INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN
MGR. ANICETUS B. SINAGA
MGR. ANICETUS B. SINAGA
Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga. Para uskup yang hadir dalam perayaan ini disambut dengan dengan tortor, tari tradisional Batak Toba.
Berita ini tentu perlu dan menarik bagi Gereja kita dan secara khusus bagi umat katolik yang berasal dari Keuskupan Agung Medan atau dulu pernah tinggal di wilayah Gereja Keuskupan Agung Medan. Dari sebab itu, tulisan ini kami bagikan kepada para Saudara. Tulisan ini kami sadur dari Tulisan yang ada dalam Majalah KAM, tulisan Fr. Marihot Simanjuntak, MENJEMAAT (Menjalin Persaudaraan Umat), Nomor 3 XXXI Maret 2009, hlm. 3-5). Namun dalam tulisan ini, kami tambahkan beberapa hal yang tidak mengurangi keaslian tulisan dari saduran.
Upacara instalasi ini merupakan realisasi secara publik bulla yang dikeluarkan Tahta Suci dari Vatikan bahwa Yang Mulia Bapa Paus Benediktus XVI, berkat Penyelenggaraan Ilahi, telah menerima pengunduran diri Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFMCap. Ketentuan ini didasarkan pada isi Kitab Hukum Kanonik (KHK) kan. 401§1 bahwa seorang uskup diosesan yang sudah berusia genap tujuh puluh lima tahun, diminta untuk mengajukan pengunduran diri dari jabatannya kepada Paus, yang akan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan segala keadaan. Surat telah dilayangkan kepada pihak Keuskupan Agung Medan dan ditandatangani oleh Mgr. Leopoldo Girelli, Nuntius Apostolik sebagai saksi. Sehubungan dengan diterimanya pengunduran diri Mgr. Pius Datubara sesuai dengan kan. 409 §1: Bila tahta keuskupan, untuk mana ia ditetapkan, asalkan jabatan itu dimilikinya secara legitim, maka Mgr. Anicetus B. Sinaga yang sebelumnya telah ditunjuk sebagai uskup koajutor, secara sah menduduki tahta uskup agung. Kedua kanon ini dapat dilihat sebagai dasar hukum instalasi uskup agung pada hari yang telah ditetapkan. Sungguh, ini merupakan peristiwa iman bagi Gereja di Keuskupan Agung Medan. Keuskupan dengan jumlah umat sekarang sekitar 512 ribu orang, tidak perlu lowong dengan berakhirnya masa jabatan uskup agung. Uskup koajutor yang telah ditunjuk oleh Tahta Suci, berhak mengganti secara langsung penggembalaan umat. Di hadapan seluruh umat yang hadir sebagai utusan dari 48 paroki, upacara penyerahan penggembalaan di Keuskupan Agung Medan diadakan di gereja Katedral Bunda Maria yang Dikandung Tak Bemoda Asal - Medan.
Sejumlah 78 imam se-KAM dan 15 orang uskup ikut berkonselebrasi sebagai tanda ucapan terima kasih atas pengabdian Mgr. Pius Datubara dan bentuk dukungan kepada Mgr. Anicetus Sinaga. Ribuan umat hadir memadati kompleks gereja Katedral dan SD-SMP St. Yoseph Pemuda Medan.
(*) {Suatu hal yang menarik, bahwa dalam perayaan ini juga diundang secara khusus para utusan dari paroki-paroki, bukan hanya para pastor tetapi juga 5 orang Dewan Pastoral Paroki dari semua paroki yang ada dalam wilayah KAM. Lebih menarik lagi, bahwa para utusan tersebut mendapat perhatian istimewa dalam perayaan in yang mana para imam ikut berkonselebrasi sedangkan para pengurus Geeja utusan paroki, mendapat tempat di bagian dalam Gereja. Maka kami utusan dari paroki Sidikalang sejumlah 6 orang (5 orang Dewan Pastoral Paroki an 1 pastor paroki) berangkat dari Sidikalang jam 5 pagi, sampai di Medan mampir dulu untuk mandi di Paroki Pasar Merah Medan, baru setelah itu berangkat ke Gereja Katedral Medan. Ketika sampai di Gereja Katedral Medan, umat sudah banyak yang hadir dan kami merasa bahwa kami tidak akan kebagian tempat duduk di dalam Gereja, akan mengikuti perayaan di luar Gereja lewat monitor yang disediakan. Mengikuti perayaan besar tersebut hanya lewat monitor televisi, bagi kami tentu suatu hal yang kurang menyenangkan mengingat kami berasal dari paroki yang di gunung-gunung, berangkat ke Medan dengan menempuh jarak perjalanan 5 jam. Namun ternyata pihak panitia mempersilahkan para pengurus Gereja utusan paroki diperkenankan menduduki tempat yang telah disediakan di dalam Gereja bersama dengan para utusan komisi dan organisisasi yang telah ditentukan.
Dari pengalaman hal yang nampaknya sepele ini, nyata bahwa perayaan ini adalah perayaan bersejarah dalam Gereja KAM. Hal itu kelihatan sepele, namun penuh dengan makna yang mengungkapkan penghargaan Gereja kepada para pengurus awam, yang menjadi rekan kerja para Uskup Agung, hirarki dan bahkan dalam wilayah KAM, para pengurus awam seringkali menjadi ujung tombak dalam pelayanan Gereja, mengingat wilayah KAM yang sangat luas dan kurangnya tenaga para imam.}
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Pius Datubara didampingi oleh Mgr. Anicetus Sinaga, Mgr. Leopoldo Girelli, dan Kardinal Julius Darmaatmadja serta Mgr. Martinus Situmorang.
(*) {Suatu hal yang menarik, bahwa dalam perayaan ini juga diundang secara khusus para utusan dari paroki-paroki, bukan hanya para pastor tetapi juga 5 orang Dewan Pastoral Paroki dari semua paroki yang ada dalam wilayah KAM. Lebih menarik lagi, bahwa para utusan tersebut mendapat perhatian istimewa dalam perayaan in yang mana para imam ikut berkonselebrasi sedangkan para pengurus Geeja utusan paroki, mendapat tempat di bagian dalam Gereja. Maka kami utusan dari paroki Sidikalang sejumlah 6 orang (5 orang Dewan Pastoral Paroki an 1 pastor paroki) berangkat dari Sidikalang jam 5 pagi, sampai di Medan mampir dulu untuk mandi di Paroki Pasar Merah Medan, baru setelah itu berangkat ke Gereja Katedral Medan. Ketika sampai di Gereja Katedral Medan, umat sudah banyak yang hadir dan kami merasa bahwa kami tidak akan kebagian tempat duduk di dalam Gereja, akan mengikuti perayaan di luar Gereja lewat monitor yang disediakan. Mengikuti perayaan besar tersebut hanya lewat monitor televisi, bagi kami tentu suatu hal yang kurang menyenangkan mengingat kami berasal dari paroki yang di gunung-gunung, berangkat ke Medan dengan menempuh jarak perjalanan 5 jam. Namun ternyata pihak panitia mempersilahkan para pengurus Gereja utusan paroki diperkenankan menduduki tempat yang telah disediakan di dalam Gereja bersama dengan para utusan komisi dan organisisasi yang telah ditentukan.
Dari pengalaman hal yang nampaknya sepele ini, nyata bahwa perayaan ini adalah perayaan bersejarah dalam Gereja KAM. Hal itu kelihatan sepele, namun penuh dengan makna yang mengungkapkan penghargaan Gereja kepada para pengurus awam, yang menjadi rekan kerja para Uskup Agung, hirarki dan bahkan dalam wilayah KAM, para pengurus awam seringkali menjadi ujung tombak dalam pelayanan Gereja, mengingat wilayah KAM yang sangat luas dan kurangnya tenaga para imam.}
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Pius Datubara didampingi oleh Mgr. Anicetus Sinaga, Mgr. Leopoldo Girelli, dan Kardinal Julius Darmaatmadja serta Mgr. Martinus Situmorang.
Sekilas Penggembalaan Mgr Pius
Hampir 34 tahun lamanya Mgr. Pius Datubara memegang jabatan Uskup Agung Medan terhitung sejak 29 Juni 1975. Banyak perkembangan yang terjadi di wilayah Keuskupan Agung Medan. Wilayah penggembalaannya yang sangat luas meliputi Propinsi Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam ditambah pertambahan umat yang cukup pesat. Sementara tenaga imam tidak memadai untuk melayani. Mgr. Pius telah berusaha melakukan yang terbaik untuk menggembalakan Keuskupan Agung Medan hingga akhir masa jabatannya. Mgr. Pius Datubara terlihat segar memimpin perayaan Ekaristi. Upacara penyerahan penggembalaan itu sendiri dilangsungkan dalam perayaan Ekaristi. Sesudah Injil dikumandangkan, komentator membacakan kepada publik bulla pergantian jabatan uskup agung yang dikeluarkan oleh Tahta Suci. Secara resmi tertanggal 12 Februari 2009, Pau Benediktus XVI telah menerima surat pengunduran diri Mgr. A.G. Pius Datubara seturut norma undang-undang Gereja dan dengan sendirinya uskup koajutor menjadi uskup agung. Sesudah pembacaan dekrit tersebut diadakan upacara penyerahan insignia jabatan uskup agung. Semua tanda-tanda jabatan uskup agung diserah terimakan.
Penyerahan Tongkat Gembala
Mgr. Pius Datubara secara langsung menyerahkan tongkat gembala kepada Mgr. Anicetus Sinaga dengan ucapan: "Terimalah tongkat kegembalaan ini dan gembalakanlah Umat Allah atas nama Tuhan kitaYesus Kristus". Tongkat gembala itu terbuat dari perak dan biasa dipegang oleh uskup pada saat berjalan dalam perarakan, pada saat memaklumkan Injil, pada saat memberikan berkat meriah dan pada saat menyampaikan amanat atau homili. Tongkat ini menjadi tanda wewenang seorang uskup sebagai gembala. Kepala tongkat yang berbentuk lengkung dihias dengan cukup indah. Saat dipegang, lengkung tongkat itu diarahkan kepada umat. Inilah makna dari tongkat gembala yan diserah-terimakan pada momen instalai uskup agung ini.
Penyerahan Katedra
Katedra sendiri berarti tahta atau kursi uskup yang ditempatkan di gereja katedral. Kursi tersebut memiliki sandaran tangan dan tumpuan kaki. Kursi ini merupakan sinibol kepemimpinan seorang uskup atas umat di keuskupannya. Setiap kali seorang uskup memimpin perayaan liturgi di gereja katedral, dia wajib duduk di katedranya. Kursi tersebut dibuat lebih tinggi sedikit dari kursi-kursi imam konselebran. Dengan demikian, kursi uskup ini juga mendapat penghargaan khusus seperti halnya perlengkapan gereja lainnya. Maka, setiap kali katedra uskup tidak dipakai, kursi itu selalu ditutup dengan kain. Inilah yang diserah-terimakan dalam peristiwa instalasi ini. Penyerahan insignia jabatan uskup agung ini menandakan secara simbolis dan sah Mgr. Anicetus Sinaga telah menyandang 'segala kuasa jabatan, sendiri dan langsung, yang perlu untuk melaksanakan tugas pastoralnya (KHK kan. 381), yakni kuasa legislatif, eksekutif, dan yudikatif menurut norma hukum (KHK kan. 391). Dengan ini, semua Umat Allah di Keuskupan Agung Medan digembalakan oleh seorang uskup agung yakni Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga. Penetapan ini disambut meriah dengan tepuk tangan. Lalu, sebagai tanda ketaatan utusan para imam yang dalam hal ini diwakili oleh ketua-ketua Dewan Eilayah (Dewil), Perwakilan Lembaga Hidup Bakti (LHB), dan perwakilan umat dan juga perwakilan kelompok-kelompok kategorial yang ada di KAM diperkenankan menyampaikan ucapan selamat kepada uskup agung yang baik .
Ajakan Mgr Martinus Situmorang
Ungkapan rasa syukur ini dirangkai dengan sangat menarik oleh Mgr. Martinus D. Situmorang dalam homili yang cukup singkat tapi bemas. Pertama-tama diungkapkan rasa syukur atas keceriaan dan kemudaan yang tampak di wajah kedua Bapa Uskup. Keceriaan itu tentu didasarkan pada suatu ungkapan iman tentang Yesus. "Kepercayaan kepada Tuhan, itulah landasan hidup yang tak akan tergoyahkan", ungkapnya. Bukan karena kecanggihan komunikasi atau kemewahan dunia, Petrus si Batu Karang itu melanjutkan karya misi Yesus di dunia untuk menyelamatkan manusia, melainkan pengakuan yang tulus dan dalam akan Mesias yang terurapi. Kesadaran atas sikap kegembalaan demikian menjadi kekuatan untuk melayani umat yang dipercayakan Tuhan. Tuhan sendiri telah berpesan agar para pemimpin jemaat menggembalakan umat bukan dengan kekuasaan atau kepuasan duniawi, tetapi dengan pelayanan kepada umat yang telah ditebus dengan Tubuh dan Darah-Nya. Melayani dengan setia dan tanpa pamrih untuk membangun Kerajaan Allah di dunia itulah yang dituntut dari seorang gembala. Menurut beliau, umat di Keuskupan Agung Medan yang cukup majemuk hendaknya mampu mengungkapkan diri sebagai tanda kehadiran Allah dan saluran rahmat ilahi. Sembari membuat tekad bangkit dan bergerak menuju arah yang lebih baik, Mgr. Martinus mengajak seluruh umat yang ada di KAM untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya atas pengabdian dan pelayanan Mgr. Pius Datubara dan bergembira bersama menyambut uskup agung yang baru.
Dengan penetapan ini, sekali lagi ditegaskan bahwa Mgr. Anicetus adalah satu-satunya gembala di keuskupan ini saat ini. Penerimaan ini diharapkan dapat menghalaukan segala bentuk godaan emosional untuk hanyut dan cenderung membentuk faksi. Hal-hal semacam itu berasal dari si jahat yang sesegera mungkin harus kita musnahkan" tandasnya. Seluruh rangkaian perayaan ekaristi dikemas dengan sangat menarik dan anggun. Dekorasi altar yang indah menambah kekhusukan dan kekhidmatan perayaan penyerahan penggembalaan Keuskupan Agung Medan. Sesudah resmi ditetapkan sebagai Uskup Agung, Mgr. Anicetus Sinaga menjadi selebran utama perayaan syukur tersebut. Umat dengan begitu antusias mengikuti seluruh rangkaian upacara itu dan berdoa bersama bagi uskup agung yang baru.
Hiburan dan Ramah Tamah
(*) Mungkin suatu permenungan umat katolik di KAM:Pihak KAM tentu sudah mempersiapkan dan menyediakan sarana dan prasarana yang perlu bagi Uskup Emeritus untuk menjalani hari-hari masa pensiunnya. Tapi yang perlu kita renungkan sebagai umat Katolik yang sudah merasakan manisnya pelayanan pastor Uskup Agung Emeritus MGR. A.G.Pius Datubara:
* Maukah kita memberi perhatian kepada beliau di hari-hari pensiunnya sebagai ungkapan terima kasih kita atas perjuangan dalam pengembangan Gereja di KAM selama beliau menjabat Uskup Agung Medan?
Perhatian tentu bisa diwujudkan dalam banyak bentuk, bisa saja dengan kunjungan, dan juga mungkin saja bisa dengan memberi sedikit bantuan untuk tambahan biaya hidup untuk keperluan beliau dimasa pensiun beliau.
* Paroki-paroki, cukupkah hanya dengan mengadakan upacara syukuran di paroki masing-masing? Atau masih adakah bentuk lain sebagai tanda cinta dan syukur atas penggembalaan beliau selama ini?
Uskup Pius manortor bersama para pastor Karmel dan umat pada upacara peresmian Gedung Postulat Karmel di Sidikalang.
Lihatlah kegembiraan dan kedekatan Uskup Pius kepada para imam dan umatnya!
Semoga Allah Bapa berkenan merahmati Gereja KAM agar semakin berkembang dan bergerak maju di bawah penggembalaan uskup agung yang baru. Proficiat Mgr. Anicetus Sinaga.
NB.
Yang bertanda * adalah tambahan dari utusan dari Paroki Sidikalang yang mengahadiri perayaan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar