SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

PESAN NATAL 2009

"Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang ..."
(bdk. Mzm. 145:9a)

Saudara-saudari yang terkasih,segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana kebahagiaan Natal sekarang ini, kembali Tuhan menyapa dan mengingatkan kita umat-Nya untuk merayakan Natal ini dalam semangat kedamaian, kebersamaan dan kesahajaan. Dengan mengucap syukur sambil melantunkan kidung Natal dan doa, kita merenungkan, betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita! Ia yang telah lahir bagi kita manusia, adalah juga Dia yang telah menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah, Bapa kita. Dengan demikian, Ia menyanggupkan kita untuk hidup bersama, satu sama lain dalam damai Natal itu. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"[1]. Kabar Gembira Natal itulah yang harus kita hayati dan wujud-nyatakan di dalam kehidupan kita bersama.
Tema Natal kita tahun ini adalah: "Tuhan itu baik kepada semua orang." Tema ini hendak mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citra-Nya[2]. Allah adalah Allah bangsa-bangsa[3]. Ia tidak hanya mengasihi Israel saja, tetapi juga Edom, Mesir, bahkansemua bangsa-bangsa. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".[4] Allah mengasihi dunia dan manusia yang hidup di sana dan manusia diperintahkan-Nya untuk mengolah dan menaklukkannya.[5]
Sebagaimana kelahiran Yesus Kristus adalah bagi semua orang, maka umat Kristiani pun hidup bersama dan bagi semua orang. "Semua orang" adalah siapa saja yang hidup dan bertetangga dengan kita, tanpa membeda-bedakan, sebagaimana Allah, Bapa di surga, juga menyinarkan matahari-Nya dan menurunkan hujan-Nya kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.[6] Di dalam interaksi kita dengan sesama, pemahaman ini meliputi semua bidang kehidupan. Yesus Kristus memerintahkan, agar kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.[7] Itulah hakikat inkarnasi Ilahi di dalam diri Yesus Kristus yang adalah Manusia bagi orang lain. Kelahiran Yesus Kristus mendasari relasi kita dengan orang lain. Maka kita menjalin relasi dengan sesama, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

2. Dalam semangat inilah kita merayakan Natal sambil merefleksikan segala peristiwa yang telah kita lalui di tahun 2009 seperti misalnya Krisis Ekonomi Global, Pemilihan Umum, Aksi Terorisme sampai dengan Bencana Alam yang melanda beberapa wilayah Tanahair kita. Segala peristiwa tersebut mengingatkan kita untuk senantiasa menyadari kebesaran Tuhan dan membuat kita rendah hati di hadapan-Nya. Tuhan itu baik, karena Ia memampukan kita melewati semua peristiwa tersebut bersama sesama kita manusia. Maka Natal ini juga hendaknya memberikan kita hikmah dalam merencanakan hari esok yang lebih baik, bagi manusia dan bagi bumi tempat tinggalnya. Manusia yang diciptakan sebagai puncak dan mahkota karya penciptaan Allah, tidak bisa dilepaskan dari dunianya. Sungguh, "Tuhan itu baik bagi semua orang dan penuh rakhmat terhadap segala yang dijadikan-Nya".[8]
Oleh karena itu, kala merayakan peringatan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita, kami mengajak seluruh umat Kristiani setanah-air untuk bersama-sama umat beragama lain menyatakan kebaikan Tuhan itu dalam semangat kebersamaan yang tulus-ikhlas untuk membangun negeri tercinta kita. Sebagai bagian integral bangsa, umat Kristiani di Indonesia adalah warganegara yang secara aktif turut mengambil bagian dalam upaya-upaya menyejahterakan bangsa, karena kesengsaraan bangsa adalah kesengsaraan kita dan kesejahteraan bangsa adalah kesejahteraan kita juga. Dengan pemahaman solidaritas seperti itu, umat Kristiani juga diharapkan turut melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang baru Negara ini, demi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata, termasuk juga demi terwujudnya upaya memulihkan keutuhan alam ciptaan yang menjadi lingkungan hidup kita. Merayakan Natal sebagai ungkapan penerimaan kedatangan Yesus Juruselamat, haruslah juga menjadi awal perubahan sikap dan tindakan untuk sesuatu yang lebih baik. Kedatangan Yesus bagi semua orang melalui karya-Nya, dahulu telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis dengan memaklumkan perubahan sikap dan tekad ini[9], baik melalui pewartaannya maupun melalui peri-hidupnya sendiri. Hal itu membuat mereka yang dijumpainya dan mendengar pewartaannya bertanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"[10]

3. Karena itu, melalui pesan Natal ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani:
a.untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan, dan dengan demikian menyadari juga panggilan dan perutusannya untuk berbuat baik kepada sesamanya[11]. Kita dipanggil bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga kita dikalahkan oleh kejahatan, melainkan untuk mengalahkannya dengan kebaikan[12], supaya dengan melihat perbuatan baik kita di dunia ini, orang memuliakan Bapa yang di surga[13].· untuk melibatkan diri secara proaktif dalam berbagai upaya, terutama yang direncanakan oleh Pemerintah dalam program-program pembangunan manusia seutuhnya. Kita juga dipanggil untuk terlibat aktif bersama dengan gerakan-gerakan atau apsirasi-aspirasi lain, yang mempunyai keprihatinan tulus, untuk mewujudkan masyarakat majemuk yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keikhlasan dan solidaritas memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama.

b. untuk ikut terlibat aktif dalam menyukseskan program-program bersama antara Pemerintah dan masyarakat demi keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya. Dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan, umat Kristiani hendaknya tidak hanya menjadi pelaku-serta saja, tetapi juga menjadi pemrakarsa.Akhirnya, Saudara-saudari seiman yang terkasih, marilah kita berdoa juga bagi Pemerintah kita yang baru, yang dengan demokratis telah ikut kita tentukan para pengembannya, bersama dengan seluruh jajarannya dari pusat sampai ke daerah-daerah, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Itulah yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah pesan kami. Selamat Natal 2009 dan Selamat Menyongsong Tahun Baru 2010. Tuhan memberkati.

Jakarta, November 2009

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

Mgr. M.D.Situmorang OFMCap.

Ketua Umum

Ketua

Pdt. Dr. R. Daulay

Mgr. A. Sutrisnaatmaka MSF.

Sekretaris Umum

Sekretaris Jenderal






Pelayanan dan Rasa Terima Kasih

PENGURUS GEREJA ADALAH PELAYAN
TAPI UMAT JUGA HARUSNYA TAHU BERTERIMA KASIH
dan PENGHAYATAN IMAN


Siapapun pasti setuju bahwa menjadi pengurus Gereja merupakan panggilan pelayanan. Karena itulah mungkin makanya banyak orang yang enggan menjadi pengurus Gereja. Para pengurus berusaha menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Namun seringkali ‘penghargaan’ umat dirasakan kurang.


1. Saat Pesta PernikahanSaat pesta pernikahan, keluarga yang mau berpesta meminta dan kadang seakan memaksa untuk mengurusnya. Pernikahan lebih pada pesta keluarga tertentu yang harusnya pihak yang berpesta bertanggungjawab penuh. Namun kenyataannya:

- Ongkos mengurus ke parokipun tidak diberi keluarga yang berpesta, padahal untuk mengurus ke paroki butuh biaya ongkos. Nah tentu juga waktu mengurus ke paroki, pengurus harus makan siang. Untuk makan siangpun juga tidak pernah di beri pihak keluarga yang berpestas. Sehingga kadang untuk urusan itu dikeluarkan dari kas stasi atau kantong si pengurus. Pihak keluarga tertentu yang berpesta, tetapi malah stasi atau pengurus dikorbankan. Pengurus sudah tinggalkan pekerjaannya, eh..harus keluarkan biaya pula dari kantong pribadi.

- Sesudah selesai acara pemberkatan di Gereja, hampir tidak pernah pihak keluarga memberi ucapan terima kasih kepada para pengurus yang bertugas. Tentu bukan soal banyaknya, tapi tanda nyata ucapan terima kasih.

- Ketika pesta berlangsang, biasanya pengurus duduk-duduk di luar atau di warung, nunggu di panggil memimpin doa makan. Pihak yang berpesta lupa sama pengorbanan pengurus Gereja, baru ingat waktu mau buka doa makan.

2. Saat Kematian
Saat peristiwa ini juga lumayan seru ‘nasib’ pengurus Gereja:
- Mulai dari saat seseorang meninggal sampe pemakaman, pengurus harus siap sedia bertugas.
- Saat pemakaman juga seringkali molor, tetapi pengurus harus selalu siap sedia menunggu. ekarang ini rasanya agak ganjil, yang mana orang sudah biasa memakamkan pada waktu malam, di atas jam 6 sore. Padahal, malam yang gelap biasanya jadi lambang: dunia gelapan, dunia para roh-roh bergentanyangan, dll. Karena dimakamkan saat malam atau gelap, akhirnya pemakaman yang merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi yang meninggal, menjadi kurang nilainya.

3. Merokok di dalam Gereja, di Luar Gereja saat Ibadat / Misa berlangsung.

Hal ini nampaknya banyak terjadi di kalangan umat, bahkan oleh pengurus Gereja sendiri. Hampir di setiap stasi terjadi bahwa umat merokok di dalam Gereja entah itu sebelum ibadat/misa atau sesudah perayaan selesai. Wah, Gereja yang adalah tempat doa dan rumah Tuhan diperlakukan sama dengan kedai tuak. Maka penuhlah Gereja dengan asap rokok dan puntung roko bererakan di mana-mana. Kadang kala ibu-ibu maupun anak-anak gak mau kalah, mereka dengan seenaknya membuang sampah di dalam Gereja. Aneh ya, di rumah nyuruh anak agar rajin nyapu rumah, tapi kog di rumah Tuhan sendiri dengan seenaknya buang sampah? Apa karena Gereja gak dianggap sebagai rumahnya atau miliknya juga?

Sering pula umat dan bahkan Pengurus Gereja sendiri pada saat ibadat atau misa masih berlangsung, mereka keluar dan merokok di luar. Waktu Misa Krisma di bersama Uskup Pius Datubara ketika misa Krisma di Stasi Sigalingging juga ada yang umat yang dengan santainya merokok di belakang.

Ini salah satu contoh yang dapat direkam WP, pada saat Misa masih berlangsung, mereka keluar dan merokok di luar. Yang merokok dalam gambar yang kami rekam adalah termasuk para pengurus Gereja.
Umat Katolik, iman juga harus dinyatakan dalam hidup dan perbuatan-perbuatan baik!!!


Mudika Paroki Sidikalang Merayakan Natal

NATAL MUDIKA
PAROKI 'MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN'
SIDIKALANG - KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

"AKU TAKKAN GOYAH UNTUK SELAMA-LAMANYA
"

Inilah Tema yang diambil mudika dalam perayaan Natal Mudika tanggal 28 Desember 2009 nanti.
Para kaum muda kita ini merencanakan Natal yang sangat meriah dengan dimeriahkan beberapa bintang tamu, misalnya Trio Simenstar, Tio Fanta Pinem dan beberapa artis Dairi. Oleh karena itulah mereka mengatakan bahwa Natal ini adalah Natal Bertabur Bintang.
Ini yang pertama kali akan terjadi dalam Gereja Katolik di Dairi. Banyak orang yang berpikir bahwa kegiatan ini terlalu dibesar-besarkan dan terlalu bermimpi, mengingat tentunya kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Benar bahwa dalam anggaran yang panitia buat, Perayaan itu paling tidak akan menelan biaya Rp. 40.000.000,- (Empat Puluh Juta Rupiah). Biaya yang sangat besar, itupun mengandaikan bahwa panitia berusaha mengirit pengeluaran. Rangkaian kegiatan yang direncanakan oleh para mudika adalah:
1. Carnaval bersama sekitar kota Sidikalang pkl. 14.00 s/d 16.00
2. Perayaan Ekaristi bersama mudika dan umat Siidkalang pkl. 18.00
3. Pentas Malam hiburan Natal pkl. 20.00 sampai selesai.
4. Malam hari para mudika menginap di paroki, pagi besok harinya diadakan pembinaan dan mudika pulang ke tempat masing-masing setelah makan siang.
Dalam kegiatan tersebut melibatkan semua mudika paroki Sidikalang bersama dengan mahasiswa/i yang berasal dari paroki Sidikalang, yang ada di kota Medan. Pentas hiburan tersebut terbuka untuk masyarakat umum dan akan diadakan di Kompleks pekarangan Gereja Paroki Sidikalang. Diperkirakan para penonton sekitar 7000 orang.
Pesta Natal yang sangat besar. Orang mungkin bertanya, "Mungkinkah hal ini dapat terlaksana?Ya, dari segi kemampuan paroki dan kaum muda kita, memang tidak mungkin. Tetapi hal yang menarik adalah alasan para mudika untuk mewujudkan pesta Natal ini, yakni:
1. Para Mudika melihat bahwa para mudika yang ada di paroki Sidikalang maupun di Dairi sudah kurang bangga atas iman Katoliknya. Jadi mereka melihat Natal ini mau memabngkitkan rasa cinta para mudika kepada Gerejanya. Hal yang sama juga diharapkan dalam diri semua umat katolik.
2. Mereka melihat bahwa kebersamaan dalam diri para mudika sudah memprihatinkan.
3. Para mudika juga ingin merayakan Natal bersama semua umat dan juga bersama semua masyarakat, mengingat mereka setia pada peraturan Gereja Katolik yang mengatakan bahwa hendaknya umat tidak merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember sehingga mereka tidak ikut dalam Natal Eukumene yang selalu diadakan pada minggu pertama dalam bulan Desember.Itulah kiranya beberapa alasan para mudika untuk mengadakan perayaan Natal tersebut. Atas dasar semangat mereka itu pulalah pastor Paroki, Pastor Antonius Manik O.Carm bersama DPPH dan umat mendukung kegiatan tersebut, walaupun juga khawatir sehubungan dengan biaya yang sangat besar yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.
Sampai saat ini, paroki masih membantu sejauh mendahulukan sedikit biaya, sedangkan beberapa uang muka untuk kegiatan tersebut didahulukan oleh panitia sendiri seraya mereka sendiri banting tulang untuk mencari biaya dari para Donatur.Rasanya tidak baik memadamkan semangat Kaum muda Gereja kita ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati memohon kepada para Saudara yang membaca ini, kami mengharapkan dukungan terutama bantuan dana dari para Saudara juga memohon bantuan para Saudara untuk mencarikan bantuan untuk kegiatan tersebut. Anggaplah uluran kasih Bapak, Ibu, Saudara- Saudarai sebagai bingkisan Natal bagi kaum muda kita.
Uluran kasih bapak, ibu, saudara, saudari dapat disalurkan melalui:

BRI Cabang 0194 Sidikalang
No. Rekening : 0194-01-019758-50-8
Atas Nama : PAROKI MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN

Kami dan kaum muda kita yang menjadi penerus dan generasi Gereja Katolik sangat mengharapkan dukungan dan bantuan dari para Saudara. Atas dukungan, perhatian dan bantuan dari para Saudara, kami mengucapkan banyak terimakasih.

Hormat Saya:
Pastor Antonius Manik O.Carm
Pastor paroki

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

PELAYANAN KE PANUNTUNGAN



Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.
Semula ibu Vera Sinaga,anaknya Dionisius Raja Ernesto Cibro dan Frans Jumadi ikut dalam pelayanan tersebut. Namun di tengah perjalanan, beliau mendapat telepon bahwa anak itonya yang baru 2 hari lahir ternyata meninggal dunia. Maka dengan berat hati setelah tiba di Subulussalam Penanggalan mereka balik kembali ke Sidikalang bersama Saudara Frans dan mereka langsung ke Medan.


Malam hari Pak Manao dengan bahasa Nias mengadakan pendalaman iman bagi umat. Bapak Manao kaget dan terheran-heran karena ternyata hampir semua umat belum tahu membuat TANDA SALIB. Walaupun demikian, pelayanan itu tetap seru dan mengasyikkan.

Pagi harinya, pastor Antonius Manik O.Carm mempersembahkan perayaan Ekaristi dengan menggunakan bahasa Nias. Dalam perayaan Ekaristi tersebut sekaligus diadakan baptisan bayi, convalidatio dan pelantikan pengurus Gereja Stasi.




Pastor Anton Manik O.Carm

Memasuki Gedung Gereja Yang Baru

MEMASUKI GEREJA SANTO PETRUS
STASI KABAN JULU
PAROKI 'MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN
SIDIKALANG - KEUSKUPAN AGUNG MEDAN




1. KILAS BALIK PEMBANGUNAN
Gereja Stasi Kaban Julu merupakan salah satu stasi tertua di di Paroki Sidikalang, setelah Stasi Sitinjo. Gereja katolik di stasi ini berdiri sejak 1968. Jumlah umat lumayan banyak dan Gereja yang ada dirasa sudah kurang layak lagi dan mendesak untuk dibangun yang baru, juga mengingat menara Gereja terpaksa harus dirobohkan karena sudah retak akibat gempa nias tahun 2006. Lebih menarik lagi bahwa di stasi ini terdapat makam Romo Koning O.Carm.Sudah lama direncanakan hendak mewujudkan mimpi tersebut, namun karena situasi dan kondisi belum memungkinkan, baru pada pertengahan tahun 2006 pembangunan dapat diwujudkan.
Peletakan Batu Pertama pembangunan dilaksanakan dalam Misa di lokasi yang dipimpin oleh pastor paroki. Dalam awal pembangunan ditekankan bahwa pembangunan Gereja harus diupayakan dengan kerjasama dengan semua umat, tidak hanya melimpahkan kepada panitia. Kerjasama itu, baik itu lewat Dana Partisipasi, Tenaga gotong Royong, saling mendukung dan terutama juga kejujuran dalam bekerja. Prinsip lain dalam pembangunan adalah membangun Gereja yang layak, bertahap dan kokoh, bukan sekedar jadi dan terburu-buru.
Pada Awalnya semua umat antusias dalam pembangunan, namun dalam perjalanan semangat mulai melemah dan sempat pembangunan itu berhenti.Berhentinya pembangunan bukan hanya karena ketiadaan atau kekurangan dana tetapi juga semangat umat maupun panitia yang mulai mengendor juga umat tidak sabar.Pembangunan berhenti pas pada waktu dinding sudah selesai, dan sempat berlangsung sampai setahun lamanya.


2. Semangat BaruSemangat baru muncul kembali. Setelah lama berhenti, umat bersemangat kembali untuk melanjutkan pembangunan Gereja, walau dana masih tetap minim. Dana yang masih minim diatasi dengan menggunakan bahan-bahan bangunan atau sisa bongkaran Gereja paroki yang masih layak digunakan.
Umat kembali bersemangat melanjutkan pembangunan, terutama Vorhanger yakni bapak L. Sitanggang hampir setiap hari selama setahun bekerja di Gereja. Dia seakan memberi teladan dan semangat bagi umat, tetapi nampaknya masih banyak umat yang belum memberi hati untuk berkorban dalam membangun Gereja, bahkan ada pula bah yang hanya jadi tukang protes, juga ‘sengaja menghindar yang seakan dirinya bukan katolik.’ Pembangunan dapat berlanjut karena pengorbanan beberapa pihak khususnya saudara Jony Sigalingging (mudika dari stasi ) dan Frans Jumadi (mudika yang tinggal di pastoran).


3. Memasuki Gedung Baru

Pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam 22 November 2009, Gedung Gereja yang masih dalam pembangunan dimasuki. Bangunan Gereja memang belum sempurna, namun sudah bisa digunakan untuk beribadah.
Hal ini juga diperbuat dengan harapan umat kembali disemangati untuk menyempurnakan pembangunan Gereja.
Pada saat memasuki gedung baru, juga sudah ada Altar baru (Sumbangan dari Bruder Gerardus Ofm.Cap, Salib besar (sumbangan dari uskup emeritus Mgr.A.G.Pius Datubara Ofm.Cap), patung Bunda Maria (sumbangan dari Jakarta).

Misa memasuki Gereja baru dipimpin oleh Pastor Antonius Manik O.Carm. Perayaan tersebut dihadiri oleh semua umat juga para Dewan Pastoral Paroki.Perarakan dimulai dari Gedung Gereja yang lama. Pastor paroki berharap, umat beresemangat kembali untuk menyempurnakan bangunan Gereja.

Perayaan Krisma dan Pemberkatan Gereja

PERAYAAN KRISMA DI RAYON SITINJO
DAN
PEMBERKATAN GEREJA STASI SIGALINGGING



Perayaan penerimaan Sakramen Krisma di Stasi Rayon Sitinjo diadakan pada hari Senin 26 Oktober 2009 di stasi Sigalingging. Dalam perayaan tersebut juga sekaligus Pemberkatan Gereja Stasi Sigalingging dan Pesta Syukuran atas 34 tahun penggembalaan uskup Emeritus Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap selama menjabat sebgai uskup Agung Medan.
Rombongan uskup disambut mulai dari jalan raya dengan pengalungan bunga dan diiringi gondang batak Toba.

Perayaan di adakan di luar Gereja, di panggung dan tenda yang disediakan oleh panitia. Pada awal perayaan Ekaristi diadakanlah pemberkatan Gereja oleh bapak uskup.

Perayaan Ekaristi berjalan dengan baik, meriah dan sakral, serta bapak uskup sendiri tetap berkotbah dengan berkobar-kobar. Uskup kita ini sudah tua dan sebenarnya masih capek karena baru sembuh dari sakit, tetapi dia tetap semangat , Tetapi sayang tidak diimbangi dengan semangat kekatolikan umat dalam mengiktui perayaan ekaristi karena selama perayaan ekaristi berlangsung ada juga beberapa umat yang merokok di belakang.
Kegiatan diteruskan dengan ramah tamah. Sayang hujan turun dan setelah hujan berhenti, listrik padam pula, sehingga kegiatan terasa terganggu. Tetapi yang lebih mengganggu dan menyedihkan adalah umat banyak yang pulang sebelum acara selesai. Lebih menyedihkan lagi, ada 1 kelompok stasi yang pulang sebelum acara selesai, atas perintah 1 orang pengurus. Rombongan itu lebih takut kepada suara pengurus tersebut daripada taat pada imannya. Sikap demikian tentu bukanlah sikap seorang katolik.
Tetapi walau demikian, terimakasih kepada para panitia, kepada para pengurus Stasi Rayon Sitinjo dan kepada semua umat. Proficiat buat stasi Sigalingging.

Perayaan Krisma dan Pesta Syukur

PERAYAAN KRISMA DI GEREJA PAROKI
DAN PESTA SYUKUR 34 TAHUN TAHBISAN USKUP
MGR (EMERITUS ) A.G. PIUS DATUBARA OFM.CAP
SEBAGAI USKUP AGUNG MEDAN
Perayaan Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja paroki sekaligus disatukan dengan pesta syukur atas penggembalaan bapak Uskup Emeritus Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap di Keuskupan Aung Medan, selama 34 tahun.
Perayaan penerimaan Sakramen Krisma di Gereja paroki pada hari Minggu 25 Oktober 2009 berjalan dengan baik, meriah, agung dan semarak. Kesemarakan perayaan ditambah dengan alunan musik tradisional Toba yang mengikringi selama perayaan ekaristi maupun dalam kegiatan ramah tamah, juga ditambah dengan pakaian beberapa umat yang memakai pakaian adat mewakilik etnis yang ada di paroki Sidikalang.
Perayaan ekaristi langsung dipimpin oleh uskup Emeritus Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap didampingi oleh P. Antonius Manik O.Carm dan P. Frans Borta Rumapea O.Carm.
Dalam kegiatan tersebut, Panitia maupun paroki memberikan cedramata berupa pakaian misa dengan ornamen pakaian adat Pakpak kepada bapak uskup, dan pastor Anton maupun kepada pastor Borta.
Atas terselenggaranya kegiatan tersebut, paroki mengucapkan banyak terimakasih kepada para panitia yang sudah bekerja keras agar terselenggaranya kegiatan tersebut, kepada para pembina calon Krisma dan juga kepada semua umat yang sudah ambil bagian dalam pesta tersebut.
Tetapi hal yang sangata disayangkan bahwa umat kurang melihat bahwa pesta ini sebagai pesta iman bersama, bahwa dirinya juga sebagai tuan rumah atas pesta ini.Hal ini dikatakan karena hampir semua umat sudah pulang sebelum kegitan selesai, tepatnya setelah hujan reda, umat berpulangan. Inikah gambaran iman kekatolikan kita?

VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites