daging dan duniawi. Bahaya dapat muncul dari dalam diri sendiri atau pengaruh dari luar diri kita. “Waspadalah dan berjaga-jagalah, jangan sampai Hari Tuhan datang ke atas dirimu seperti pencuri di waktu malam.”

3. Kegelapan Iman: Maria dan Yusuf Cemas Mencari-cari Yesus (Luk 2:41-52)
Setiap tahun orangtua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah dan mengikut sertakan anaknya Yesus. Dalam perjalanan pulang sehari perjalanan, Maria dan Yusuf menyangka Yesus ada di antara kaum keluarga dan kenalan mereka tetapi mereka tidak menemukan Yesus. Kembalilah mereka dengan cemas ke Yerusalem dan selama tiga hari, mereka merasakan kegelapan pikiran, hati dan iman. Setelah tiga hari itu, mereka menemukan Yesus di dalam Bait Allah di tengah-tengah alim ulama. Semua orang sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan Yesus.
Kita bisa mengalami malam gelap rohani yang dialami Maria. Malam gelap yang menyelimuti kegelapan hati yang dingin dan pedih. Seolah-olah Tuhan tidak hadir lagi, tak ada seorang pun yang mengerti dan terasa sendirian. Suatu malam gelap iman yang membersihkan jiwa dari segala sesuatu yang Bukan Allah, yaitu ego-ego, keangkuhan, nafsu-nafsu tak teratur, dan dosa-dosa. Siapkah Anda mengalami proses pemurnian malam gelap jiwa?

4. Maria Teladan Orang Beriman yang Melakukan Kehendak Allah: Siapakah Anda bagi Yesus? ( Markus 3:31-35)
Maria dan saudara-saudara Yesus mau menemui Yesus yang sedang mengajar di rumah ibadat. Mereka berdiri di luar, lalu orang-orang yang duduk mengelilingi Yesus mengingatkan ibu dan saudara-saudara-Nya yang datang. Yesus dengan bijaksana mengatakan, ‘inilah Ibu dan saudara-saudaraku: Barangsiapa melakukan Kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku (Luk 3:35).’ Siapakah Anda bagi Yesus? Sudahkah Anda melakukan Kehendak Allah atau Anda masih mencari keinginan diri sendiri? Bunda Maria menunjukkan kerendahan hati, ketaatan dan pengurbanan yang besar untuk melakukan kenehdak Allah sebagai Bunda, Perantara Segala Rahmat kepada Tuhan Yesus Kristus.

5. Maria Menjadi Perantara Rahmat : Pesta Perkawinan di Kana(Yoh 2:1-11)
Bunda Maria, Yesus dan para murid menghadiri pesta perkawinan di Kana. Para pelayan pesta meminta bantuan Bunda Maria untuk menyampaikan kepada Yesus Kristus karena mereka kehabisan anggur pesta. Tanpa anggur tidak ada pesta perjamuan, anggur lambang sukacita kedatangan mesias, lambang pengharapan dan keselamatan, saat itulah terjadi keadaan kritis. Atas imannya yang besar, Maria menyampaikan kepada Yesus bahwa mereka kehabisan anggur. Maria mengatakan kepada para pelayan pesta, “apa yang dikatakan (Yesus) kepadamu, perbuatlah itu! (Yoh 2:5).” Mukjizat air menjadi anggur yang terbaik dilakukan Yesus Kristus. Maria memang manusia biasa sekaligus pilihan Allah yang dipakai menjadi perantara rahmat bagi manusia. ‘Tota Christi Per Mariam, artinya melalui perantaraan Maria, kita sampai para Yesus seutuhnya.’

6. Sikap Kemuridan Maria: Dari Aksi Menuju Kontemplasi (Luk 2:19.39-40.50-52)
Pada umumnya orang suka berdoa, memohon supaya apa yang disampaikannya kepada Tuhan didengarkan. Manusia suka berbicara dan ingin selalu didengarkan, lalu ia mengatakan, “Dengarlah Tuhan, hamba-Mu berbicara.” Sebaliknya sikap Maria sebagai murid lebih banyak mendengarkan, merenungkan dan melaksanakan Sabda Allah daripada berbicara. Kita ingat bagaimana Samuel menjawab panggilan Tuhan, “Berbicaralah Tuhan, hamba-Mu mendengarkan! ( 1 Sam 3:9.10)” Demikian juga Bunda Maria tidak memusatkan perhatiannya pada ‘aku yang berbicara pada Allah’, tetapi ‘aku yang mendengarkan Allah berbicara.’ Tuhan Yesus lebih memuji Maria yang duduk mendengarkan Yesus, sebab Maria ‘memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil daripadanya’ daripada Marta yang sibuk dengan banyak perkara.
Meneladan Bunda Maria berarti hidup dengan lebih sadar dan penuh perhatian serta selalu berusaha untuk memberi ruang bagi Sabda Allah. Sabda Tuhan, “Berbahagialah yang mendengarkan Sabda Allah dan hidup sesuai dengannya.” Inilah pergeseran dari aksi menuju kontemplasi.

C. Tahap Ketiga: Tahap Melampaui Perjalanan, Tahap Transformasi Dalam Kristus
Tahap transformasi dalam Kristus, yaitu perubahan dari dimensi kontemplasi ke dimensi mistik. Tahap ini melampaui kontrol manusia karena ini semata-mata anugerah Allah. Kita hanya dapat mempersembahkan hati yang murni kepada Allah. Kita dapat ‘mengandung Roh Kudus’ dalam hati kita dan mengikuti jejak Kristus. Kita dapat hidup dengan Maria-Yesus dan mencintai mereka, tetapi kita tak dapat mengusahakan kehadiran mereka. Cinta Yesus kepada Maria melampaui pengalaman manusiawi kita yang terbatas. Perubahan (transformasi) Maria melalui proses yang tidak gampang dan sekali jadi, melainkan melewati perjalanan batin sepanjang hidupnya.

1. Makna Salib Bagi Maria: Pengalaman Padang Gurun (Yoh 19:25-27)
Pengalaman mistik Bunda Maria adalah pengalaman salib. Bunda Maria mengikuti dan memandang jalan salib Puteranya dengan mata kepala, hati dan jiwanya. Yesus Puteranya yang terkasih, dijatuhi hukuman mati, difitnah, dicemooh dengan kata-kata kasar, diludahi, ditampar, ditinggalkan para muridnya. Yesus memanggul salib, jatuh, dan wafat di kayu salib. Penderitaan seorang ibu yang sungguh luar biasa dashyat melihat putera satu-satunya diperlakukan secara kejam. Hati Maria seperti tertusuk pedang yang amat dalam. Pengalaman menyakitkan ini seperti halnya pengalaman padang gurun rohani. Di padang gurun kita dicobai, diganggu, kesepian, gersang, kering, tak berdaya, menakutkan, ingin menghindari, tak ada yang peduli dan membantu. Justru pada saat itulah Tuhan mau memurnikan kita dari ego kita, kepalsuan dan topeng kemunafikan kita, dari keangkuhan rohani, kerakusan rohani, dan segala sesuatu yang menghalangi kita lebih dekat dengan Allah. Padang gurun ini adalah suatu proses penelanjangan diri yang terus menerus dan tak pernah berakhir: mempersembahkan kepada Allah, hati yang murni sehingga dapat merasakan kehadiran ilahi tak hanya setelah kematian tetapi selama hidup.

2. Kebangkitan (Paska): Masuk Padang Gurun Cinta
Maria memasuki padang gurun cinta di mana Kasih Allah mengalir dalam hidup bersama Yesus, Puteranya. Suatu cara baru dari kehidupan dianugerahkan. Kehausan akan Allah dapat dipenuhi oleh anugerah cinta. Kepenuhan ini membangkitkan suatu kerinduan, suatu kehausan yang mendalam. Proses kerinduan dan kepenuhan ialah proses dari kasih yang tak pernah selesai. Pemenuhan yang mendalam akan dicapai ketika kita mati secara fisik untuk hidup secara penuh dalam Yesus dan dalam kasih dari Bapa di surga. Sekali kita mengalami kuasa kehadiran-Nya yang penuh kasih dalam hidup ini, kita dapat memberikan diri secara penuh untuk pengosongan diri. Salib dan kematian Yesus dapat dianggap sebagai masa transisi dari perjalanan-Nya masuk ke dalam padang gurun cinta. Kebangkitan berarti masuk ke dalam padang gurun cinta. Yesus mati sebagai manusia untuk masuk ke dalam kehadiran ilahi. Ia mati untuk hidup dalam Allah. Kematian diri sendiri dan kelahiran kembali dalam Tuhan terjadi bersamaan secara sempurna. Maria berjalan bersama Yesus ke dalam padang gurun, di mana tidak ada jalan sama sekali (buntu). Namun ketika Maria berdiri di kaki salib Yesus, ia memberi kesaksian apa yang melampaui perjalanan rohaninya: padang gurun kasih yang melimpah. Saat penyaliban Yesus adalah saat peninggian-Nya.

3. Kenaikan Yesus dan Turun-Nya Roh Kudus (Kis 1-2)
Tahap transformasi Maria adalah pengalaman akan turunnya Roh Kudus bersama para rasul yang lain. Ia sendiri mengalami apa yang terjadi pada Pentakosta. Ia juga dipenuhi dengan Roh Kudus dan mengidungkan madah keagungan Tuhan. Ia menghidupkan kembali peristiwa Kabar Gembira Malaikat Gabriel dan perasaan yang dulu ia alami sekarang bergema lagi dalam hatinya. Maria telah membuka suatu jalan kerinduan semua manusia: suatu kerinduan yang dibangunkan dengan mau menerima Allah menjadi manusia, mengandung-Nya karena Roh Kudus, lalu dimurnikan ketika Yesus masih hidup dan dipenuhi dalam Kasih Allah yang tak hentinya mengubah selama hidupnya dan sampai akhir hidupnya di dunia.

4. Kematian dan Pengangkatan Maria ke surga (Why 12:1-6)
Bunda Maria diangkat ke surga karena mengambil bagian dalam kemuliaan Putera-Nya, Tuhan Yesus Kristus yang bangkit mulia dan duduk di sebelah kanan Bapa. Karena kesetiaannya pada Yesus, Maria dianugerahi rahmat istimewa oleh Allah di surga. Pengangkatan Maria ke surga berarti kepenuhan hidup yang dipenuhi oleh Kehadiran Allah. Pengangkatan ke surga dapat dimengerti dalam terang Kebangkitan Yesus. Pada akhir hidupnya di dunia, perjalanan untuk mencari dan menemukan Allah sampai pada titik dalam Kasih Allah yang abadi. Dengan merayakan pengangkatan Maria ke surga (dirayakan 15 Agustus), Gereja mengenang bahwa seperti Yesus, Maria juga hidup dalam Kasih Allah dengan tubuh dan jiwanya, serta menjadi Ratu di surga dan di bumi. Dengan mengikuti teladan hidup Maria, kita berharap ikut serta suatu saat dalam kehidupan abadi dalam hadirat Allah Mahatinggi. Siapkah Anda menerima karunia istimewa itu kelak?


RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Jumat 12 Juni 2009
2Kor 4:7-15; Mat 5:27-32

"Alai di bagasan inganan na mura matapor do artanami on, asa Debata nampuna hagogoon na sumurung i, unang hami."

Pangalaho dohot pambahenan ni angka dongan, ndang i gabe sada ukkuran na manontuhon hakristenon manag haburjuon ni sahalak jolma. Tujuan dohot lapatanna, porlu do parrohahonon. Dibahen i, ndang sae holan mamparrohahon aha na tarida. Alana jot jot na taida di ngolu siganup ari, di tingki adong pemilihan kepada daerah, pemilihan DPR manang angka pemilihan na asing, angka calon i tompu marlumba mangulahon ‘haburjuaon’: adong ma i na mambagi-bagi hepeng, boras manang barang na asing, adong ma na markamapanye mandok dirina parholong roha tu angka na metemet jala rade mangurupi nasida molo nunga tarpillit. Asa songon na porsea jolma di hatana, antar laho ma tu pasa, antar laho tu balian dohot manjama sangkul, hape dinamangulahon i ibana mamangke baju na bagak, tung mansai arga, angka perhiasan na arga sude dipangke jala muse didongani angka pengawalna, jala diboan muse angka wartawan. Hape molo nunga hundul nasida, lupa do di sudde naung hea didokna di tingki kampaye. On nunga jotjot terjadi, alai tung pe songoni puang, sai jotjot do halak si songoni tarpillit jala dipillit angka masyarakat i.
Jala i ma memang kenyataan na masa di ngolunta on. Godang jolma i holan mangida hulit luarna, ndang pola parduli toho do sude i diulahon sian roha na ias jala bulus. Boha hita angka sisean ni Jesus Kristus? Sai unang ma nian songon i hita. ingkon ma tuulahon saluhut angka na denggan jala nauli, marhite roha na ias jala bulus, jala unang mengida manang manguhuk dongan holan marnide luarna sajo. Amen.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Kamis 11 Juni 2009
Kis 11:21b-26;13:1-3; Mat 5:20-26

“Molo so andul dumenggan hatigoranmuna sian hatigoran ni angka sibotosurat dohot Parise, ndang habongotan hamu harajaon banua ginjang i!”

Adong piga-piga ragam pangalaho ni jolma taringot tu pelean. Adong jolma molo mangalehon pelean apalagi tu huria, ndang olo ibana diumumhon. Adong muse na ingkon diumumhon, tung pe ndang sadia nadilehonna. Anggo daung, ba olo gabe bonsir parbadaan.
Sadarion on, di bagasan Barita Nauli Jesus mangajarhon taringot tu na mangalehon pelean. Pelean na tutu ima pelean na dipelehon sian roha ni ias jala bulus. Pelean lapatanna mamboan na adong di hita, na dilehon Debata tu hita, suang songoni dirinta sandiri. Taringot tu pelean didok Jesus do, ima, pangalaho ni siseanNa ingkon dumenggan sian angka saboto surat dohot angka Parise. Didok Jesus songoni alana jotjot angka halak parise manang siboto surat mangulahon peraturan dohot haporseaonna, ndang sian ias ni rohana, alai holan asa dipuji, holan asa dibereng jolma, jala muse laho dikepentingan nasida sandiri sambing. Nasida mangulahon i sude, alai ndang adong holong ni roha nasida tu angka donganna. Alani i do dodok Jesus, ingkon dumenggan hatigoran ni angka siseanna sian angka halak parise dohot siboto surat.
Tangkas marhite i, jotjot pelean i diulahon holan ala naung somal diulahon, jala naung songoni i peraturanna, ndang dihayati dia do lapatanni pelean i. Jala ido memang na somal, godang jolma mangulahon haporseaonna holan alani haosamalon, ndang sian roha na ias. Rupani i, molo mandurung di gareja, ba nadilehon ima hepeng na ummetmet do, olo do dilehon hepeng na sulangku be di kode, jala olo do ala maila molo ndang mandurung. Ndang be diida angka jolma, pelean i gabe sada dalan hata mandok mauliate tu Debata siala pasu-pasu naung jinalona, gabe sada dalan laho marbagi dohot angka dongan nahumurang marhite na mangalehon peleanna tu Huria, jala Huria ma na pasahothon i tu angka na pogos. Molo tutu do pelean i diulahon sian ias ni rohana, tontu tarida ma di parngoluanna siganup ari, ima ngolu na manghaholongi dongan, gabe siboan dame hita di parngoluan siganup ari. Gariada ninna Jesus, ndang marlapatan na taulahon i sude molo ndang adong dame ni roha di hita, molo ndang mardame jala mamboan dame hita tu angka donganta. Anggiat marhite hata ni Jesus Kristus sadari on, haporeaonta i, tarida ma di pambahenan holong ni roha tu angka donganta jolma. Amen.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Selasa 9 Juni 2009
2Kor 1:18-22; Mat 5:13-16

Hamu do sira ni tano on! Hamu do panondang ni portibi on!


Godang do halak Kristen di portibi on, alai piga ma na tutu mamparngoluhon haporseaonna? Ra ndang songon godang ni halak na mandok dirina Kristen . Boasa boi songon i? Ra mungkin Alana ninna rohana haporseaon i holan urusan dirina sandiri do. Alani , ninna rohana, tanda na marhaporseaon tu Jesus sae ma holan molo rajin marminggu, rajin martangiang, aktif gabe pangurus Gareja.
Hape nian, haporseaon tu Jesus i ndang holan marlapatan tu diri sandiri alai ingkon gabe sada kesaksian na marlapatan diparngoluan raphon angka dongan. Taringot tu si, di paingot Jesus hita ima hita on do sira dohot panondang ni portibi. Didok Jesus di hataNa hita “Hamu do sira ni tano on! Hamu do panondang ni portibi on!” ndang didok “Naeng ma hamu gabe sira ni tano on! Naeng ma hamu gabe panondang ni portibi on!” Jadi identitas ni halak Kristen ima nasida Sira dohot Panondang di portibi on, sada goar na adong di bagasan dirina, na ingkon diparngoluhon.
Lapatan ni hata i, tung mansai mura taantusi. Songon sira di parngoluan, tung mansai porlu, jotjot hita pangke manang allang. Sira i disaburhon tu sipanganon jala mambahen sipanganon i gabe tung mansai tabo. Alai ndang pola godang sira i dibahen tu sipangaon, alai siapnganon ni gabe tabo. Ai molo godang disaburhon, ba gabe so tabo be sipanganon i. Marhite hata ondeng tangakas ma dipangido Debata asa songoni ma nian ngolunta na marhaporseaon, ngolunta i ingkon ma gabe tabo dihilala angka dongan, tontu marhite angaka pangaluo, panghatiaon dan pambahenan na dengan tu angka dongan. Ai molo songi o ngolunta, tontu boi ma dihilala dongan i tung mansai porlu Debata di nasida songon i hita sandiri, Alana maboan dame dohot silas ni roha.
Laptan gabe panondang ima, songon panondang i patiurhon ngolunta, asa unang tarntutuk, asa boi hita sahat tu tujuan, boi hita marnida sude na humaliang hita. Songi ma nia ngolu ni halak Kristen, gabe sulu di angka dongan na maboan nasida sahat tu Debata, mambahen dongan i boi marnida jala mamillit angka na denggan.
Alai disaluhutna i, tangkas do ta boto, sira molo dipamasuk tu sipanganon, ndang adong be rupana, alai mambahen tabo sipangaon i, dihilala daina na tabo. Songon i pe sulu i, adong na matutung asa ng panondang i. sian tudos-tudos on tangkas di hita, ima asa boi hita gabe sira dohot panondang ni portibi on, ingkon do hita barani markorban, ndang be holan mangau tu dirinta sandiri, ndang be holan mangalului sngkapta sandiri, ala holan manghatindanghon sangkap nio Debata do, alaa porseai hita, holan sangkap ni Debata i do na mamboan hita tu hadameon. Amen.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Rabu 10 Juni 2009
2 Kor 3:4-11 ; Mat 5:17-19

“Ndang ro Ahu mangarumpakkon; na pajongjongkon do Ahu!”

Haroro ni Jesus Kristus di zamannya diripphu laho manggaori angka peraturan naung adong tingki i. Hape haroro ni Jesus Kristus laho pahothon jala manghatindanghon angka paraturan naung adong tingki i. Angka paraturan dibahen laho mangurupi jolma i asa mangolu di dalan na sintong jala doshon sangkap ni Debata. Alai naung masa di tingki i, tung mansai godang paraturan na mardalan nunga ditamba-tamba i angka namarhuaso, angka namora, angka siboto surat laho dikepentingan nasida. Dibahen nasida peraturan, alai napadalanhon angka jolma na met met, jala holan laho kepentingan nasida. Ala ni i do didok nasida Jesus ro laho manegai peraturan naung mardalan, jala mabiar nasida di si, alana molo pola masa i, rugi dihilala angka ‘parjahat i’. Jesus ro ndang laho manegai manang mangorui peraturan naung binahen ni angka panurirang, alai laho padengganhon peraturan i, asa doshon songon alasan peraturan i dibahen. Jala muse, godang jolma i ndang be boi mangida lapatan ni peraturan i, hola asalma padalhon peraturan. i do muse na laho dipadenggan Jesus.
Aha na masa di tingki zaman ni Jesus, tong dope godang masa di tingki on poang. Tung mansai godang peraturan dibahen angka namalu, angka namora, angka pamarenta na sipata holan laho di kepentinganna, manang dikepentingan halak tertentu. Godang mai muse na padalanhon peraturan holan asalma dipadalan, ndang be didalanhon Alana dihaporseai peraturan ini polru di ibana laho mengarahon ibana tu dalan na denggan. Roha si songoni jotjot muse do masa dihuria. Dibahen i, marhite hata Barita Nauli sadari on, molo hita sibahen peraturan, unangma tabahen peraturan holan laho kepentinganta sandiri, alai ingkon kepentingan ni sude jolma laho mamboan jolma tu ngolu na denggan doshon sangkap ni Debata. Muse marhite hata i, unang ma hita dalanhon peraturan i, holan asalma taat, alai sian roha na ias. Muse unang ma tung mansai mura-mura hita manguhum peraturan, gabe tungkang protes di sude peraturan. On olo masa alana ndang sesuai dohot sangkap ni rohana.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Senin 8 Juni 2009
2Kor 1:1-7; Mat 5:1-12


“Martua ma parroha na ias, ai idaonasida do Debata!”


Nuaeng on, di ari Minggu borngin, di tipi adong do acara Golden Ways. On nuaeng acara faforit. Molo nunga tingki acara i, tung mansai torop jolma hundul di jolo ni tipi laho mambegei aha nanidok ni si Mario Teguh. Songon i muse na dohot di acara langsung i stasiun tipi i. Pasti sude na manonton acara i suang songon i sude jolma manghirim di ngolu na marlas ni roha. Marhite na manonton acara i jala manangihon hata ni si Mario Teguh, harap roha na mandapot parsiajaran boha do laho patupahon asa marlas ni roha ibana.
Alai asing muse molo taida di Gareja manang di tingki Ibadat. Di tingki panjahaon, tarlumobi di tingki jamita, ndang piga ruas i na manangihon, gariada olo do laho tu luar gareja, marisap, ndung pe tingki komuni masuk muse. Hape sasintongna, molo tutu taparrohahon, aha nadidok di acara i, ndang sadia dope i molo dibandinghon dohot aha naung tarsurat di Bible tarlumobi naung diajarhon Jesus tu hita. Molo manghirim hita asa marlas niroha hita di ngolu nuaeng on, tarlumobi di ngolu na manontong, tajaha, tahaporseai jala taparngoluhon ma angka hata ni Debata, angka parsiajaran naung dilehon ni Jesus tu hita. Rupani i, sadari on diajari Jesus do hita boha do asa marlas niroha hita di ngolunta on. Di bagasan hataNa sadari on didok piga-piga na boi mambahen hita marlas ni roha, rupani i: tongtong marunduk ni roha di jolo ni Debata dohot dongan, ndang na gabe dirajai arta portibi on, marlambok ni roha, parholong roha, marroha na ias, siboan dame jala barane manghatindanghon haporseaonna tu Jesus Kristus. Ido do dalan habagiaon. Memang tung na mansai borat do mangulahon on, alana porlu pengorbanan. Alai alana ndang olo hita marhansit-hansit, gabe ndang taulahon aha naung didok ni Jesus on. Hape molo barane hita mangulahon aha naung didok ni Jesus, da tung so marlasniroha hita. Soba hita ma mangulahon hata ni Jesus on, pasti do jumpangta lasniroha na so tartuhor marhitet agiaha pe. Ndang mungkin margabus Jesus i mandok hata on. Barane do hita mengulahon hata ni Jesus on?


RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Ul 4:32-34.39-40; Rom 8:14-17; Mat 28:16-20
ARI REA DEBATA SITOLU SADA

"Laho ma hamu, podai hamu ma saluhut bangso, didi hamu ma nasida tubagasan Goar ni Ama. Anak dohot Tondi Parbadia!”

Hea sahali tingki mulak ahu sian Malang tu Sumatera Utara, naek kapal ma ahu sian Surabaya. Di bagas kapal i pas mai ari Minggu, adong ma dibahen anta ekbaktian ekumene jala dohot ma ahu di kebaktian i na dipimpin ni sahalak pandita. Di tingki martangiang ndang pinpit simalolonghu, alai hupanotnoti na dohot i, ninna rohanghu, “Adong do nasida na Katolik marhite na mambahen tanda silang?” Bah sian parbinerengahu, lak soadong poang na mambahen tanda silang. Gabe sungkun-sungkun rohangku, “Songonon torop ni na dohot di ibadat, toho do ndang adong na katolik?” Ndang porseao ahu bahwa ndang adong katolik di tingki ulaon i. Pasti na maila do nasida mambahen tanda silang. Maila mambahen tanda silang, berarti boimai dohonon, maila ibana ptuduhon dirina sahalak katolik. Ala tangkas do taboto, mambahen tanda silang tingki mula dohot mantuup tangiang, holan hasomalan ni katolik do.
Sadari on, tarayahon ari Rea Debata Sitolu Sada. Ra nunga jotjot tabegei taringot haporseaonta on. Alai tung mansai maol tarantusan. Tung pe songon i jotjot marusaha jolma i laho patoranghon haporseaon Debata si tolu sada i. Alana olo do jotjot haporseaonon gabe adong na mandok, Debata ni halak Kristen tolu, ndang sada. Gariada adong muse na mandok, Debata ni halak katolik gumodang dope ima opat, alana ditambai halak i si Maria, ninna.Adong halak hita na laho patoranghon Debata sitolu sadai marhite napatudoshon dohot DALIHAN NATOLU, ima nadidok, somba marhula-hula, manat mardongan tubu jala elek marboru. On upaya do on, alai tong ndang pas, alana dihasadaon ni Debata Sitolu Sadai i tung sada hasadaon na so tarsiranghon, alana di bagasan Ama i, disi do muse mian Anak dohot Tondi Porbadia, songoni sebalikna. Hape molo tapangke tudos-tudos Dalihan na tolu, holan hata tolu nai do na adong, alai hasadaonna, ndang adong, gariada olo do jotjot marbadai holan alani bonsir jambar.
Alani i do didok si Agustinus nabadia i, haporseaon Debata si tolu sadai, sada hahomion bolon ni Debata parholong roha. Alana tangkas tung mansai balga holong ni Debata tu jolmai, ai dijadihon do hita, dilehon tu hita ngolu dohot pasu-pasuNa, jala marhite Debata Anak i lam tatanda ma Debata parholong roha i marhite pangajarionNa, jala tarlumobi mai marhite hamamate, hehehehon dohot hananaekNa tu Surgo. Dung mulak Debata Anak i tu surgo, ai ndang ditadinghon hita songon anak ni manuk na so marina alai sai naeng do tongtong Ibana raphon hita jala hita raphon Ibana , na diujungna masuk surgo. Alani ido, tong do mangolu Ibana raphon hita jala marsaor ibana dohot hita ima marhite Debata Tondi porbadia, ima Tondi ni Debata naung dilehon tu hita di tingki hita tardidi.
Sian hatorangan na jempet on, tangkas ma tutu tu hita, haporseaon Debata Sitolu Sada i, sada hahomion bolon taringot tu holong ni Debata tu hita. Dibahen i, boasa hita tong maila mambahen tanda silang, boasa hita maila molo marhite na mambahen tanda silang i hita sahalak Katolik?

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Sabtu 6 Juni 2009
Tb 12:1,5-15,20; Mrk 12:38-44

“Ai sian lobilobi nasida do didabuhon be; alai ia parompuan an, sian pogosna do didabuhon saluhutna na di ibana, tung sandok hangoluanna i.”


Jotjot molo laho manontuhon sada rapot taringot di parhuriaon, tung mansai maol manontuhon tingki na pas jala dos roha ni saluhut. Ummura do manontuhon tingki rapot diparadatan. Anggo ulaon paradatan, ba andigan pe sai na diadopi do. Di manontohon rapot huria olo do ninna, asa jam pitu borngin ma Alana ninna ai jam onom pe hami mulak sian balian. Adong musa mandok, ba ari Rabu ma unang ari kamis manang jumat Alana Jumat maronan hami jala kami ba papunguhon sigadison marsogot nai. Adong muse mandok ba ari Minggu ma Alana sian ari Senen sampe Sabtu ai maronan do hami.
Soma muse di hurianta na di bona pasogit, ima molo adong tangiang pangidoan jala aong dilehon na mangido tangiang i hepeng hata mauliate, ba ingkon diumumhon do on di tingki tingting. Molo daong diumumhon, olo gabe parbadaan, olo didok ,”ba boasa ndang diumumhon hepeng na hulehon i, na laho golaphonon muda do hepang i?”Hape sosadia nian. Olo do muse ndang olo mangido tangiang, Alana ndang diumumhon. Di gaeeja hata mauliate nadilehonna.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Jumat 5 Juni 2009
Tb 11:-7; Mrk 12:35-37
“Lomo do roha ni natorop i tumangihon hataNa.”

Somalna di hita halak Batak molo adong sada ulaon, olo do jotjot di undangan dibahen ma angka tondong dohot ale-lanena na dohot manggonghon di ulaon i. Somalna dipajojorma angka goar ni nasida tarlumobi mai apalagi molo namora jala marpangkat. Adong sada silaniroha molo ditanda jolma I hita jonok tu sahalak na mora manang marpangkat.
Antar songon i ma na tajaho di Barita Nauli sadari on. Angka siboto surat manghormati si Daud sada raja na bolon, marhite hamaloonna mangatur nagorina dohot hinajonokna tu Debata. Angka i boto surat i mandok ia Mesias i sahalak sian pinompar ni si Daud. Marhite hata ondeng, tangkas adong panghormatan ni nasida tu Mesias, ima Mesias sahalak na bolon jala patut di hormati songon si Daud. Toho doi, alai habalgaon ni Jesus ndang apala Alana sian pinompar ni si Daud Ibana, alai alani hadebataonNa do. Tangkas doi didok si Daud na umbalga do Debata sian ibana, jala alani haporseaonna tu Debata binahen na dipasu-pasu Debata Ibana. Toho do tung mansai bolon Jesus i, gok huaso di tingki mangajari suang songoni di namambahen angka hahomion. Alai hadebataon ni Jesus i, dio na mambahen angka natorop i marlomo ni roha manangihon hata ni Jesus. Jala toho ma tutu diparngoluon ni Jesus na tutu ibana sian pinompar ni si Daud raja na bolon i, alai tarlumobi mai, toho ma tutu imana Mesias i. Suang songoni hita, nunga digoari jala toho nunga gabe anak dohot boru ni Debata hita. Naeng ma nian goar dohot pangkat naung tajalo i sian Jesus, ndang holan goar sambaing, alai tapatuduhon ma di bagasan parngoluanta na tutu hita naung gabe anak dohot boru ni Debata na marhuaso jala parholong roha i. Amen.


VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites