SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

HABITUS BARU : PENGAJARAN AGAMA KATOLIK

HABITUS BARU
DALAM PENGAJARAN AGAMA KATOLIK
(Tulisan ini diberikan pada Pmebinaan Guru-Guru Agama Katolik se-Kabupaten Dairi di Aula Paroki Sidikalang, yang diselenggarakan Bimas Katolik Kabupaten Dairi )

PENGANTAR
Manusia diciptakan oleh Allah secitra dengan diriNya. Manusia memiliki martabat luhur dan merupakan ciptaan Allah yang khusus, berbeda dari semua ciptaan yang ada. Pada hakekatnya hal itu dilakukan oleh Allah adalah Allah ingin berbagi kebahagiaan dengan manusia. Allah ingin agar kebahagiaan yang menjadi milikNya juga dinikmati oleh manusia. Kebahagiaan ini hanya ada padaNya. Dengan demikian manusia akan beroleh dan menikmati kebahagiaan itu sejauh dan bila manusia tetap hidup dalam kesecitraan dengan Allah, menyatu dengan yang menjadikannya.
Namun sejak manusia dijadikan dan hingga sekarang dalam perkembangan zaman kesecitraan manusia dengan Allah sering dipertaruhkan dan dirongrong oleh kemajuan zaman. Perkembangan dan kemajuan zaman bukan tidak dikehendaki Allah, Allah menghendakinya karena itulah Ia menjadikannya jauh melebihi semua ciptaan dan untuk itulah Allah memberikan kuasa bagi manusia untuk menata ciptaan lain diluar dirinya. Namun kemajuan itu seringkali menjauhkan manusia dari citra yang telah melekat dalam dirinya sejak dijadikan, manusia mulai menjauh dari kebahagiaan sejati yang hanya ada pada Allah. Dalam situasi demikian, citra Allah yang ada dalam dirinya berusaha mencari sesuatu yang mulai kabur atau merangkak menjauh dari dirinya, yakni manusia selalu mencari kebahagiaan tersebut. Untuk itu manusia belajar dalam hidupnya, entah itu dari pendidikan formal maupun informal. Pada intinya, manusia belajar dan bekerja adalah untuk mencari dan meraih sesuatu yang sudah sejak dahulu ada dalam dirinya, hanya pencarian dan jalan yang ditempuh oleh manusia seringkali keliru. Kemajuan zaman yang seharusnya memerdekakan manusia tetapi justru ‘memenjarakan’ manusia dalam beroleh kebahagiaan hidup.
Dalam upaya pencarian tersebut, manusia belajar dan menyelenggarakan pendidikan. Semua pendidikan berusaha membantu manusia keluar dari keterbelengguan ketidaktahuan. Romo Mangunwijaya mengatakan bahwa pendidikan itu hendaknya memerdekakan manusia. Pendidikan memerdekakan manusia pada dasarnya untuk menghantar, menuntun manusia pada satu tujuan yang menjadi milik bersama, ada dalam diri setiap orang yakni kebahagiaan hidup. Namun sebenarnya pendidikan yang lebih secara khusus bahkan melebihi semua bidang pendidikan yang mencoba memberi jawaban atas pencarian manusia itu adalah bidang PENDIDIKAN AGAMA/IMAN. Mengapa demikian? Karena kebahagiaan sejati hanya ada pada Allah. Pendidikan Agama pada hakekatnya bertujuan untuk menghantar orang pada iman akan Allah, memberi jawaban atas pencarian yang ada dalam hidup terdalam manusia. Hanya persoalannya, apa ini suatu kenyataan yang disadari atau hanya sebagai ide belaka?

HABITUS BARU
Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) pada Mei 2009 melihat keterpurukan manusia yang mulai menjauh dari Allah, yangmana itu berarti kemajuan zaman dan pengaruhnya secara pelan-pelan tetapi pasti menjauhkan manusia dari Allah, mengarahkan manusia pada jalan pencarian yang keliru. Oleh karena itulah, Gereja menyerukan suatu Gerakan Bersama dalam Gereja Katolik yakni HABITUS BARU: membangun, menghayati dan mewartakan gaya hidup baru yang sesuai dengan hakekat manusia sesuai dengan citranya yang telah dimiliki sejak awal, yang sudah dimeteraikan dalam dirinya. Gerakan ini sebenarnya bukan hal baru, sebenarnya adalah suatu seruan agar manusia kembali pada citranya. Dikatakan Habitus Baru atau gerakan baru adalah karena kebiasaan yang buruk itu sudah lama ‘mencengkeram’ hidup manusia, sehingga hal itu dianggap seakan sudah menjadi lumrah, bahkan dianggap udah menjadi kodrat manusia, padahal sebenarnya tidak, karena tidak ada manusia yang diciptakan jahat sejak awal, Allah tidak menghendaki hal demikian. Dengan seruan Gerakan Baru ini, diharapkan bahwa manusia suka akan hal yang baru, gerakan baru ini menjadi suatu tawaran yang menarik bagi manusia, tawaran yang bersaing dengan produk-produk buatan dunia.
Sidang SAGKI mengajak dan mengarahkan yang baru itu pertama-tama dalam diri manusia atau gerakan itu pertam-tama ditujukan kepada diri manusia itu sendiri, dari situ baru pasti akan melangkah dan berbuah pada perbuatan juga buah dari perbuatan itu akan menghasilkan hal yang baru. Seruan Gerakan Habitus Baru ini ditujukan untuk semua umat Katolik. Seruan ini sudah berlangsung selama 4 tahun. Tetapi apakah sudah menjadi gerakan bersama dalam hidup, atau hanya selogan yang indah untuk di dengar? Apakah sudah menampkan hasilnya? Bagaimana dengan kita: apakah sebagai guru agama yang seharusnya lebih mempopulerkannya sudah menghayatinya dan sudah tampak dalam Pengajaran Agama Katolik sudah dalam bentuk habitus Baru? Atau hanya masih sebatas didengar dan ide belaka?

MELANGKAH MENUJU HABITUS BARU
Seruan Habitus Baru bukanlah suatu seruan yang sekali dikatakan, dan sekaligus jasi. Tetapi seruan gerakan Habitus Baru merupakan suatu proses terus menerus sepanjang hidup. Oleh karena itulah hidup kita ini sepanjang hidup merupakan suatu gerakan melangkah secara terus menerus untuk menuju Habitus Baru, apalagi sasarannya adalah pribadi manusia yang punya kehendak. Nah atas dasar inilah, kita hendak mencoba melihat bagaimana kita bisa melangkah pada Habitus Baru dalam Pengajaran Agama Katolik di sekolah. Perlu diingat, dalam bagian ini kita tidak akan berbicara tetang metode-metode pembelajaran yang sesua dengan Habitus Baru, karena hal itu sudah kita dengar dari penyaji sebelumnya. Namun semuanya itu akan tetap sebagai metode yang indah bila kita tidak menghayati Habitus Baru.
Oleh karena itu, kita mencoba melihat kira-kira apa saja yang perlu kita upayakan dan miliki agar kita bisa mencoba hidup dalam Habitus Baru.

1. Kesadaran Diri

a. Kesadaran diri sebagai Makhluk Secitra dengan Allah

Kesadaran ini yang dimaksudkan di sini adalah menyadari diri sebagai ciptaan Tuhan yang diciptakan secitra dengan Tuhan, yang dikasihi Tuhan dan sebagai ciptaan berharga. Dalam dunia pendampingan anak didik, hal ini sering disebut dengan pengenalan diri, dan sering disebut dengan materi ‘Who am i’.

- Habitus lama
Mungkin mendengar hal ini kita berpikir, ‘Wah hal ini sepele, karena tidak mungkin sudah besar dan menjadi guru agama pula tetapi belum memiliki kesadaran diri yang mantap?’ Boleh jadi kita sudah menyadarinya dan menghayatinya, tetapi sekali lagi ini bukan proses sekali jadi. Sama halnya beriman kepada Allah bukan produk sekali jadi tetapi proses yang berlangsung sepanjang hidup. Mungkin saja kits sudah sedikit banyak memiliki kesadaran diri, tetapi apakah sudah tampak dalam perilaku dan pengajaran kita? Misalnya saja, mungkin kita bisa berkata-kata atau mengajar Agama Katolik kepada para siswa kita, tetapi apakah kita berani seluwes mengajar kepada anak didik ketika kita diminta mengajar anak didik dari keluarga kaya, atau orang yang lebih dewasa, lebih kaya secara ekonomi dan lebih perpangkat di bandingkan kita? Sikap hidup yang merasa tidak perlu lagi merenungkan siapa dirinya, akan jatuh pada kesombongan diri, bahkan kesombongan rohani.

- Habitus Baru
Banyak orang hidup tidak dengan kesadaran penuh akan dirinya sebagai citra Allah, yang dikasihi Allah dan berharga di hadapan Allah. Mari kita menyadari dan menghayati hal ini. Kesadaran dan penghayatan akan hal ini, akan menjadikan kita memiliki moldal dasar untuk mengembangkan diri, karena kita tahu apa yang kurang yang harus kita tambahi dan kita tahu apa yang kita miliki yang harus kita pertahankan dan kembangkan. Kesadaran dan penghayatan ini juga membuat kita memiliki modal awal untuk berani hidup dan berhadapan dengan orang lain. Kesadaran ini pulalah yang hendak kita tanamakan dalam diri anak didik kita.

b. Kesadaran diri sebagai Makhluk ber-Tuhan

Kesadaran ini juga dapat kita sebut sebagai kesadaran diri sebagai orang yang beriman, orang yang membutuhkan Allah dalam hidup.

- Habitus lama
Sekarang ini banyak orang juga kadang para pendidik Agama kurang menyadari dirinya adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Banyak orang merasa dirinya bukan makhluk Tuhan yang membutuhkan Tuhan dalam hidupnya, merasa Tuhan tidak lagi berperan dalam hidupnya, melihat hidup ini semata-mata bisa dijalani dengan mengandalkan usaha, kerja keras dan keberanian menantang resiko kehidupan. Akibat dari semuanya ini akan tampak dari sedikitnya aktivitas orang juga kita sebagai guru agama dalam membangun dan menjalin relasi dengan Allah. Kita menjalani hidup ini sebagai sebagai rutinitas belaka. Oleh karena itulah, tidak jarang para guru Agama, tidak akhif dalam hidup menggereja.

- Habitus Baru
Kita menyadari bahwa diri kita adalah makhluk ciptaan Tuhan, kita adalah makhluk beriman. Dengan kesadaran ini kita selalu menghayati bahwa hidup kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bersama dan dengan bantuan rahmat Tuhan. Oleh karena itu kita akan memandang hidup ini sebagai rahmat, berkat Tuhan dan berusaha menjalin relasi dengan Dia yang telah mengaruniakan hidup, sehingga kita menjalani hidup bukan karena rutinitas, tetapi sebagai kesempatan indah yang diberikan Sang Pemberi hidup. Habitus Baru juga berarti sebagai guru Agama, aktif dalam hidup menggereja, memiliki hidup doa, melandasi hidup dalam doa, bahkan melebihi umat pada umumnya. Dengan dilandasi kesadaran ini, kitapun hendak menanamkan kesadaran ini kepada anak didik dan kepada siapapun kita berelasi dan berinteraksi.

c. Kesadaran Diri akan Pekerjaan

- Habitus lama
Pandangan umum mengatakan bahwa pekerjaan adalah ekspresi diri, wujud dari pernyataan diri. Namun dalam kenyataannya, sekarang ini banyak orang yang tidak demikian, pekerjaan dilihat hanya sebagai mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan badani, hanya sebagai gengsi. Hidup yang demikian membuat orang pasti tidak akan pernah menikmati pekerjaannya dan tidak akan pernah puas dengan hasil kerjanya. Mungkin saja, sekarang ini banyak guru agama menjadi guru agama karena faktor: hanya untuk mencari pekerjaan untuk kebutuhan hidup, hanya karena tidak bisa mengambil jurusan atau pekerjaan lain, dll.

- Habitus Baru
Allah memberi tugas dan tanggungjawab yang sama kepada manusia, yakni untuk berperan aktif dalam hidup untuk mempertahankan hidup yang baik sebagaimana hakekat awalinya, hanya memang peran masing-masing berbeda-beda sebagaiman setiap orang mendapat karunia yang berbeda-beda tetapi semuanya untuk kebersamaan (1Kor 12:1-31). Hidup dalam habitus baru, berarti memandang dan menghayati bahwa hidup sebagai guru Agama adalah mendapat karunia khusus. Mengapa kita pandang sebagai karunia khusus? Kita percaya bahwa Tuhan mengutus para murid yang dipanggilNya, juga diutus untuk mewartakan iman akan Allah kepada semua orang (mat 28:19). Semua murid mendapat perutusan yang sama dalam dan lewat seluruh hidupnya, tetapi guru agama tentu mendapat kesempatan dan peluang yang lebih karena itulah yang menjadi pekerjaannya. Pekerjaan dilihat sebagai kesempatan lebih untuk lebih mengyahati panggilan untuk bersatu dengan Tuhan. Seperti para murid setelah pergi mejalankan perutusan, mereka juga kembali kepada Yesus (Lukas 10:17, dan persatuan dengan Yesus itulah yang menjadi tujuan hidup manusia. Guru Agama hendaknya tidak hanya mencekoki anak akan hal-hal ilmu Agama Katolik, tetapi juga berusaha bahwa apa yang diajarkan juga dihayati oleh anak didik. Dengan kata lain, pekerjaan sebagai guru Agama tidak dilihat dandihayati tidak hanya sekedar untuk mencari nafkah, tetapi kesempatan yang istimewa untuk kesucian diri dan ambil bagian dalam tiga tugas Kristus yakni sebagai raja, imam dan nabi. Dengan kesadaran ini, juga kesadaran-kesadaran di atas, para guru Agama tidak lagi merasa pesimis bahwa Agama itu barang langka yang kalah bersaing dan tidak dibutuhkan dalam hidup sekarang ini, justru sebenarnya punya nilai jual yang tingki karena berkenaan dengan kerinduan fundamental manusia.

d. Kesadaran diri akan Anak Didik

- Habitus Lama
Kenyataan yang ada yakni sering para guru melihat anak-anak didik adalah objek, bukan pribadi
yang secitra dengan Allah. Tidak sedikit Guru Agama yang menganggap anak didik hanya semacam ruang kosong yang perlu diisi dengan ilmu agama.

- Habitus Baru
Anak didik juga manusia ciptaan secitra dengan Allah, yang dikasihiNya dan juga dipanggil olehNya untuk bersatu dengan Dia. Dengan kesadaran ini, sangatlah tepat bila guru agama dengan pelajaran Agama, anak-anak merasakan suatu kenyamanan , menjadi oase penyegaran diri, karena sekarang ini banyak anak-anak tidak nyaman dalam hidupnya. Mengapa demikian, situasi, kehendak orang tua dan guru-guru bidang studi lain, anak-anak dicekoki dengan tugas-tugas berat dan kewajiban-kewajiban banyak, tidak ada lagi kesempatan untuk merenungkan diri, membina pribadinya. Pendidikan Agama menjadi peluang dan tempat bagi anak didik, untuk menemukan apa yang hilang dari dirinya.

Demikianlah kiranya beberapa hal yang bisa kita lihat dan usahakan dalam mencoba menghayati gerakan Habitus Baru yang diserukan oleh SAGKI.

2. Membuka Diri
Umumnya orang sulit untuk membuka diri, karena sudah merasa nyaman dengan dirinya apa adanya, orang tidak ingin mengetahui dirinya yang sebenarnya, orang tidak mau orang lain mengetahui dirinya siapa adanya, orang sulit untuk berubah meskipun hal itu untuk kebaikan dirinya dan orang lain. Membuka diri yang saya maksudkan adalah keberanian untuk kembali melihat diri sendiri, kembali kepada diri sendiri dan hakekat awalinya. Dengan kata lain, yang dimaksud adalah merenungkah hidup setiap saat dan kemauan untuk belajar dan berubah. Tanpa semuanya itu, sia-sialah kitanya berbicara tentang habitus baru, tentang metode-metode pangajaran dan semua yang kita pelajari untuk pengajaran. Membuka diri menuntut suatu sikap kerendahan hati. Beberapa habitus lama yang kita lihat di atas, itulah tantangan dan sekaligus peluang bagi guru Agama untuk Habitus Baru dalam Pembelajaran Agama Katolik. Sebagai orang yang menghayati Habitus Baru, kita hendaknya yang pertama memulainya. Gerakan Habitus Baru bermula dari diri sendiri tuk menuju habitus baru dalam hidup bersama.

PENUTUP

Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 menghimbau kepada semua umat katolik Indonesia agar hidup dalam Gerakan Habitus Baru. Seruan ini mengajak kita untuk memperbaharui hidup dan kembali kepada hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan. Seruan itu tentu dengan tujuan untuk menuju hidup bersama yang lebih baik lewat suatu gerakan bersama. Seruan itu ditujukan untuk semua umat dengan segala aspek kehidup, karya dan status. Mari kita juga Guru-Guru Agama Katolik mengajar pelajaran Agama Katolik dengan hidup Habitus Baru.

Sidikalang, 22 Juni 2009
P. Antonius Manik O.Carm


RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:
Minggu 5 Juli 2009
Yeh 2:2-5; Mzm 123:1-2a,2bcd,3-4; 2Kor 12:7-10; Mrk 6:1-6

“Tung na so marsangap do panurirang ianggo di luat hagodanganna, di angka donganna sabutuha dohot di bagasna.” (Mrk 6:4)

Hea masa di tingki periodisasi Pangulani ni huria manang Vorhanger di sada stasi, adong sahalak ruas na pangalahona, parngoluanna, hapistaranna dohot rohana suman gabe pangula ni huria manang vorhanger. Angka ruas sude mamillit ibana, jala ibana pe ujungna olo gabe pangula ni huria. Alai andorang so dilaporhon tu pastor asa dibahen SK na, muba roha ni angka ruas, alana adong piga-piga halak na mandok, “Ai boha do sahalak vorhanger, ekonomi ni keluargana pe ndang boi disarihon ibana, halak na pogos do ibana. Unang-unang annon sude durung-durung i dibuati ibana.” Adong muse na mandok, “Ise be annon manangihon ibana, ai jolma na pogos do, jala keluargana pe so ringgas margareja.” Alani hata si songoni, gabe sundat dilaporhon tu paroki jala dipangido nasida asa diulanghon muse rapot mamillit vorhanger, jala diusulhon sahalak calon na parhepeng. Pendek sarita, Dewan Pastoral Paroki tetap mandok, “Aha naung tarpillit, ba tarpillitma.” Keputusan on dibahen DPPH, alana diboto do tangkas ai jolma na burju do ibana, tung pe napogos, jala hata nangkin karejo ni piga-piga halak na mansonsothon diri asa gabe vorhanger.
Jala memang songoni do jotjot masa di ngolunta. Halak jotjot holan marnida hamoraon, penampilan do, ndang marnida isi dohot haburjuon ni jolma. Tung mansai mura jolma i mangolohon hata ni dongan, molo dongan i sahalak na mora, parpangkat, alai maol manjalo hata ni dongan molo ibana napogos jala ndang parpangkat, hape na didok nai tung mansai singtong. Gariada muse olo do, ruas i umbiar jala manangihon hata ni sahalak ruas na mora jala marpangkat, daripada manangihon hata di pastor.
Songoni ma na dialami Jesus di tingki mulak Ibana tu huta hatubuanNa. Anggo dimulana, tung mansai tarhalongang do nasida mambegei pangajarion ni Jesus na gok huaso, jala muse nasida bangga membegei aha naung binahen ni Jesus di huta ni halak, ima ulaon hahomion bolon. Alai dung diboto nasida Jesus i sian keluarga ni si Josep na pogos i, gabe ditolak nasida Jesus dohot sude nadiajarhonNa. Alani i, ndang adong ulaon hahomion dibahen Jesus di huta hatubuanNa. Manolak Jesus, berarti menolak harajaon ni Debata. Dibahen i, marhite Barita Nauli sadari on, diajak hita asa tongtong hita marunduk ni roha maradophon angka dongan, tarlumobi di adopan ni Debata. Hita padao ginjang ni roha sian bagas rohanta be, unang mardingkan hita marnida dongan. Molo hita tolak hata manang ulaon na denggan manang nauli napinasahat ni dongan alana ummetmet ibana sian hita, dosmai hita manolak halalasniroha manang habagiaon. Ai angka na denggan manang nauli ndang marnida arta, pangkat manang halak, jala olo do Tondi Porbadia i mangajari hita mahite angka na metmet.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:
Sabtu 4 Juli 2009
Kej 27:1-5,15-29 ; Mat 9:14-17

“Boasa marpuasai hami dohot angka Parise; ia angka siseanmi ndang marpuasa?” (Mat 9:14)

Ninna angka dongan sian huria na asing, puasa ni hita halak katolik tung mansai neang, ndang songon puasa ni halak dongan Islam, na ndang mangan manang ndang minum sadari manipat. Pandapot si songon i olo do tarbegei hita, alana jotjot puasa i diida holan taringot ndang mangan manang ndang minum. Hape sasintongna puasa i holan gabe dalan do i laho pajonokhon diri tu Debata. Alana marhite na puasa i, marupaya hita ndang be dirajai sipanganon manang siinumon hita, manang ndang be dirajai haportibion on hita, jala ngolunta hita arahon tu Debata. Jadi sasintongna, ndang soal ndang mangan manang ndang minum, alai lam pajonokhon diri dohot ngolunta tu Debata. Ido lapatan ni marpuasa. Dibahen i ndang adong labana hita marpuasa, anggo so lam jonok hita tu Debata. Jala i do pangantusion dohot nadiulahon angka Parise. Nasida marpuasa, ndang laho pajonokhon diri nasida tu Debata, alai jotjot holan laho mangihuthon aturan manang asa dipuji jolma do nasida. Alani i do nasida ndang mananda Jesus Mesias naung ro tu tonga-tonga nasida, gariada ditolak nasida do ibana. Ansugari tutu nasida marpuasa, tontu sai na tandaon ni nasida do Jesus i Tuhan Mesias naung ro tu tonga-tonga nasida, jala jalo on manang dihaporseai nasida do Jesus i.
Suang songoni pe hita, sai jotjot do hita mangulahon parhuriaon manang peraturan ni huria, ndang sian ias ni rohanta, asa lam jonok hita tu Debata. Alani i do jotjot ndang boi tahilala haroro ni Jesus Tuhanta di bagasan ngolunta si ganup ari, ndang boi hita tanda Jesus i di ngolunta. Dibahen i, hita ulahon ma saluhut ulaon parhuriaon mangan haporseaonta di bagasan ias ni roha, asa boi hita ida jala hita tanda Jesus na sai tongtong ro jala mian di bagasan ngolunta. Amin.

BERITA DUKA

RIP
BERITA DUKA CITA
Telah dipanggil oleh Tuhan menghadap hadirat-Nya

BAPAK JAWARIS CAPAH (OMPUNG JIMMI CAPAH)

Pada hari Senin 29 Juli 2009

Ayah dari Sr. Rita Capah H.Karm, Frater Rudolf Capah (Novis 1 Ordo Karmel)
Akan dikebumikan di Kampung Halamannya, di Stasi Bangun Paroki Sidikalang Sumatera Utara pada hari Jumat 3 Juli 2009.
Segenap umat paroki Sidikalang, Para Konfrater Karmel Komisariat Regio Sumatera, Dewan Pastoral Paroki Sidikalang dan juga para Mesdinar, mengucapkan turut berduka cita. Semoga arwahnya diterima dalam kebahagiaan abadi di Surga. Amen.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:
Jumat 3 Juli 2009
PESTA SANTO THOMAS RASUL
Ef 2:19-22 ; Yoh 20:24-29

“Gabe ninna si Tomas ma mangalusi ibana: Tuhanku jala Debatangku!” (Yoh 20:28)

Jotjot molo adong dongan na maol porsea didok tu ibana, ‘Sahera si Thomas doho!” Sasintongna nabadia si Thomas Apostel na ta pestahon sadari on, ndang na roa pangalaho dohot rohana. Anggo roa pangalaho na tontu ndang sampe dipestahon Gareja i ibana, songon si Judas Iskariot. Molo tung pe jotjot songon na maol ibana porsea, ndang apala alani na roa pangalaho na, alai ibana sahalak jolma na kritis, adong prinsip di ibana, togu di pingkiran dohot pangalaho, alai marunduk jala marlambas ni roha manjalo na sintong jala bagas haporseaonna. Rupani on tarida mai sian hatana na mandok “Tuhanku jala Debatangku!” dung dijalo ibana haporseaon i, ditiop ibana togu jala na olo do ibana mate laho mangihuthon Jesus.
Hape di ngolu nuaeng on, tung mansai mura-mura jolma i meol-meol sian haporseaonna, olo do alani ndang dioloi sangkap ni rohana na so sintong jala maralo dohot angka aturan, pintor mandele jala pinda ugama, olo do alani arta dohot huaso, pintor pindah ugama. Muse godang do halak Kristen alai pangalahona ndang tarida na halak Kristen ibana, jala tong marjogal baut manang jogal rungkhung ndang porsea, hape nunga tangkas ndang sintong na binahenna, jala tung mansai maol mangakui dohot manjalo hata manang pambahenan na sintong ni binahen ni halak, sai tong manganggap dokna do na sintong. Dibahen i, di ari Pesta on, hita tiru ma ngolu ni si Thomas, kritis di ngolu, ndang mura-mura muba manang terpengaruh, tongu di haporseaon jala marlambas ni roha manjalo hata manang na denggan napinasahan ni dongan.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:
Kamis 2 Juli 2009
Peringatan Santo Bernardino Realino dkk.
Kej 22:1-19 ; Mat 9:1-8

‘Pos ma roham, ale anaha; nunga sesa dosam!’ (Mat 9:2)

Molo hita jaha panjahaon parjolo jala hita bandinghon dohot Barita Nauli sadarion, ra gabe marpingkhir hita taringot tu roha ni Debata. Di Panjahaon parjolo didok Debata menuru si Abraham mamboan anakna tu sada dolok jala di dolok i dipangido asa si Abraham membunuh’ anak haholongan ni rohana na sasadai naung leleng dipaima ibana. Tontu ganggu do rohani si Abraham manangihon pangidoanni Debata i, jala tontu lungun do rohana. Alai tung pe songoni, tong do diulahon ibana hata ni Debata i tung pe ndang jadi dibunuh ibana anaknai songon na didok ni Debata, jala dipatupa Debata do di si Abrahahm sada anak biru-biru gabe pelean situtungon tu Debata. Diujung ni sarita on, baru pe hita boto aha do lapatan ni Debata marsuru si Abraham, ima Debata laho mangida nasadia balaga ni haporseaon dohot hadaulaton ni si Abraham tu Debata i. Jala memang tangkas ma diboto Debata na tung mansai balga hian haporseaon dohot hadaulaton ni si Abraham tu Debata, na olo do ibana manangihon jala mangulahon hata ni Debata, molo tung pe ingkon hagoan na tung mansai arga hian di ibana. Haporseaon na togu ima muse nadidok di Barita Nauli. Diboan halak do sada na marsahit tu adopan ni Jesus, asa dipamalum ibana. Porsea situtu do halak namboan i, na parholong roha do Jesus jala na olo jala boi do Jesus pamalumhon na marsahit i. Haporseaon na togu i boi diida Jesus, gabe dipamalum Jesus ma na marsahit i.
Marhite angka panjahaon sadari on, tangkas dipabotohon Jesus tu hita, na pinangido ni Debata tu hita ima haporseaon na togu jala daulat tu Debata, ndang haporseaon na alang-alang. Haporseaon i ingkon dipataridahon marhite na olo mangulahon saluhut hata ni Debata. Haporseaontai ingkon ma muse gabe mamboan angka ‘na marsahit’ tu adopan ni Jesus, haporseaontai ingkon gabe mamboan silasniroha tu angka dongan.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:
Rabu 1 Juli 2009
Kej 21:5,8-20a ; Mat 8:28-34

‘jadi dung diida, dipangido ma tu ibana, anggiat ditadingkon luatnasida.’
(Mat 8:34)

Angka na jahat sai tong do mangalo jala laho pasidinghon angka na denggan. Ai molo talu hajahaton i, sai na menak ma angka najahati mangulahon ulaonna. Marupaya do na jahat i asa unang mangganggu jala manaluhon nasida. Antar songon i ma nadialami Jesus Kristus. Didok di Barita Nauli sadari on, adong sada huta di Garada na mangalaosi sada dalan na dihabiari angka jolma, ala di si maringanan angka najahat. Ra sengaja do sibolis i , manang parjahat i maringanan di dalan i, asa unang adong jolma na barane masuk tu huta i. Tontu boi dohonon, asa unang masuk na burju i tu huta i, jala menak ma mian parjahat i di huta i. Alai tung pe songon i, Jesus Tuhan Debata na mamboan harajaon ni Debata ndang mabiar mangalaosi dalani, gariada tingki dilaosi Jesus dalan i, ro do sibolis i laho mangambati Jesus, alai dialo Jesus nasida, gariada diusir sian dalan i. Alai tung pe songoni, angka parhutai ro mandapothon Jesus asa ditadinghon Jesus huta nasida. Boasa songoni? Ra, ima ragam ni angka nabinahen ni sibolis laho mangambati haburjuon i, asa tong nasida mangarajai jolma.
Songoni i ma angka na masa di parngoluanta, sai na marragam do nabinahen ni angka sibolis asa unang martobat jolma, asa unang mangulahon angka na denggan jolma. Molo adong rohanta laho mangulahon na denggan, sai tong do adong jala ro angka sibolis mangunjuni hita. Dibahen i manta ma hita, tongtong ma hita togu laho mangulahon angka ne denggan, jala hita pangido ma asa Jesus Kristus mangusir angka siblis sian dirinta sandiri dohot sian parngoluanta.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:

Selasa 30 Juni 2009
Kej 19:15-29; Mat 8:23-27
"Na mabiar do hamu hape, hamu parhaporseaon na metmet?" (Mat 8:26)

Galumbang ni ngolu on, ima rupani i sitaonon, hapogoson nunga gabe bagian ni ngolunta di portibi on. Olo do sipata galumbang i ro tompu tu ngolunta, hape ra andorang so ro galumbang i, ngoluntai tung mansai sonang. Dos ma songon na dialami angka apostel i, tingki markapal nasida. Andorang so na masa i, nasida tung mansai sonang, marlasniroha mambegei pangajarion ni Jesus Kristus. Di bagasan las ni roha nasida laho mangihuthon Jesus, marparau tu sada inganan. Hape di tonga laut, tompu ma ro habahaba na balga na mambahen naeng manongnonga kapal ni nasida, jala gabe mabiar situtu ma nasida. alai dung di bagasan habiaron bolon nasida, laho ma nasida tu Jesus na dohot di parau i, mangido pangurupion sian Jesus asa unang saut manongnong nasida, jala diurupi Jesus ma nasida marhite na mamarenta galumbang ni tao i asa menak jala menan situtu ma tao i. Parngoluanta pe jotjot songon i, olo ro tompu parsoalan. Mahite panjahaon sadari on, gabe diajari ma hita ima, molo ro angka si songoni, sae naeng ma nian ro hita tu Jesus Kristus mangido panurupion sian Jesus asa unang manongnong hita di hamateon manang hadosaon. Porsea situtu hita, Jesus Tuhanta sai na manangihon angka alu-alunta tu Ibana, jala Ibana sae na mangulahon angka ulaon hahomion asa unang mago jala mate hita. Porsea do hita tu Jesus na boi mangurupi hita malua sian angka galumbang manang habahaba ni ngulonta on? Sai na ro do hita mangido pangurupion sian Jesus?

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA:

Senin 29 Juni 2009
HARI RAYA ST. PETRUS DAN ST. PAULUS, RASUL
Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8,17-18; Mat 16:13-19

" Kristus (Messias), Raja na pinarbagabaga i do Ho, Anak ni Debata na mangolu!" (Mat 16:16 )

Sadari on hita rayahon do ari Rea Apostel Petrus dohot Paulus, jala sadari on huhut mai manutup Jubileum taon Paulus. Ra sungkun-sungkun do rohanta alana boasa holan Junileum Taon Paulus? Hape tangkas do sadari on ari rea apostel Paulus jala tangkas do ise si Petrus i, ima apostel na gabe ulu ni angka apostel dohot huria napinajongjong ni Jesus Kristus. Aha alusna boasa songon i? On ndang gabe diskusinta di son. Alai tangkas do hita boto, aha alus ni si Petrus di tingki di sungkun Jesus angka apostel i, ise do Ibana. Alus ni si Petrus mandok, Jesus i Kristus (Messias), Raja na pinarbagabaga i do, Anak ni Debata na mangolu. Haporseaon on ma na dihaporseai jala na diparngoluhon si Paulus.

Anggo dimulana memang si Paulus na mulana margoar si Saulus, ndang sada sian sisean ni Jesus, gariada ibana halak na marsogo ni roha tu angka sisean ni Kristus. Alai di ujungna martobat ibana, jala digantima goarna gabe si Paulus. Tung martobat ibana, aha nadidok ni si Petrus nangkin, ido na diparngoluhon ibana. Haporseaon ni si Paulus, n Jesus i Kristus Mesias dipataridahon ibana marhite ngoluna jala dibaritahon ibana. Dungkon martobat ibana, ibana gabe mambaritahon Jesus Tuhan Mesia. Songoni ma nian halak kristen. Molo tutu do nasida sahalak kristen na porsea Jesus i Tuhan mesias, tontu hotma di haporsaon jala parsidohot nasida mambaritahonsa marhite parngoluan na denggan, panghataion jala gabe ma nian parsidohot mambaritahon ise do Jesus i. Hita saluhutna angka na prsea tu Jesus Kristus, hita tiru ma naung binahen ni si Paulus, ima mambaritahon Jesus i di parngoluanta siganup ari. Hita ma nuaeng na gabe si Paulus naimbaru.

VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites