SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

BERITA SEJARAH PENTING KAM

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN
MGR. ANICETUS B. SINAGA



Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga. Para uskup yang hadir dalam perayaan ini disambut dengan dengan tortor, tari tradisional Batak Toba.

Berita ini tentu perlu dan menarik bagi Gereja kita dan secara khusus bagi umat katolik yang berasal dari Keuskupan Agung Medan atau dulu pernah tinggal di wilayah Gereja Keuskupan Agung Medan. Dari sebab itu, tulisan ini kami bagikan kepada para Saudara. Tulisan ini kami sadur dari Tulisan yang ada dalam Majalah KAM, tulisan Fr. Marihot Simanjuntak, MENJEMAAT (Menjalin Persaudaraan Umat), Nomor 3 XXXI Maret 2009, hlm. 3-5). Namun dalam tulisan ini, kami tambahkan beberapa hal yang tidak mengurangi keaslian tulisan dari saduran.

Upacara instalasi ini merupakan realisasi secara publik bulla yang dikeluarkan Tahta Suci dari Vatikan bahwa Yang Mulia Bapa Paus Benediktus XVI, berkat Penyelenggaraan Ilahi, telah menerima pengunduran diri Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFMCap. Ketentuan ini didasarkan pada isi Kitab Hukum Kanonik (KHK) kan. 401§1 bahwa seorang uskup diosesan yang sudah berusia genap tujuh puluh lima tahun, diminta untuk mengajukan pengunduran diri dari jabatannya kepada Paus, yang akan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan segala keadaan. Surat telah dilayangkan kepada pihak Keuskupan Agung Medan dan ditandatangani oleh Mgr. Leopoldo Girelli, Nuntius Apostolik sebagai saksi. Sehubungan dengan diterimanya pengunduran diri Mgr. Pius Datubara sesuai dengan kan. 409 §1: Bila tahta keuskupan, untuk mana ia ditetapkan, asalkan jabatan itu dimilikinya secara legitim, maka Mgr. Anicetus B. Sinaga yang sebelumnya telah ditunjuk sebagai uskup koajutor, secara sah menduduki tahta uskup agung. Kedua kanon ini dapat dilihat sebagai dasar hukum instalasi uskup agung pada hari yang telah ditetapkan. Sungguh, ini merupakan peristiwa iman bagi Gereja di Keuskupan Agung Medan. Keuskupan dengan jumlah umat sekarang sekitar 512 ribu orang, tidak perlu lowong dengan berakhirnya masa jabatan uskup agung. Uskup koajutor yang telah ditunjuk oleh Tahta Suci, berhak mengganti secara langsung penggembalaan umat. Di hadapan seluruh umat yang hadir sebagai utusan dari 48 paroki, upacara penyerahan penggembalaan di Keuskupan Agung Medan diadakan di gereja Katedral Bunda Maria yang Dikandung Tak Bemoda Asal - Medan.
Sejumlah 78 imam se-KAM dan 15 orang uskup ikut berkonselebrasi sebagai tanda ucapan terima kasih atas pengabdian Mgr. Pius Datubara dan bentuk dukungan kepada Mgr. Anicetus Sinaga. Ribuan umat hadir memadati kompleks gereja Katedral dan SD-SMP St. Yoseph Pemuda Medan.
(*) {Suatu hal yang menarik, bahwa dalam perayaan ini juga diundang secara khusus para utusan dari paroki-paroki, bukan hanya para pastor tetapi juga 5 orang Dewan Pastoral Paroki dari semua paroki yang ada dalam wilayah KAM. Lebih menarik lagi, bahwa para utusan tersebut mendapat perhatian istimewa dalam perayaan in yang mana para imam ikut berkonselebrasi sedangkan para pengurus Geeja utusan paroki, mendapat tempat di bagian dalam Gereja. Maka kami utusan dari paroki Sidikalang sejumlah 6 orang (5 orang Dewan Pastoral Paroki an 1 pastor paroki) berangkat dari Sidikalang jam 5 pagi, sampai di Medan mampir dulu untuk mandi di Paroki Pasar Merah Medan, baru setelah itu berangkat ke Gereja Katedral Medan. Ketika sampai di Gereja Katedral Medan, umat sudah banyak yang hadir dan kami merasa bahwa kami tidak akan kebagian tempat duduk di dalam Gereja, akan mengikuti perayaan di luar Gereja lewat monitor yang disediakan. Mengikuti perayaan besar tersebut hanya lewat monitor televisi, bagi kami tentu suatu hal yang kurang menyenangkan mengingat kami berasal dari paroki yang di gunung-gunung, berangkat ke Medan dengan menempuh jarak perjalanan 5 jam. Namun ternyata pihak panitia mempersilahkan para pengurus Gereja utusan paroki diperkenankan menduduki tempat yang telah disediakan di dalam Gereja bersama dengan para utusan komisi dan organisisasi yang telah ditentukan.
Dari pengalaman hal yang nampaknya sepele ini, nyata bahwa perayaan ini adalah perayaan bersejarah dalam Gereja KAM. Hal itu kelihatan sepele, namun penuh dengan makna yang mengungkapkan penghargaan Gereja kepada para pengurus awam, yang menjadi rekan kerja para Uskup Agung, hirarki dan bahkan dalam wilayah KAM, para pengurus awam seringkali menjadi ujung tombak dalam pelayanan Gereja, mengingat wilayah KAM yang sangat luas dan kurangnya tenaga para imam.}
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Pius Datubara didampingi oleh Mgr. Anicetus Sinaga, Mgr. Leopoldo Girelli, dan Kardinal Julius Darmaatmadja serta Mgr. Martinus Situmorang.
Sekilas Penggembalaan Mgr Pius

Hampir 34 tahun lamanya Mgr. Pius Datubara memegang jabatan Uskup Agung Medan terhitung sejak 29 Juni 1975. Banyak perkembangan yang terjadi di wilayah Keuskupan Agung Medan. Wilayah penggembalaannya yang sangat luas meliputi Propinsi Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam ditambah pertambahan umat yang cukup pesat. Sementara tenaga imam tidak memadai untuk melayani. Mgr. Pius telah berusaha melakukan yang terbaik untuk menggembalakan Keuskupan Agung Medan hingga akhir masa jabatannya. Mgr. Pius Datubara terlihat segar memimpin perayaan Ekaristi. Upacara penyerahan penggembalaan itu sendiri dilangsungkan dalam perayaan Ekaristi. Sesudah Injil dikumandangkan, komentator membacakan kepada publik bulla pergantian jabatan uskup agung yang dikeluarkan oleh Tahta Suci. Secara resmi tertanggal 12 Februari 2009, Pau Benediktus XVI telah menerima surat pengunduran diri Mgr. A.G. Pius Datubara seturut norma undang-undang Gereja dan dengan sendirinya uskup koajutor menjadi uskup agung. Sesudah pembacaan dekrit tersebut diadakan upacara penyerahan insignia jabatan uskup agung. Semua tanda-tanda jabatan uskup agung diserah terimakan.
Penyerahan Tongkat Gembala
Mgr. Pius Datubara secara langsung menyerahkan tongkat gembala kepada Mgr. Anicetus Sinaga dengan ucapan: "Terimalah tongkat kegembalaan ini dan gembalakanlah Umat Allah atas nama Tuhan kitaYesus Kristus". Tongkat gembala itu terbuat dari perak dan biasa dipegang oleh uskup pada saat berjalan dalam perarakan, pada saat memaklumkan Injil, pada saat memberikan berkat meriah dan pada saat menyampaikan amanat atau homili. Tongkat ini menjadi tanda wewenang seorang uskup sebagai gembala. Kepala tongkat yang berbentuk lengkung dihias dengan cukup indah. Saat dipegang, lengkung tongkat itu diarahkan kepada umat. Inilah makna dari tongkat gembala yan diserah-terimakan pada momen instalai uskup agung ini.

Penyerahan Katedra


Selanjutaya, Nuntius Apostolik Mgr. Leopoldo Girelli bersama dengan Mgr. Pius menghantar Mgr. Anicetus ke katedranya seraya berkata: "Dudukilah tahta Gembala Keuskupan Agung Medan dan gembalakanlah Umat dengan setia dan bakti, atas nama Tuhan kita Yesus Kristus".
Katedra sendiri berarti tahta atau kursi uskup yang ditempatkan di gereja katedral. Kursi tersebut memiliki sandaran tangan dan tumpuan kaki. Kursi ini merupakan sinibol kepemimpinan seorang uskup atas umat di keuskupannya. Setiap kali seorang uskup memimpin perayaan liturgi di gereja katedral, dia wajib duduk di katedranya. Kursi tersebut dibuat lebih tinggi sedikit dari kursi-kursi imam konselebran. Dengan demikian, kursi uskup ini juga mendapat penghargaan khusus seperti halnya perlengkapan gereja lainnya. Maka, setiap kali katedra uskup tidak dipakai, kursi itu selalu ditutup dengan kain. Inilah yang diserah-terimakan dalam peristiwa instalasi ini. Penyerahan insignia jabatan uskup agung ini menandakan secara simbolis dan sah Mgr. Anicetus Sinaga telah menyandang 'segala kuasa jabatan, sendiri dan langsung, yang perlu untuk melaksanakan tugas pastoralnya (KHK kan. 381), yakni kuasa legislatif, eksekutif, dan yudikatif menurut norma hukum (KHK kan. 391). Dengan ini, semua Umat Allah di Keuskupan Agung Medan digembalakan oleh seorang uskup agung yakni Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga. Penetapan ini disambut meriah dengan tepuk tangan. Lalu, sebagai tanda ketaatan utusan para imam yang dalam hal ini diwakili oleh ketua-ketua Dewan Eilayah (Dewil), Perwakilan Lembaga Hidup Bakti (LHB), dan perwakilan umat dan juga perwakilan kelompok-kelompok kategorial yang ada di KAM diperkenankan menyampaikan ucapan selamat kepada uskup agung yang baik .

Ajakan Mgr Martinus Situmorang

Ungkapan rasa syukur ini dirangkai dengan sangat menarik oleh Mgr. Martinus D. Situmorang dalam homili yang cukup singkat tapi bemas. Pertama-tama diungkapkan rasa syukur atas keceriaan dan kemudaan yang tampak di wajah kedua Bapa Uskup. Keceriaan itu tentu didasarkan pada suatu ungkapan iman tentang Yesus. "Kepercayaan kepada Tuhan, itulah landasan hidup yang tak akan tergoyahkan", ungkapnya. Bukan karena kecanggihan komunikasi atau kemewahan dunia, Petrus si Batu Karang itu melanjutkan karya misi Yesus di dunia untuk menyelamatkan manusia, melainkan pengakuan yang tulus dan dalam akan Mesias yang terurapi. Kesadaran atas sikap kegembalaan demikian menjadi kekuatan untuk melayani umat yang dipercayakan Tuhan. Tuhan sendiri telah berpesan agar para pemimpin jemaat menggembalakan umat bukan dengan kekuasaan atau kepuasan duniawi, tetapi dengan pelayanan kepada umat yang telah ditebus dengan Tubuh dan Darah-Nya. Melayani dengan setia dan tanpa pamrih untuk membangun Kerajaan Allah di dunia itulah yang dituntut dari seorang gembala. Menurut beliau, umat di Keuskupan Agung Medan yang cukup majemuk hendaknya mampu mengungkapkan diri sebagai tanda kehadiran Allah dan saluran rahmat ilahi. Sembari membuat tekad bangkit dan bergerak menuju arah yang lebih baik, Mgr. Martinus mengajak seluruh umat yang ada di KAM untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya atas pengabdian dan pelayanan Mgr. Pius Datubara dan bergembira bersama menyambut uskup agung yang baru.
Dengan penetapan ini, sekali lagi ditegaskan bahwa Mgr. Anicetus adalah satu-satunya gembala di keuskupan ini saat ini. Penerimaan ini diharapkan dapat menghalaukan segala bentuk godaan emosional untuk hanyut dan cenderung membentuk faksi. Hal-hal semacam itu berasal dari si jahat yang sesegera mungkin harus kita musnahkan" tandasnya. Seluruh rangkaian perayaan ekaristi dikemas dengan sangat menarik dan anggun. Dekorasi altar yang indah menambah kekhusukan dan kekhidmatan perayaan penyerahan penggembalaan Keuskupan Agung Medan. Sesudah resmi ditetapkan sebagai Uskup Agung, Mgr. Anicetus Sinaga menjadi selebran utama perayaan syukur tersebut. Umat dengan begitu antusias mengikuti seluruh rangkaian upacara itu dan berdoa bersama bagi uskup agung yang baru.

Hiburan dan Ramah Tamah


Seusai perayaan ekaristi dan santap siang bersama, seluruh undangan dan umat berkumpul di halaman SD-SMP St. Yoseph Pemuda Medan untuk menikmati hiburan dan mendengarkan kata-kata sambutan dari berbagai pihak yang berkompeten termasuk dari Bapak Parlindungan Purba, ketua panitia pesta. Dilibatkan juga beberapa unsur pemerintah untuk menyatakan dukungan kepada uskup yang baru. Bapak R.E. Nainggolan yang hadir mewakili gubernur Sumatera Utara, membacakan sambutan tertulis gubernur yang menyampaikan rasa syukur atas Mgr. Anicetus Sinaga, uskup agung yang baru dan terima kasih atas pelayanan Mgr. Pius Datubara yang telah mengabdi di KAM selama 34 tahun. Pemberian cenderamata menjadi bagian dari acara selebrasi instalasi Uskup Agung Medan. Berkat dan doa penutup menjadi akhir seluruh untaian acara. Namun pekerjaan bukan menjadi selesai. Telah dibuka lembaran baru di Keuskupan Agung Medan ini yakni berjalan dan berbagi kasih dengan uskup agung yang baru Mgr. Anicetus Sinaga. Dengan demikian, Mgr. Pius Datubara resmi menjadi uskup emeritus.

(*) Mungkin suatu permenungan umat katolik di KAM:Pihak KAM tentu sudah mempersiapkan dan menyediakan sarana dan prasarana yang perlu bagi Uskup Emeritus untuk menjalani hari-hari masa pensiunnya. Tapi yang perlu kita renungkan sebagai umat Katolik yang sudah merasakan manisnya pelayanan pastor Uskup Agung Emeritus MGR. A.G.Pius Datubara:

* Maukah kita memberi perhatian kepada beliau di hari-hari pensiunnya sebagai ungkapan terima kasih kita atas perjuangan dalam pengembangan Gereja di KAM selama beliau menjabat Uskup Agung Medan?
Perhatian tentu bisa diwujudkan dalam banyak bentuk, bisa saja dengan kunjungan, dan juga mungkin saja bisa dengan memberi sedikit bantuan untuk tambahan biaya hidup untuk keperluan beliau dimasa pensiun beliau.

* Paroki-paroki, cukupkah hanya dengan mengadakan upacara syukuran di paroki masing-masing? Atau masih adakah bentuk lain sebagai tanda cinta dan syukur atas penggembalaan beliau selama ini?
Uskup Pius manortor bersama para pastor Karmel dan umat pada upacara peresmian Gedung Postulat Karmel di Sidikalang.
Lihatlah kegembiraan dan kedekatan Uskup Pius kepada para imam dan umatnya!
Semoga Allah Bapa berkenan merahmati Gereja KAM agar semakin berkembang dan bergerak maju di bawah penggembalaan uskup agung yang baru. Proficiat Mgr. Anicetus Sinaga.


NB.
Yang bertanda * adalah tambahan dari utusan dari Paroki Sidikalang yang mengahadiri perayaan tersebut.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Minggu, 24 mei 2009: Minggu Paskah VII
Ari Komunikasi Saportibi

Ulaon 1:15-17,20a,20c-26; 1Joh 4:11-16; Yoh 17:11b-19
“Nunga hulehon hatami tu nasida; dihosomi portibi on do nasida, ai ndang sian portibi on nasida, songon Ahu na so sian portibi on.”


Sada sian godang namambahen Jesus sukses mangulahon tohonan na nilehon Debata Ama tu ibana, ima KOMUNIKASI. Jesus Kristus sai tongtong do manjalin komunikasi dohot Debata Ama, rupani i marhite na jotjot, gariada ganup tingki ibana martangiang. Dibagasan kumonukasiNa dohot Debata Ama, dipasahat ibana do sude nadiulaNa, angka siseanNa, jala marhite komunikasi I, muse dipatogu Debata imaNa. Suang songoni muse, Jesus menjalin komunikasi na tung mansai bagak dohot jolma i di na pasahathon Barita Nauli. Molo hita jaha di Buku Nabadia, suang songoni molo hita tonton film Jesus, tangkas tarida tung mansai malo hian Jesus markomunikasi pasahathon Barita Nauli. Ra ndang adong pakar komunikasi na boi manandingi Jesus di portibion, alana tangkas Jesus tung mansai malo manghatai, hatana gok huaso, jala aha na pinasahatNa tarida diparngoluanNa, pokkokna sampurna. Dikomunikasi i pe, Jesus mamangke bahasa ni jolma sesuai dohot pemirsah, jadi mura diantusi namambegei, ndang hera angka pamimpin nueng on, antar songon na pajogo-jagohon, jala asa dietong halak jago sai dipangkeima istilah-istilah langit na so diantusi jolma. Asing ni i muse, dipangke Jesus do sarana na adong di tingki i, sesuai dohot dunia di tingki i dohot na tinanda di namambegei. Ah, memang tung mansai malo hian Jesus markomunikasi dinapasahathon Barita Nauli, jala memang toho ma ibana sahalak Pakar Komunikasi, ndang adong tandinganna.
Sadari on ari Minggu Paskah pa pituhon huhut mai ditaringoti Ari Komunikai saportibi. Marhite Ari Komunikasi on, tontu hita halak Kristen dipaingot di tohonan naung ta jalo, ima pasahathon Barita Nauli. Di napasahathon Barita Nauli i, dipaingot hita asa marsiajar sian Jesus boha do markomunikasi na denggan di napasahathon Barita Nauli. Jumolo sahali na ingkon taulahon ima, manjalin komunikasi na denggan dohot Tuhan Debatanta, hita bina ma jumolo hubungan na bagak dohot Debata, baru pe sian i ma hita markomunikasi dohot jolma dinapasahathon Barita Nauli, songon naung binahen di Jesus Kristus. Di ari Komunikasi saportibi on, na umporlu taparrohahon ima hita pangke ma angka sarana komunkasi nuaeng on laho pasahathon Barita Nauli. Rupani i, nueng on tontu nunga sude punasa HP, gariada angka gellengta pe ra nunga sude puna HP. Alai boasa dang adong natua-tua, ganup ari, pagi manang sore mangirim SMS na marisi hata ni Tuhan manang Barita Nauli tu angka ianakhonna? Adong do kira-kira namangulahon songon i? Boi do ra muse, di tingki ari Minggu, hita mangeSMS donganta na hurang ringgas marminggu, asa ro marminggu. Godang dope na asing na boi tabahen marhite HP laho pararathon Barita Nauli. Ra ndang adong na mangulahon i, alana marpingkir rugi , mambahen habis pulsa. Hape sadia ma pulsa i dibandinghon molo adong dongan na martobat?
Rupani na asing na umbalga muse, godang do ra halak Kristen na mora. Alai boasa ndang adong dope namora na barane mambahen Stasiun TV manang Radio na khusus laho sarana pararathon Barita Nauli? Adongdo hira-hira na hea marpingkir laho mambahen i? Alana sasintongna, godang dope halak Kristen, songoni halak Katolik na hurang mangantusi haporseaon Kristen, siala memang ndang adong na mangajari nasida. Hape molo adong stasiun TV dohot Radio khusus, tontu boi ma nasida diajari tung pe ndang pola ingkon mangutus guru agama tu inganan nasida be, alana boi dijangkau sude angka umat.
Songon di Dairi-Sidikalang, adong do radio ni halak Kristen (GMII). Hami hea do marnipi laho mambahen Radio Khusus Katolik, alana ruas Katolik godang do jala marserak di Dairi na tung mansai bolak, gariada sahat do tu Pak-pak Bharat dohot tu Aceh Selatan. Marningot bolak ni na ingkon dihobasi Huria, Huria i ndang tolap laho mangajari sudena asa lam malo ruas katolik i di haporseaon katolik. Alai alani bolakna jala hurang tenaga, tung mansai godang do ruas Katolik i na maoto dihaporseaon Kristen manang Katolik, gabe jotjot do di nasida sarupa do sude agama i. Alani i, godang do na mura-mura pinda agama, tontu alana hurang diantusi agamana. Nipi name hian, ansugari adong hepeng laho mambahen Radio Katolik, tondu lam mura ma mangajari umat i, jala lam malo ma naside. Alai on holan nipi nama haroa, alana nipi on nunga marpiga-piga taon, alai sampe saonari ndang marna dungo dope nipi i.

Senin, 25 Mei 2009: Minggu Paskah VII
Ulaon 19:1-8; Joh 16:29-33
“Asa mardame hamu di bagasan Ahu, umbahen na huhatahon angka i tu hamu. Haporsuhon do jambarmuna di portibi on; alai pos ma rohamuna: Nunga talu hubahen portibi on.”

Godang do ragam parngoluan ni angka dongan pangihut ni Jesus Kristus. Rupani i, godang do dongan na pogos i, marsidalianhon hapogosanna asa unang pola marminggu di ari Minggu manang mamparngoluhon haporseaonna, jotjot ninna sidalianna, “Boha ma bahenon pastor di namangalului ngolu on, na ingkon do tong karejo di ari Minggu!” Adong muse na asing mandok, “Ansugari rajin ahu margareja pastor, na boi lehonon ni pastor mangan keluargakhu?” Hape molo ulaon paradaton di ari Minggu, neang langkana laho maninggalhon karejona, songoni muse molo ndang kareja di ari Minggu tong do ndang laho tu gareja, alai laho tu lapo tuak do, ninna buang suntuk.
Adong muse pangalaho na asing, ima namora tung mansai rajin margareja, aktif di sude kegiatan huria. Jala nasida jotjot gabe silehon poda taringot haporseaon, rupani i ninna, “Di hamu angka dongan sahaporseaon, ingkon ma hita marhaporseaon tu Jesus Kristus, ai pardenggan basa do ibana, sai napatupaonna do na porlu di hita, unang pola mabiar hita aha allangonta marsogot…” Umbegesai ninna dongan mangalusi, “Kesset ho, alana na mora do ho binahenna didok ho songoni, suba majolo molo pogos ho songon hami, barane dope ho mandok songon i? Adong tutu toho ni sungkun-sungkun on. Alana olo do ala naung tupa sude di ibana mambahen burju jala aktif ibana di sude kegiatan gareja, ai ndang pola mirdong be ibana mamingkirhon siallangonna sogot, ai holan martahuok manuk manogoti nunga ro hepengna.
Dibahen i, boha pe ragam ni ngolu ni halak Kristen alai sai tongtong ma hita hot dihaporseaonta na ibana do Tuhan Debatanta. Porsea do hita di si?

Selasa, 26 Mei 2009: Minggu Paskah VII
Ulaon 20:17-27; Joh 17:1-11a
“Alai na mananda Ho, Debata na sasada i, na sintong i, dohot Jesus Kristus na sinurum, i do hangoluan na salelenglelengna.”

Hea sahali adong ro ruas lingkungan tu pastoran manjumpangi pastor jala ninna ma, “Pastor ai ruas katolik do hami, sian lingkungan X. Omak name nunga marujung ngolu nantoari, jadi maksud nami asa misa sogot botari di jabu.” Ninna pastor i mangalusi, “Ai nunga dipabotohon hamu tu ketua lingkungan muna?’ Dialusi ruas i ma, “Nunga hu sms hami nangking pastor, lalai ndang dibalas dope, jala hami memang jarang hian marlingkungan dohot margareja.” Memang sian laporan ni pangurus lingkungan, nasida nunga marpiga taon na sakeluarga ndang margareja dohot marlingkungan. Dungi ninna pastor ma mangalusi, “Anggo songon i amang, boasa haroa pola dipangido hamu misa arwah marsogot, ai so hea hamu aktif di huria i, jala porsea do haroa hamu di tangiang ni huria i?” Ninna ibana ma muse mangalusi, “Porsea do hami pastor, jala hupangido hami misa di jabu, asa tenang borhat natua-tua i, jala dijanghon Debata natua-tua name i di harajaon Surgo, ngolu na manontong.”
Antar songoni ma na masa dihurianta, didok porsea alai ndang dipataridahon di parngoluan, jala hangoluan na manontong i dipingkir holan tingki dung mate sajo. Alani i do, godang halak dung matua pe mulai ringgas margareja, alana laho jonok nama mate, dohot pingkiran annon molo mate asa dihobasi huria, asa unang mate hera somarugama alias sipele begu, jala asa manjalo hangoluan na seleleng ni lelengna. Hape didok Jesus nangkin, “Alai na mananda Ho, Debata na sasada i, na sintong i, dohot Jesus Kristus na sinurum, i do hangoluan na salelenglelengna.” Lapatanna, di tingki mangolu dope hita di portibi on, nunga tahilala hangoluan na saleleng ni lelengna i, ima marhite na manghaporseai Jesus Kristus, ndang holan annon dungkon mate. Haporseaon na tutu tu Jesus Kristus, ido halalas ni roha bolon, jala halalas ni roha bolon i dipagonop dungkon mate hita, di si ma marsaor hita dohot Jesus Kristus di surgo, inganan na tung mansai sonang, jala ndang mate me hita. Dibahen i, ndang toho molo didok hangoluan na saleleng ni lelengnai holan tingki dung mate, jala haporseaon i diparngoluhon holan tingki laho mate. Jadi pinsan mangolu dope hita, hita parngoluhon ma haporseaonta tu Jesus Kristus.
Rabu, 27 Mei 2009: Minggu Paskah VII
Ulaon 20:28-38; Joh 17:11b-19
“Ndang apala hupangido, taitonmu nasida sian portibi on; alai naeng ma ramotanmu nasida maralohon na jahat i.”

Bagak nai antong holong dohot tangiang ni Jesus i tu hita. Nunga dibuat ibana hita sian portibi on dinamanjadihon hita gabe anak dohot boruNa, dungi diradoti, jala dipasahat do hita tu Debata ama jala ditangianghon do hita asa unang dibuat parjahat hita. Tangkas muse, ndang na taitonNa hita sian portibi on, alai diramoti do hita, asa unang dipatalu hajahaton na di portibi on hita. Tung mansai hirim roha ni Jesus Kristus asa sai tongtong hita raphon ibana.
Ra ninna rohanta be do, “Anggo tutu do holong roha ni Jesus tu hita, jala manghirim ibana asa hita sai tongtong raphon ibana di parngoluan di portibi on, suang songoni di surgo, boasa ma ndang taitonna hita sian portibi on, boasa ma ndang diagohon ibana na jahat i sian portibi on?
Tung mansai holong situtu do rohani Jesus tu hita, alani holongNa do binahen na dipangke hita laho pararathon Barita Nauli, disuru hita manjamitahon harajaon ni Debata di portibi on, asa lam tubagakna ngolu ni jolma di portibion, asa lam tugodangna jolma na porsea, jala masuk tu surgo. Ise ma haroa jolma i, binahen na diparbadia Debata, jala aha ma haroa pangkat ni jolma i, binahenna dipangke Debata laho manjamitahon Barita Nauli? Holan ala ni holong ni Debata sambing do, jala holong ni Debata sai tongtong mandongani hita, asa tolap hita mangulahon tohonan i, jala asa unang dibuat parjahat i hita. Dibahen i, taingot ma, nunga dibuat Debata hita sian portibion, dipabadia Debata hita jala disuru hita tu tonga-tonga ni portibi on laho parsidohot pararathon Barita Nauli, asa lam tu godangna jolma na masuk surgo.

Kamis 28 Mei 2009; Minggu Paskah VII
Ulaon 22:30;23:6-11; Joh 17:20-26
“Asa sada nasida saluhutna; songon Ho, ale Amang, di bagasan Ahu jala Ahu di bagasan Ho, songon i ma nang nasida di bagasan Hita, asa porsea portibi on, Ho marsuru Ahu.”

Hea sahali sahalak ruas marsarita, ninna ma, “Adong hea naro tu jabu pastor, nasida marsarita taringot tu Jesus Kristus, mamboan ajaran ni Gareja nasida. Ninna nasida aha nadiajarhon ni huria nasida i do na sintong, na doshon ajaran ni Jesus Kristus, rupani i ninna, pandidion na sah alkitabiah ima ingkon disornophon tu aek, ndang sae holan ditirishon aek tu simajujung.” Jadi husungkun ma nasida, “Dia do intina, na ro hamu tu bagas name on, ndang na laho mamboan haporseaon tu Jesus Kristus i do?” Alus ni nasida, “Ido, asa porsea hamu tu Jesus Kristus.” Dungi ningku ma mangalusi, “Bah, ai ndang diida hamu naung gantung silang di bagas nami on? Sian silang i kan nunga boi tangkas di hamu bahwa hami nunga porsea tu Jesus Kristus. Asing do haroa Jesus nabinoan muna i dohot na tarsilang an? Anggo tutu do hamu laho mambaritahon Jesus Kristus, unang be ro hamu tu jamu name on, ai nunga porsea hami tu Jesus Kristus, alai laho ma hamu tu jamu ni angka dongan na so Kristen dope, di si ma baritahon hamu Jesus i, asa porsea nasida. Anggo ro do hamu tu bagas ni angka naung porsea tu Jesus Kristus, ndang na mambaritahon Jesus i hamu, alai manarbuti huriani halak, manggaori, jala ndang tutu Jesus dibinaritahonon muna alai huria munai do. Sarita i, ra nunga hea ra tabegei, jala adong do masa i, seakan-akan marasing-asing Jesus i.
Nangkin di Barita Nauli Jesus Kristus martangiang asa sada angka sisenNa i. Hape sian sarita i halak Kristen sandiri godang na momansa-monsa Kristen i. Godang halak Kristen ndang gabe sipatupa hasadaon, alai sibahen parsalisian, alani ginjang ni rohana na mandok ibana do na sintong, halak an ndang sintong. Sintong manang daong, tarida doi sian parbuena. Dibahen i, naeng ma nian hita halak Kristen gabe sipatupa hasadaon di rumah tangga, di huria dohot di masyarakat. Molo tutu do sangkap ni Debata na talului dohot na taulahon , tontu hasadaon do tapatupa. Memang laho pasadahon Gareja naung godang gabe sada Gareja, ndang mungkin be, alai pinomat nian sada di bagasan Jesus Kristus, ndang marsiparoa-roaan dohot ndang pabola-bolahon huria i ima marhite namanarbuti ruas sian huria na asing naung hot sada.

Jumat 29 Mei 2009: Minggu Paskah VII
Ulaon 25:13-21; Joh 21:15-19
“Olo, Tuhan; diboto Ho do holong ni rohangku di Ho!”

Somalna di tingki laho periodisasi vorhanger manang angka pangurus Gereja, dibahen ma angka criteriana. Rupani criteria i, halak i ingkon sehat jasmani dohot rohani, ingkon nunga tardidi pinomat nunga 2 taon, ringgas di partangiangan lingkungan, stasi manang parmingguan ari Minggu. Ngoluna ingkon burju di keluarga, di lingkungan dohot di masyarakat. Halak i ingkon malo manghatai. Adong muse do na mamillit pangurus asing sian criteria na di ginjang, alasanna anggiat marhite na gabe pangurus i ibana, ibana gabe ringgas margareja.
Sude kriteria na di ginjang i tung mansai bagak. Alai adong na dihalupahon songon na nidok ni Jesus tu si Petrus, ima ingkon manghaholongi Jesus Kristus di ginjang ni saluhutna. ido naumporlu na pinangido ni Jesus Kristus. Alana anggo so adong holong na songoni, saluhut kriteria i ndang marlapatan. Holong na bolon tu Jesus Kristus, di ginjang ni saluhutna na adong di portibi on, ido na gabe syarat na pinagido di sude angka siseanni Jesus Kristus. Dibahen i, hita sungkun ma dirinta, “Nunga huhaholongi Jesus Kristus di ginjang ni saluhutna na di portibi on?”

Sabtu 30 Mei 2009; Minggu Paskah VII
Ulaon 28:16-20,30-31; Joh 21:20-25
“Molo na lomo rohangku, naeng mian ibana, paima ro Ahu, ndang na ro di ho i; asal diihuthon ho Ahu!”

Si Johannes na manurat injil Johannes on patolhashon tu hita, ima aha na disurat di dibukkunaon, sudena tung mansai toho, tung pe ndang boi sude nabinahen ni Jesus disurathon di sada buku, alana tung mansai godang naung binahen ni Jesus, jala saluhutnai sada hahomion bolon na sotarantusan hita. Memang sada hahomion bolon do i, songon na didok ni angka namalu, “Anggo boi do sude tarantusan ngolu dohot na binahen ni Jesus, berarti dosma ibana dohot hita jolma, marhuabe tahaporseai ibana.” Lapatan ni hata, laho mandok porsea ma hita tu ibana jala hita ihuthon ma ibana, songon na nidok ni Jesus tu si Petrus, “iihuthon ma Ahu!” Hita ihuthon ma Ibana dohot sude na nidokNa, unang pola suda tingkinta laho mamingkirhon boha annon hasilna, ditangihon jolma do manang daong. Hita pahotma haporseaonta tu ibana, ai patupaonna do angka na porlu dihita.

Minggu 31 Mei 2009: Ari Rea Pentekosta
Ulaon 2:1-11; Gal 5:16-25; Joh 15:26-27; 16:12-15
“Alai dung ro Tondi hasintongan na nidok ondeng, togihonon ni i do hamu tubagasan nasa hasintongan.”

Di Ari Rea Pentekosta on, tu hita dipapatar ma muse hagogoon ni Tondi Porbadia na songgop tu angka Apostel. Tondi Porbadia i, ima Tondi Nabadia na dijanjihon Jesus sandiri andorang so borhat ibana mulak tu surgo. Tondi i tung mansai manguba angka apostel. Anggo di mulana nasida tung mansai mabiar manorushon Barita Nauli, mangulahon tona ni Jesus Kristus tu nasida, alai dung songgop Tondi Porbadia tu Nasida, nasida gabe barane, jala marhite Tondi Porbadia, sude jolma mangantusi aha napisahat ni angka apostel. Jadi Tondi i, ndang holan manguba angka apostel, alai dohot do pauba angka na umbegesa jamita ni angka apostel. Tondi Porbadia naung jinalo ni angka Apostel nunga dilehon tu hita di tingki pandidion jala dipagok di tingki Krisma hita. Nunga mangula Tondi i di bagasan ngolunta?
Taringot tu si, adong do halak Kristen na mandok, tandana sahalak Kristen i nunga digohi Tondi porbadia, jala nunga mangula Tondi porbadia i di diri nasida, ima molo boi nasida marhata roh. Hurang do tohona pandapothon, alana songon na tarsurat di Galatia 5:22-24 didok, “Alai angka on do parbue ni Tondi: Holong dohot las ni roha, dame dohot lambas ni roha, habasaron, habasaon, haporseaon, halambohon dohot hatomanon. Ndang maralo patik dompak angka sisongon i. Alai angka na ginomgoman ni Kristus Jesus, diparsilangkon do dagingna rap dohot angka hisaphisap dohot sangkapsangkap.”
Jadi tung mansai tangkas di hita, Tondi Porbadia i puba angka apostel, mambahen nasida barane majamitahon harajaon ni Debata. Tondi Porbadia dohot parbuena na mangolu di bagasan diri ni angka Apostel mambahen angka na mambegei jamita nasida gabe porsea tu debata. Saonari tasungkun ma jolo dirinta, “Nunga mangolu jala mangula Tondi Porbadia i di bagasan dirinta be? Anggo tutu nunga mangolu Tondi Porbadia naung ta jalo i di bagasan dirinta, nunga lam prosea angka dongan na pujumpang dohot hita?

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Minggu, 17 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ulaon 10:25-26.34-35.44-48; 1Joh 4:7-10; Joh 15:9-17
“Radoti hamu ma angka patikku; i ma dalanna, asa mian hamu di bagasan holong ni rohangku: Songon Ahu pe na mangaradoti angka patik ni Damang, gabe mian di bagasan holong ni rohana.
Umbahen na huhatahon i tu hamu, asa di bagasan hamu halalas ni rohangki, jala asa gok halalas ni rohamuna!”


Hea sahali ahu mardalani di pajak horas na di Siantar. Di tingki i, mardalan pat do ahu, Alana laho manuhor situhoron, alai ndang jumping. Tingki mardalan i, sian nadao huida sada ina-ina antar songon na martugarang laho manaborang dalan. Hupanotnoti sian na dao, jala marpingkir, ‘adong do jolma na mangurupi ibana?’ Torop do jolma di si, alai ndang adong na pardulilaho mangurupi ina-ina i, hape saek godang motor na lewat jala panas ni mataniari ndang tartaon. Marnida i, marlojong ma ahu mandapothon ina-ina i, tangan siamunhu mambahen tanda tu angka motor na lewat asa mana, jala hutogu ma ibana pangke tangan hambirang. Dung sahat di saborang ni dalan, disungkun ina-ina i ma margakhu dohot tubu ni boru aha ahu. Dung hupaboa, ninna ina-ina i tu ahu, “Mauliate ma da amang, sai godang ma pasu-pasu ni Tuhan tu ho.” Tingki hubegei hata pasu-pasu i, tompu huilala adong sad alas niroha bolon di diringki, na sotardok ahu. On do hape halalas ni roha dinamangulahon na denggan, mangurupi dongan na hasusaan, panas niari dohot loja pintor tompu mago, diganti dohot las ni roha. Sampe saonari, molo huingot pengalaman i, songonna tubu muse gogo dohot las ni roha. Dibahen i, unang marnaloja hita manghaholongi, mangulahon na denggan tu angka dongan, Alana sai na jumping ta do las ni roha nasotartuhor.

Senin, 18 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ulaon 16:11-15; Joh 15:25-16:4a
“Alai dohot ma hamu mangkatindangkon, ai donganku do hamu sian mulana i.”

Masa do di hita halak batak na mandok, “Sahala ni natua-tua mangomgomi pinomparna.” Angka hata ondeng laho mandok tu hita , natua-tuanta i molo tung pe monding nasida, sae tong do manggomgomi pinomparna, ima na didok gabe partangiang di hita. Marhite haporseaon si songoni, gabe tung marposniroha ma angka pinomparnai manorushon ngoluna, alana porsea na sai tong do ditangianghon natua-tuana ibana, tung pe nunga monding natua-tuanai.
Doshon i ma nadialami halak sisean ni Jesus Kristus. Nasida tung mansai mabiar do mangulahon hata ni Jesus na mandok na ingkon manghatindanghon haporseaon ni nasida jala pararathon harajaon ni Debata. Dobto Jesus doi, ido Alana andorang so ditadinghon dope sisean i, nunga dipabotohon Jesus tu nasida, naso tadinghononna nasida, alai nadongananna do nasida, marhite na suruonna do pangurupi di nasida ima Tondi Porbadia. Aha nadijanjihon Jesus i, tung dihilala jala dihaporseai angka siseani do. Alana taboto do, anggu dimulana nasida i tung mansai mabiar, alai diujungna nasida gabe barani manghatindanghon haporseaon nasida dohot pararthon harajaon ni Debata siala pangurupion ni Tondi Porbadia. Alani i, naeng ma barane hita mangulahon tononan naung dilehon Jesus tu hita, ima manghatindanghon haporseaonta, pararathon harajaonna, ai nasai donganon ni Jesus do hita tong-tong.

Selasa, 19 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ulaon 16:22-34; Joh 16:5-11
St. Petrus Selestinus & St. Alkuin OSB
“Ulimuna do i, ia laho Ahu. Ai aut so laho Ahu, ndang na ro Pangondian i manopot hamu. Alai anggo laho Ahu, suruonku do ibana tu hamu!”

Ra hea do ta rasahon boda do ditinggalhon monding keluarganta manang dongan na tahaholongi. Tontu lungun rohanta, alana ndang boi be panjumpang manang rap dohot ibana di portibi on. Songon i ma na dihilala angka apostel tingki laho ditinggalhon Jesus nasida. Alai ditingki marlungun ni roha na sida, dipaboa Jesus tu nasida, i ma ndang na ditinggalhon nasida songon naso maraba dohot so marina, alai na mulak do ibana tu Amai, mulak tu ingananna hian ima surgo i. Sian hata ni Jesus i, tangkas ma dipabotohon tu angka apostel dohot tu hita, ai na mulak tu Amai do ibana, mulak tu ingananna hian, lapatanna tangkas ma ibana Tuhan Debata na tuat sian surgo laho paluahon hita, jala mulak muse tu surgo laho paradehon inganan tu angka naporsea. Marhite hinalaona mulak tu surgo, tngkas ma di hita hadebataon ni Jesus Kristus, dibahen i tontu silas ni roha di hita, Alana ibana na tahaporseai Debata do, debaheni hitta na porsea tu ibana sae nasahat do tu surgo. Asing ni i muse, lam papatarhon Hadebataon ni Jesus i, dijanjihon ibana do di hita ima Tondi Porbadia, na sinuruNa raphon Ama i laho mandongani, mangurupi jala mangajar-ajari hita asa boi hita sahat panjumpang muse dohot ibana di surgo. Dibahen i, porsea ma hita tu ibana dohot tu Tondi Porbadia na sinuruNa laho mandongani hita.

Rabu, 20 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ulaon 17:15,22-18:1; Joh 16:12-15
“Alai dung ro Tondi hasintongan na nidok ondeng, togihonon ni i do hamu tubagasan nasa hasintongan!”

Di zaman modern on, godang do hamajuan na gabe silas ni roha, alai godang muse na mambahen lungun ni roha. Di nuaeng on, jolma nunga holan mangasanghon gogona, hajulmaonna dohot hamoderenon. Nunga hurang be haporseaon ni jolma i tu Debata na mangolu, na sai tongtong gabe pangurupi di ibana. Jolma si songoni, somalnna pasti do manghilala ngolu on tung mansai borat, jala olo do prustrasi. Memang toho, molo hita holing mangasanghon gogonta sambaing, tontu ndang tolap hita mangadopi ngolu nuaeng on na tung mansai borat.
Alai di hita halak Kristen, unang ma nian songoni, alai tabungka ma rohanta tu Tondi Porbadia, asa mangula Tondi di bagasan ngolunta, Tondi Porbadia naung dijanjihon Jesus Kristus tu hita. Unang hita holan mangasanghon gogonta sambing, alai tabungka rohanta asa mangula Tondi Porbadia di hita. Tondi Probadia do na gabe mangogoihon hita laho mangadopi ngolu on, jala namambahen hita boi marnida pasu-pasu dohot pangurupion ni Debta na sai tong-tong mandongani hita, Tondi i muse do na mambahen hita boi barani menghatindanghon haporseaonta. Olo do hita mambgunka rohanta tu Tondi Porbadia?

Kamis, 21 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ari Rea Hananaek Ni Jesus Kristus
Ulaon 1:1-11; Ef 1:17-23; Mrk 16:15-20
“Laho ma hamu tu liat portibi on; jamitahon hamu ma barita na uli i tu nasa na tinompa!”

Sadari on, tarayahon ma ari Rea hananaek ni Jesus Kristus tu Surgo. Di tingki laho naek Jesus tu surgo, dipasahat ma tona tu angka siseanNa, “Laho ma hamu tu liat portibi on; jamitahon hamu ma barita na uli i tu nasa na tinompa!” Ra songon na asing tahilala, Alana dilehon Jesus tu nasida tohonan, alai ditinggalhon nasida.
HananaekNa tu surgo ndang na manadinghon siseanNa, jala ndang berarti nunga sae be karejoNa di portibion, ba pansiun ma ibana. Ndang i lapatanNa. Alai dinanaek ibana tu Surgo laho patangkashon hamuliaonNa, ai namarhuaso do ibana di Seurgo. Marhite i, tarida ma muse, ibana naung manaluhon huaso ni portibi on, ndang adong na boi mangambati iabana laho patuduhon holongNa tu jolmai, laho paluahon julma i. Di barta nauli na tatangihon sadari on, ndang adong dipatuduhon lungun ni roha ni angka apostel. Din nasida dinanaek Jesus tu surgo, ndang gabe parsirangan na mambahen lungun ni roha nasida, alai silasniroha do diida nasida, alai tangkas ma di nasida, Jesus i Tuhan Debata. Dibahen i, marlas niroha nasida manjalo jala mangulahon tohonan na pinasahat ni Jesus tu nasida, tarlumobi muse ai marjanji do Jesus na tontong donganna nasida saleleng ni lelengna.
Asing ni i, Ari Rea sadari on, gabe sada parsiajaran di hita, ima na laho parsidohot do muse hita naek tu surgo, pajumpang dohot Jesus di surgo laho mangolu di bagasan hangoluan na saleleng ni leleng. Dibahen i, tung pe di parngoluan on, tung mansai godang parungkilan, godang parmaraan, godang sitaonon, godang tantangang, alai anggo hot hita di haporseaon tu Jesus Kristus, sai na donganonni Jesus do hita jala sai na parsidohot do hita anon naek tu surgo raphon ibana laho mangolu dihangoluhon di saleleng ni lelenga. Dibahen i, uang pola mabiar hita laho manjamitahon barita nauli i.

Jumat, 22 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ulaon 18:9-18; Joh 16:20-23a
“Di hamu pe nuaeng dok ni roha; alai idaonku do hamu muse, gabe las ma rohamuna disi, jala ndang buaton sian hamu halalas ni rohamuna i!”

Barita hatutubu ni sada dakdanak , mamboan silasniroha di sada keluarga. Apalagi molo na tubu i buha baju panggoaran ni keluarga i. Di tingki i, digongkon ma ompungna, hula-hulana, angka hombar balok, dohot huria, jala dibahen do pesta na suman tusi. Alai molo taida andorang su silasniroha i, ina pangintubu ni dakdanak i, ingkon do manaon nahansit situtu. Alai dung sorang dakdanak i, pintor songon na salpu jala lupa ina i dinahansit natinaonna dipartubu ni dakdanak i. Antar songoni ma dibahen Jesus gombaran taringot dinamangihuthon ibana.
Gabe sisean ni Jesus Kristus di namasa nuaeng on, tung mansai borat do, olo sipata mambahen mandele hita, sipata marpingkir adong dope labana marhaporseaon tu Jesus Kristus. Dibahen i olo do ninna angka dongan, “Tarhona mambaritahon barita Nauli, mangan sajo ndang boi, songoni muse mamparngoluhon haporseaon i sajo nunga tung mansai borat!” Memang toho doi, tung mansai borat parngoluan nuaeng on. Alai unang alani sitaonon gabe lilu hita, ta dalani saluhutna di bagasan dohot mardongan haporseaon tu Debata. Molo daulat hita tu Debata, tung pe mangadopi saluhutnai, jumpangta ma halalasniroha bolon. Jala taingot ma hata ni Jesus na mandok, ai ndang sadia dope sitaonon na tataon laho mangihuthon ibana dibandinghon dohot halalasniroha na laho jaloonta annon molo tong hot hita di ibana.

Sabtu, 23 Mei 2009: Minggu Paskah VI
Ulaon 18:23-28; Joh 16:23b-28
“Nasa sipangidoonmuna tu Ama i, sai na lehononna do marhitehite Goarhu.”

Hea sahali marhuria hami didongani piga-piga ruas, manopot sada stasi na dao ditombak, ingkon mardalan pat 2 jom lelengna, manaborang sunge sampe tolu hali, ndang sian titi alai langsung tu sunge i. Sunge i ndang na metemet, lumayan bolak do, bagasna nasa duhul-suhul, jala antar doras. Di stasi i, marborngin ma hami sada borngin di sada jabu, rap sada inganan. Sogot nai di tingki marulaon misa nabadia, tompu ma ro udan doras. Alani udan, pintor tompu ma huingot hata ni angka parstasi i na mandok, “Pastor, ai molo ro udan doras sunge i gabe banjir, hami pe ndang barane manaborang sunge i.” Marningot i, sanga ma ganggu rohangku tingki ulaon misa i, alana berarti ndang boi be hami mulak sadari i alana pasti banjir ma sunge. Hupatenang ma diringhu, jala martangiang ma dibagasan roha, “Tuhan, nunga dua ari saborngin hami di son manopot ruasMu, jala ingkon mulak do hami sadari on, alan nunga adong karejo na asing paimahon hami di inganan na asing. Alai anggo ro do udan jala banjir sunge, bararti ndang boi be hami mulak, sundat ma ulaon di na asing. Dibahen i, unang paloas sudenai gabe sundat, so manian udan on, jala unang loas sunge banjir, asa boi hami mulak, amen.” Ndang pola leleng dung sidung tangiang i, denget-denget so ma udan i, hape andorang soi tung mansai doras, jala sunge pe ndang banjir.
Ra hea do hita manghilala gogo ni tangiangta. Alai ra hea muse do tahilala hera na so marna ditangihon Tuhan tangiangta. Hape didongkon Jesus nangkin, “Nasa sipangidoonmuna tu Ama i, sai na lehononna do marhitehite Goarhu.” Dia do lapatanna? Anggo didok Jesus songon i, boasa ma sipata hera na ndang marna ditangihon Debata tangiangta?
Lapatan ni hata ni Jesus nangkin, ndang berarti sude tangian i pasti ditangihon Debata. Alai taingot ma, tangiang i ingkon do mardongan jala dibagasan haporseaon na tutu tu Debata. Tangiang i, ingkon do haluar sian haporseaon na Debata manghaholongi hita, jala na sai patupahon angka na denggan tu hita. Dibahen i, tangiang i tong dibagasan posniroha situtu tu ibana. Alai tung mansai jotjot do hita mangido di bagasan tangiang ima angka sangkapta, lomo ni rohanta, hape ndang porlu di hita. Pos situtu marohanta martangiang, ba molo porlu do di hita, diparngoluanta apalagi dipartondianta, sai na tangihonon ni Debata do i. Dibaheni, unang marnaloja hita martangiang tu Debata.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :
Minggu, 10 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 9:26-31; 1Joh 3:18-24; Joh 15:1-8
“Na mian di bagasan Ahu jala Ahu di bagasan ibana, i ma na marparbuehon godang; ai ndang tarula hamu agia aha, anggo so mardongan Ahu.”



Molo ta ingot tingki di bonapasogit, ta dok majo ranting ni mangga manang ranting ni unte i ndang na laho marparbue anggo so sada dohot batangna, jala molo adong ranting na so marparbue, sai nagotaponni partani i do, asa lam godang boras ni ranting na marparbue.
Songon i muse parumpamaan na sadari on, ima didok Jesus, na ibana do hau Anggur jala hita manisia ranting-rantingna. Parumpaman on laho pabotohon, na tung mansai balga holong ni Jesus Kristus tu hita. Ala ni balga ni holong na, olo ibana gabe mual ni hangoluan tu hita, jala ibana pe laho mangalehon ngolu na tung mansai bagak tu hita jolma. Alai ngolu i boi tajalo molo marsada hita dohot ibana.
Marsada dohot Jesus Kristus ido na mengalehon ngolu tu hita jala na mambahen marparbue ngolunta. Alai tung mansai godang do jolma di zaman on, merasa dirina boi mangolu jala mangulahon saluhutna ndang pola ingkon mardongan Jesus Kristus, merasa ndang porlu Tuhan i di ibana. Porsea ma hita, ngolu na dao jala malua sian Debata, ndang na laho jumpang na habagiaon, alai hagoan do jumpang na.

Senin 11 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 14:5-18; Joh 14:21-26
“Ganup na holong roha di Ahu, radotan ni i do hatangki, jala haholongan ni Damang ma ibana, gabe ro ma Hami manopot ibana, maringanan tubagasan ibana.”

Ansugari adong sada ama-ama na mandok, tunga mansai holong rohana tu parsonduk bolonna dohot tu keluargana alai holan na di lapo tuak ibana, ndang hea karejo tu balian, toho do nadidok nai, ima na holong roha tu keluargana? Tontu sude hita satolop mangalusi bahwa ndang toho na nidok ni ama-ama i,kesset doi. Alana holong ingkon dipataridahon di pambahenan na denggan dohot tanggungjawab tu keluargana.
Songon i do muse na nidok ni Jesus tu hita sadari on, “Ganup na holong roha di Ahu, radotan ni i do hatangki, jala haholongan ni Damang ma ibana, gabe ro ma Hami manopot ibana, maringanan tubagasan ibana.” Holong tu Jesus Kristus ingkon do dipataridahon dibagasan ngolu siadapari, marhite pingkiran, panghataion, dohot pambahenan na denggan jala nauli. Mangulahon patikni Debata ndang gabe sada pilihan di hita kristen, alai na ingkon do taulahon tanda holong ni rohanta tu ibana.
Ulos suri-suri, rio-rio di tonga-tonga.
Hata nauli naung pinasahat ni Jesus tu hita, taulahon ma martonga ni ngolunta.

Selasa, 12 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 14:19-28; Joh 14:27-31a
“Dame do hutinggalhon di hamu; dame na di Ahu, i do hulehon di hamu. Ndang songon pangalehon ni portibi on pangalehonku. Unang ma bonsa jala unang ma mabiar rohamuna!”

Tona ni natua-tua tu angka pinomparna andorang so monding, jotjot do gabe sada gogo di angka pinomparna.
Antar songon i ma na pinasahat ni Jesus tu angka siseanNa andorang so borhat ibana manadinghon nasida, mulak tu Debata Ama i. Ai doboto Jesus do lungunni riha ni angka siseanNa diparlaona mulak tu Debata Ama, jala tung mansai balga holong ni Jesus tu nasida, ndang olo ibana mangida marsak roha ni sisean i. Alani i ma, andorang so borhat ibana didok tu siseanNa, “Dame do hutinggalhon di hamu; dame na di Ahu, i do hulehon di hamu. Ndang songon pangalehon ni portibi on pangalehonku. Unang ma bonsa jala unang ma mabiar rohamuna!” Marhite hata ondeng, tangkas ma tu hita, molo tung pe nuaeng on ndang boi taida Jesus pa adop bohi, alai sai tong do didongani ibana hita di parngoluanta. Nunga dilehon Debata tu hita DameNa, lapatanna Debata manghaholongi hita, jala ibana sai tongtong raphon hita. Dibahen i, unang pola mabiar hita mangadopi ngolu dohot saluhut angka na masa, alai porsea ma hita, nunga dilehon Debata tu hita dameNa na so boi diagohon manang aha pe.

Rabu, 13 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 15:1-6; Joh 15:1-8
“Ahu do hau anggur i, hamu do ranting i. Na mian di bagasan Ahu jala Ahu di bagasan ibana, i ma na marparbuehon godang; ai ndang tarula hamu agia aha, anggo so mardongan Ahu.”

Tung balganai antong holong ni Jesus i tu hita manisia, olo ibana marsada dohot ibana jala olo ibana gabe mual ni hangoluan di hita. Ndang holan i, olo ibana mambahen hita marparbue marlipatganda molo tongtong mian hita di bagasan ibana.
Dia maharoa lapatanna mian di bagasan ibana? ima marhaporseaon na tutu tu ibana, jala di bagasan haoprseaon i, hita pasahathon saluhut ngolunta tu ibana ala porsea hita, na ibana do mual ni hangoluanta. Ngolu si songon i, sai napasu-pasuon ni dEbata do, gariada marhite pasu-pasuNa i, gabe marparbue marlipatganda hita. Muse didok, manang aha pe napinangido ni rohanta molo tutu hita mian di bagasan ibana, sai na tangihonon ni Debata do. Jadi, haporseaon na tutu tu Jesus Kristus, ido na utama jala on do na gabe alus parsilisihan na tatangihon di panjahaon perojolo. Tangkas do dipabotohon tu hita, Debata ndang marnida adat, bahasa, hamoraon manang na asing, na pinangidona sian hita ima haporseaon na tutu tu ibana.

Kamis, 14 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 1:15-17.20-26; Joh 15:9-11
PESTA MATIUS APOSTEL
“Songon holong ni roha ni Damang di Ahu, songon i do holong ni rohangku di hamu. Mian ma hamu di bagasan holong ni rohangki!”

Ra, hea do tabegei sarita na aotik gait ate. Di sada tingki ninna adong ma sada parjamita, tadok majo goarna, amani Jalomo, ibana marjamita di Gareja taringot tu na mangulahon holong. Ninna ma tu angka ruas na pungu di gareja i, “Di hamu angka ruas, ingkon ma hita marsihaholongan, tanda ni holong ta tu Debata. Rupani holong, ba molo nunga ta jalo pasu-pasu, ingkon barane do hita mangalehon godang tingki pelean, ai tu Debata doi marhite huriana, ai ndang tu ahu i. Songon i muse molo adong na dihita apalagi lobi sian sada, ba barane ma hita mangalehon tu nasonampuna.”
Tek ari holang, amantai laho mardalani, ai holan boruna do na mangingani bagas nasida. Di tingki i ro ma pangido-ido tu bagas nasida. Marnida i, marningot ma borunai di jamita ni amangna tingki di Gareja, ninna rohana ,”Didok bapakku, molo adong di hita apalagi lobi sian sada, ingkon barane mangaleho tu nasonampuna’, dibahen i baju ni bapakku adong dua setel, jadi hulehon ma 1 setel tu pangido-ido on”. Jadi dilehon boru nai ma 1 setel baju ni bapanai. Dung mulak bapanai, diida ma ndang disi be baju na digantunghon ibana di kamar, dungi disungkun ma boru nai, “Ai didia abithu na hugantung nangkin di son?” Dialusi boru nai ma, “Nangkin ro pangido-ido tu son, jadi hulehon tu ibana”. “Boasa dilehon ho?” ninna bapanai. Dungi dialusi borunai ma muse, “Alai ninna bapa tingki marjamita di Gareja, ‘molo adong na dihita apalagi lobi sian sada, ba barane ma hita mangalehon tu nasonampuna’, jadi hulehon sada tu pangido-ido i.” Umbegesa i tarsonggot ma bapanai jala ninna ma, “Ai ndang tu hita jamita i, tu ruas jala tu halak an doi!”
Songon i ma jotjot godang halak Kristen, tung mansai neang mandok ingkon hita marsihaholongan, alai ndang olo mangulahon holong marhite na mangulahon angka na denggan tu donganna. Muse tung mansai neang hita mandok, ahu halak Kristen, alai ndang olo mangulahon holong i. Hape didok Jesus ma tu hita, “Mangulahon holong ni roha tu angka dongan, ima tandana na tutu hita porsea tu Jesus Kristus, na tutu mangaradoti patikNa.”

Jumat, 15 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 15:22-31; Joh 15:12-17
St. isidorus & St. pakomius
“Na sumeahon hosana humongkop angka alealena, i do parholong ni roha na so halompoan!”

Hea di nasadari ro ma mani Jaultop tu pastoran, manjumpangi pastor laho manghata-hatai taringot tu pamasu-masuon pardongan saripeon. Ninna amani Jaultop ima, “Amang pastor, ahu Vorhanger sian stasi A, jala nunga dua periode ahu gabe Vorhanger, jala nunga lelang ahu gabe pangula ni huria. Saonari ro ahu laho mangurus taringot pamasu-masuon anakta pastor, ai laho marrumatangga ibana.Dungi ninna muse, “Jujur ma hudok tu amang pastor, memang anakta on ndang kursus perkawinan dope, jala ndang di son saleleng on, ai dipangarantoan do, jadi hupangido tu pasto asa mangantusi hamu jala olio hamu jo pangidoanhu on.” Dungi ninna pastor ima, “Ba na denggan mai amang, dipersiaphon ma angka surat-surat do persyaratanna da, jala jolo kursus persiapn perkawinan majolo ibana.” Dialusli amani Jaultop ima, “Songonon do pastor, ai ndang sanga tingkina mangurus surat-suratna, jala ndang adong tingkina laho kursus persiapan perkawinan, alana holan 1 minggu do cutina, jadi hupangido hami asa 3 ari nai ma ulaon i.” Ninna pastor i ma mangalusi, “Ai ndang boi songoni amang, ingkon do taihuthon peraturan ni hurianta.” Umbegesai ninna amani Jaultop ma, “Huboto do peraturan ni amang, ai nunga leleng ahu gabe pangula ni huria, alai hupangido asa boi istimewa sahalion amang pastor, asa adong labana iba na pangula ni huria. Anggo so boi pastor, ndang adong hape labana ahu gabe pangula ni huria, jala anggo daong boi ninna pastor, mundur ma ahu sian pangula ni huria, songoni muse ra tumagon ma haluar ahu sian huria i.” Dungi haluar amani jaultop i, ditadinghon pastor i.
Songon i ma ra jotjot pangalaho ni angka dongan nuaeng on. Godang do na mangulahon sada ulaon na denggan, dohot ma i ulaon huria, alai ndang sian roha na ias situtu, alai mangalului balosna. Boha hita saluhutna? ingot hita ma hata ni Jesus na mandok, ““Na sumeahon hosana humongkop angka alealena, i do parholong ni roha na so halompoan!”

Sabtu, 16 Mei 2009: Minggu Paskah V
Ulaon 16:1-10; Joh 15:18-21
“Molo dihosomi portibi on on hamu, boto hamu ma, naung jumolo Ahu dihosomi”

Adong umpasa na mandok, “Eme na masak, igagat ursa. Aha na masa, ba i ma ta ula.” Hata undeng do na godang diparngoluhon manisia nuaeng on. Alana ninna roha ni nadeba, anggo so diihuthon na masa nuaeng on, ndang habagian hita. Alana memang di nuaeng on, tung mansai maol do gabe jolma na burju, na manghatindanghon habonaron, suang songoni laho mamparngoluhon haporseaon, uhumna dipasiding sian parngoluan, ninna ndang dapotan jambar, jala olo do dietong jolma sisongoni jolma narintik do, mateal-tealhon. On ma situasi na mambahen lungun ni roha, jala halak Kristen pe nunga godang mangulahon na masa nuaeng on, jala alani i, gabe mabiar jolma laho mangulahon na sintong. Alai tung pe songoni tontu sae na godang dope halak Kristen na tong hot dihaporseaonna, tung pe mardongan biar ni roha.
Aha na dialami halak Kristen nuaeng on, nunga diboto jala digombarhon Jesus di tingki i. Dibaheni do didok tu siseanNa, na ingkon do adopan ni nasida si songoni di nalaho mangihuthon ibana, alana ibana sandiri pe nung mangalami i. Alani i, dipodai Jesus hita asa unang pola mabiar hita, ai nungga dipillit Jesus hita sian tonga-tonga ni portibi on, dijadihon siseanNa. Dinaung jadi siseanNa hita, ibana sai na tongtong do raphon hita, mangurupi, mangalehon gogo jala molo tong hot hita laho mangihuthon ibana, ssai na jaloonta ma hangoluan na saleleng ni lelengna.

KABAR GEMBIRA BUAT HALAK HITA

KABAR GEMBIRA








Bagi kita orang Batak (halak hita) ada kabar suka cita, yakni selain dalam Situs ini, sejak Januari 2009 sudah terbit juga Buku Renungan Harian Bahasa Batak Toba yang kami beri nama LAPO NABADIA. Buku Renungan harian ini seseua dengan penanggalan liturgy Gereja Katolik dan buku ini dikeluarkan oleh Para Biarawan Karmel Komisariat Sumatera.


Nama Buku Kecil ini diambil atau diterjemahan dari Bukur Renungan Harian KAFE ROHANI, yang dikeluargkan oleh Para Biarawan Karmel Regio Jawa. Namun walau nama Buku LAPO NABADIA ini merupakan saduran dari Buku Renungan Harian KAFE yang bahasa Indonesia, isinya berbeda, dalam arti bukan terjemahan langsung dari KAFE, tetapi langsung dari hasil permenungan para Biarawan Karmel yang bekerja di Komisariat Sumatera.

Buku Renungan LAPO ini dikeluarkan pertama-tama untuk membagikan hidup rohani para biarawan Karmel yang dihayati dalam hidup pelayanan bersama dengan umat. Juga memang buku kecil ini diharapkan untuk menambah masukan dalam biaya pendidikan para calon imam (Postulan) yang ada di Sidikalang – Dairi Sumatera Utara. Sehingga bila para Saudara berlangganan Buku Kecil ini, Para Saudara beroleh siraman rohani dan sekaligus beramal demi pendidikan calon-calon imam kita. Selain itu, kami juga sangat mengharapkan bantuan dana / sumbangan bagi pendidikan calon imam karmel.

Harga eceran LAPO ini untuk wilayah Sumatera Utara Rp. 5000,-, tentu bila pengiriman keluar dari Sumatera Utara akan ditambah biaya pengiriman. Dalam hal ini, kami mengharapkan ada diantara Para Saudara yang mau menjadi penyalur untuk wilayah Saudara, sehingga biaya pengiriman tidak begitu mahal.
Kami sangat senang bila para Saudara yang telah mengetahu informasi ini, mau membagikan informasi ini untuk para Saudara kita Orang Batak yang ada diperantaun, pinomat marsihor-sihol dohot jala unang lupa bahasa na sian bonapasogit.


Bila Para Saudara hendak berlangganan, silahkan dihubungi
DIAKON KARTOLO MALAU O.CARM,

Pastoran Gereja Katolik
Jln. Sisingamangaraja Atas 39
Sumbul 22281
Telp/Fax (0627) 450014
Hp 081397111045

BERITA SINODE V KAM

KABAR DARI
SINODE-V KAM
1-5 Desember 2008
Di Nagahuta, P. Siantar



Mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya, apa saja yang dibahas dan dibicarakan dalam Sinode yang berlangsung selama lima hari itu. Kendati agak terlambat, kami mencoba untuk memaparkan bagaimana berlangsungnya sinode tersebut. Cukup banyak hal yang dibicarakan dan direkomendasikan sinodan (peserta sinode)kepada bapa Uskup yang menjadi arah dan kebijakan hidup menggereja ke depan di keuskupan kita.

SERBA-SERBI

Sebelum kita masuk ke dalam pokok bahasan di Sinode, mungkin alangkah baik jika kita utarakan dulu beberapa hal selama berlangsungnya sinode tersebut.

Doa dan Sidang satu KesatuanSelama berlangsungnya sinode, doa dan sidang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Doa dalam hal ini Ibadat dan Ekaristi merupakan satu kesatuan dengan sidang atau pembahasan topik-topik yang diusung dalam sinode. Peserta tidak bisa hanya hadir di dalam sidang saja, tetapi harus juga hadir di dalam Ibadat dan Ekaristi. Di sini tidak ada yang terkecuali baik Uskup, Imam maupun umat, baik panitia maupun peserta. Semua harus bersama-sama dalam berdoa dan bersidang. Hal ini mau menekankan bahwa apa yang dihasilkan di dalam bersidang mesti berdasarkan hasil permenungan dalam doa. Di sini bukan hanya ketajaman otak atau pikiran yang dibutuhkann, tetapi juga harus dibarengi dengan ketajaman hati dan buah doa.
Mungkin sikap seperti ini menarik untuk kita terapkan di paroki maupun stasi kita, terlebih di saat kita bersermon atau bersidang untuk membicarakan kehidupan paroki atau stasi kita.

Ikrar Setia Hingga AkhirPada pembukaan sinode, usai perayaan Ekaristi dan mohon turunnya Roh Kudus atas peserta sinode, bapa Uskup memanggil nama satu persatu peserta sinode dan sinodan menjawab: “saya hadir”. Dalam pemanggilan nama yang hampir 300 orang ini, bapa Uskup meminta ikrar kesetiaan dari peserta sinode untuk mengikuti seluruh jalannya rangkaian sinode sampai akhir. Peserta yang tidak bisa hadir sampai selesai sinode dipersilahkan untuk meninggalkan sinode. Peserta yang tidak terdaftar dalam SK peserta sinode juga dipersilahkan untuk pulang.
Ketat ya? Bagaimana dengan sermon-sermon kita selama ini di paroki kita? Mungkinkah hal ini kita terapkan? Sudah merupakan kebiasaan bagi kita mengikuti sermon hanya sepenggal-sepenggal, separuh waktu, mungkin hal ini bisa menjadi bahan refleksi bagi kita.

Disiplin: Duduk di Kursi yang Sama selama Sinode, wajib BadnameKetika peserta masuk ke dalam sidang, setiap peserta duduk di kursi yang sudah diberi label nama peserta sendiri lengkap dengan botol Aqua isi ulang yang diberi label nama peserta itu sendiri juga. Peserta juga diwajibkan memakai tanda pengenal (badname)selama sinode baik ketika sidang maupun ibadat dan Ekaristi. Memang hal ini membantu peserta untuk semakin saling mengenal, tetapi juga sekaligus mengikat peserta jaim (menjaga image)selama sinode untuk senantiasa disiplin: tidak terlambat, tidak keluar-masuk dari ruang sidang. Selama bersidang baik di kelompok maupun di pleno semua perokok baik yang berat seperti penulis ini maupun ringan bisa menahan diri tidak merokok. Kog bisa ya? Selain itu, juru foto juga disebar di setiap penjuru ruang sidang, yang senantiasa siap untuk mengabadikan setiap kejadian dan perilaku sinodan. Peserta yang mengantuk pasti akan menjadi liputan menarik bagi juru foto dan biasanya dipublikasikan lengkap dengan komentarnya lewat jurnal harian sinode Berhasil (Berita Harian Sinode Kelima)yang dibagi-bagikan secara gratis setiap pagi bagi setiap sinodan usai perayaan Ekaristi.
Kesetian dan disiplin tidak hanya dituntut dari peserta sinode, panitia juga senantiasa siap melayani sinodan. Panitia juga melaporkan secara terinci dan transparan setiap biaya yang dikeluarkan setiap hari selama sinode.
Memang habitus baru dicoba diterapkan baik oleh panitia maupun peserta dalam sinode ini, bagaimana dengan kita di paroki dan stasi kita? Masihkah habitus lama yang bercokol?
Para Pastor Wajib lewat Bus Antar-Jemput
Peserta yang berdomisili di sekitar Siantar tidak diperbolehkan menginap kembali ke rumah/biaranya kendatipun dekat. Peserta wajib menginap di tempat yang sudah ditentukan oleh panitia. Karena keterbatasan daya tampung kamar tidur RPF Nagahuta sebagai tempat sinode, sebagian besar para pastor menginap di Monte Luco (Biara Suster FCJM), Bina Samadi (Biara Suster KSFL) dan St. Vincentius (Biara Suster KYM). Mereka diantar jemput dengan Bus VIP Intra setiap pagi dan malam. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan sendiri. Hal ini tampak agak ‘berat’ bagi beberapa pastor yang sudah terbiasa dengan tidur siang. Kali ini, mereka tidak punya tempat untuk meletakkan kepala untuk tidur siang. “Hukuman ya pastor!”, kata seorang peserta awam meledek pastor teman sekelasnya dulu di Seminari.

TOPIK-TOPIK BAHASANTopik-topik bahasan ini, karena keterbatasan tempat, belum bisa kita uraikan satu per satu secara mendetail. Di sini hanya kita sebutkan topik-topiknya saja.
Setelah mengumpulkan dan mempelajari tanggapan dari semua kalangan umat beriman, berupa simpul jaring opini yang sudah diedarkan, panitia persiapan sinode mendaftarkan topik-topik relevan dan diserahkan kepada bapa Uskup. Akhirnya bapa Uskup menetapkan 15 topik berikut sebagai bahan bahasan Sinode V KAM:
1. Pembinaan Keluarga Katolik
2. Dewan (Pastoral) Paroki
3. Pemberdayaan Komunitas Lingkungan dan Kelompok Kategorial
4. Pendidikan Liturgi: Memahami, Mengalami, Menghayati
5. Pelayanan dan Penghayatan Sakramen, khususnya Tobat dan Pengurapan Orang Sakit
6. Identitas Imam dalam Bingkai Liturgi
7. Pembinaan Pengurus Gereja
8. Gerakan Evangelisasi
9. Imam sebagai Pembina dan Pewarta Iman
10. Pelayanan Gereja di Bidang Pendidikan
11. Pelayanan Gereja di Bidang Sosial Ekonomi
12. Peran Tarekat/Lembaga Hidup Bakti dalam Pelayanan Gereja
13. Membangun Dialog Kehidupan
14. Advokasi Hukum dan Kaderisasi Politik
15. Pembenahan Kuria dan Komisi-Komisi KAM.
Berdasarkan topik-topik itu, semua anggota sinode dibagi dalam 15 kelompok. Dari kelima belas kelompok ini kemudian disatukan menjadi 5 subpleno berdasarkan lima (panca) tugas Gereja. Dari lima kelompok ini kemudian menjadi pembahasan dalam pleno dan disimpulkan sebagai rekomendasi dan usulan kepada bapa Uskup. Rekomendasi dan usulan ini diserahkan secara simbolis oleh perwakilan-perwakilan umat kepada Uskup dalam ibadat penutup sidang. Usai ibadat, kemudian peserta sinode berangkat ke GOR P. Siantar untuk bersama-sama dengan seluruh Ketua Dewan Stasi se KAM, para undangan dan umat lainnya mengikuti Misa Meriah Penutupan Sinode V Keuskupan Agung Medan. Pada penutupan ini Semua para pengurus Gereja Se- Keuskupang Agung Medan diundang, para utusan para pengurus Gereja Paroki Sidikalang juga ikut hadir dalam pentupan tersebut. Dalam Pentupan tersebut hadir juga undangan pihak pemerintah yang secara khusus naik Helikopter menghadiri penutupan Sinode ini seperti Gubernur Sumut, Syamsul Arifin dan Kapolda Sumut beserta beberapa Bupati.
(Sorang Tumanggor, peserta Sinode V KAM)


JUBELIUM PAULUS

GEREJA INDUK PAROKI
MERAYAKAN JUBILEUM PAULUS DAN BULAN KITAB SUCI NASIONAL DENGAN MISA INKULTURATIF
(Sorang Tumanggor S.Ag / Majalh Warta Paroki)

Dalam rangka merayakan Jubileum Paulus dalam Bulan Kitab Suci Nasional, Gereja Induk Paroki mengadakan Misa Inkulturasi mulai dari minggu pertama bulan September sampai minggu pertama Oktober.


Minggu pertama September diisi dengan Misa dalam budaya Pakpak, Minggu kedua dengan misa dalam budaya Simalungun, Minggu ketiga dalam budaya Karo, Minggu keempat dalam budaya Toba, dan Minggu pertama Oktober dalam budaya Nasional yaitu Cina, Nias, Jawa, dan Flores.

Semua etnis tersebut merupakan perwakilan dari etnis umat yang ada di Gereja Induk Paroki.
Menarik dalam Misa Inkulturasi ini, semua lagu dan bahasa serta persembahan memakai gaya dan bahasa etnis yang bersangkutan. Etnis bersangkutan juga memakai pakaian adatnya. Sangat terasa antusias umat dan etnis bersangkutan mempersiapkan diri dan mengikuti acara demi acara.

Usai perayaan Misa, etnis bersangkutan beserta seluruh petugas liturgi mengadakan makan bersama sambil ramah-tamah dan bersilaturahmi yang merupakan swadaya dari etnis bersangkutan.
Dalam evaluasi, semua etnis merasa perlu untuk melanjutkan Misa Inkulturatif ini minimal dalam setiap Bulan Kitab Suci Nasional dan mereka berjanji akan membuat persiapan lebih matang dan terencana.

Pastor Antonius Manik, O. Carm dalam setiap pengantarnya menghimbau umat agar meneladani Santo Paulus setelah perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit, ia berubah total dari penghianat, pelaku kekerasan kekristenan menjadi pelayan dan rasul Yesus Kristus ke segala penjuru bangsa. Paulus menjadi pencinta Kristus yang lembut dan rendah hati. Paulus berani menegaskan dirinya, “Bagi saya hidup ini berarti Kristus. Satu hal yang saya inginkan yakni memahami Kristus untuk dapat mengalami kekuatan kebangkitan-Nya agar saya dapat menderita bersama dengan Dia”. Bagi Paulus menjadi rasul berarti menjalani sebuah proses yang panjang, melibatkan seluruh hidup dengan segala kesalahan, cobaan dan tantangan tersendiri. Paulus yakin bahwa kekuatan Kristus yang bangkit terus menyertainya.

Pastor Anton mengajak kita lewat Misa Inkulturatif dalam rangka Jubileum Paulus dan Bulan Kitab Suci Nasional ini, agar membaharui semangat dan menyadari bahwa tugas pokok sebagai orang Kristen: “Mewartakan Injil Tuhan”. Cinta Kristus mendesak kita untuk menjadi pewarta Injil-Nya. Tugas ini tak pernah selesai. Kita selalu menjadi pemula, memulai baru dari awal, membarui pelayanan dan pewartaan kita. Kita yakin Tuhan terus membimbing kita. Semoga pengalaman Damsyik Paulus menjadi pengalaman kita. Mari kita membiarkan Roh Kudus mengubah kita menjadi pelayan dan rasul bagi semua etnis, suku, dan bagi semua orang. Kiranya seperti Rasul Paulus kita pun berani berkata kepada orang-orang yang nyaris putus asa: Kristus adalah harapan kita satu-satunya!.

RENUNGAN HARIAN

RENUNGAN HARIAN BAHASA TOBA :

MEI 2009
PEKAN PASKAH IV


Jumat, 1 Mei 2009, Minggu Paska IV
Ulaoan 9:1-20; Joh 6.53-60
“Tung na so dapot hamu hangoluan i, molo so dipangan hamu daging ni Anak ni jolma i, jala so diinum hamu mudarna!”

Somalna di ulaon ni hita halak batak, ulaon marsipanganon manang marindahan pogu tung mansai porlu hian. Gariada olo do sipata bagak dohot balga ni ulaon i dietong sian ulaon marsipanganon. Molo sude na torop i dapotan mangan, bagak ma didok ulaon i. Jala di hita halak batak ulaon marindahan pogu, ima sada ulu ni sada ulaon. Molo nunga marsipanganon, dietong ma nunga beres sude ulaon i. Jala di tingki ulaon si songoni somalna angkukna ima jagal manang nadidok namarminyak minyak do dipatupa. Sian hasomalan on tangkas ma tung mansai porlu hian sipanganon dohot mai jagal laho diparngoluan songon i muse diparadaton. Dibahen i, mura ma ta antusi aha na nidok ni Jesus di barita nauli sadari on. Alai na gabe sungkun-sungkun di hita, “Ai boha do hita manganhon daging dohot minum mudar ni Jesus?” Bah ai ndang na gabe siallang jolma hita songon si anu na hea tarbarita di hutanta?
Tontu ndang i lapatanna. Alai na laho didok di si, ta haporseai ma Jesus i Tuhan Debatanta, ai ndang boi mangolu hita anggo so mardongan ibana, ndang boi sahat hita tu hasonangan na manontong anggo so marhite ibana jala haporseaon i diparngoluhon. Songon sipanganon na ta pangan mangalehon ngolu dohot gogo di hita, songon i ma nian haporseaon i, songon na jotjot didok, sai anggiat ma haporseaon i mamurnas tu daging jala saudara tu bohi.

Sabtu, 2 Mei 2009 Minggu Paska IV
Ulaon 9:31-42; Joh 6:60-69
“Tung tu ise ma hami laho, ale Tuhan? Di Ho do hata hangoluan sisalelenglelengna!”


Sipata do ninna dongan, “Bah nunga lupa rimbang!” Hata on dihatahon molo adong sasahalak na nunga lupa manang maila patuduhon jala pabotohon sian dia asalna. Rupani i, antar so diboto be marhata batak, sai marhata indonesia manang marhata linggis eh inggeris ibana, ndang dipangke be margana, dohot ma muse ndang diboto be anggo saotik soal adat Batak. Sidalianna didok ai jolma na modern nama nuaeng, hape na maila do dihabatakonna, dietong ibana halak batak i kolot, umhebat adat di halak na asing di ibana. Hape sasintong na, ndang diboto ibana hamoraon ni adat batak jala ndang olo ibana marsiajar.
Songon ni ma hita jotjot taringot tu haporseaon. Tung mansai mura hita manimbil sian haporseaonta tu Jesus, alana maila, manang olo do alani arta, jabatan dohot pangkat. Godang do muse na so mangantusi hamoraon na adong di bagasan haporseaon Kristen, jala muse ndang olo marsiajar. Hape molo tutu manghaporseai Jesus Kristus tung na jumpang na do hahalas ni roha bolon. Dibahen i molo manghirim hita di hangoluan na manontong, hot ma hita dihaporseaon tu Jesus Kristus, jala ta lehon ma tingki marsiajar taringot tu hamoraon di haporseoan Kristen.


HIDUP MENJADI BERMAKNA: PROPOSAL PEMBANGUNAN

PROPOSAL PEMBANGUNAN
GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT
PAROKI SANTA MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN – SIDIKALANG
KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

I. LATAR BELAKANG SINGKAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu. Mereka mulai berkumpul dan sepakat untuk mengadakan kebaktian di rumah bapak Tua Berutu (Mpung Pakto) di Dusun Lae Mbalno Desa Boang Manalu. Mereka mengadakan kebaktian di sana selama tiga tahun. Sejak itu, jumlah umat pun mulai bertambah.
Tahun 1968 umat menerima tanah pertapakan Gereja dari marga Boang Manalu di Desa Lae Tarondi dengan ukuran 30 m x 30 m. Tahun 1969 umat sepakat untuk pindah ke Desa Lae Tarondi dan mendirikan bangunan Gereja darurat yang terbuat dari atap lalang, dinding bambu dan lantai tanah. Bangunan Gereja itu dekat jalan besar dengan tujuan memudahkan pastor datang melayaninya.
Dengan berdirinya Gereja tersebut, kendati darurat, umat merasa senang karena sudah memiliki tempat ibadah. Namun, pada tahun 1971 bangunan Gereja itu roboh diterjang angin puting beliung. Dengan bergotong-royong umat setempat kembali mendirikan gedung Gereja dengan kondisi sama dengan sebelumnya. Demikian mereka kembali mempunyai tempat beribadah. Namun hal itu hanya bertahan dua tahun karena tahun 1974 bangunan tersebut kembali roboh diterpa bencana yang serupa. Hal ini tentu sangat menyedihkan bagi umat, mereka harus memperbaiki kembali gedung gereja yang rusak agar dapat beribadah. Umat kembali memperbaikinya. Tahun 1976, umat sepakat dan memutuskan untuk membangun gedung Gereja agak permanent agar tidak setiap saat roboh diterpa angin puting beliung. Dalam kondisi kemiskinan ekononi, secara swadaya mereka mendirikan gedung Gereja berdinding batu batako dengan ukuran 6 x 8 meter dengan atap seng. Dengan berdirinya gedung Gereja yang agak permanent, umat mulai tenang beribadah dan sejak saat itu juga jumlah umat semakin bertambah.
Pada tahun 2004 sejarah baru bagi daerah ini, yakni berpisah dari Kabupaten Dairi menjadi satu Kabupaten baru, yaitu Kabupaten Pakpak Bharat. Ini merupakan suatu kegembiraan yang tentunya berpengaruh pada pelayanan dan perkembangan umat Katolik. Di Pakpak Bharat ada 13 Stasi Gereja Katolik. Secara umum dapat dikatakan bahwa ekonomi umat pada umumnya masih sangat memprihatinkan, sehingga gedung gereja yang ada di sana juga sangat memprihatinkan, kondisinya sangat darurat, yang sebenarnya kurang layak dikatakan sebagain rumah ibadah, apalagi mengingat gedung Gereja Stasi Santo Petrus di Lae Tarondi yang berada di pusat kota Kabupaten. Keadaan gedung Gereja stasi ini boleh dikatakan kurang layak berdiri di tengah kota kabupaten, malah gedung gereja inilah yang paling darurat dari semua gedung gereja yang ada di kota kabupaten Pakpak Bharat. Namun apa boleh buat, hendak mengganti dan membangun Gereja yang layak, paroki maupun stasi tidak mampu, mengingat kondisi ekonomi umat yang umumnya masih miskin. Selain itu, gedung Gereja yang ada sekarang mutunya sudah memprihatinkan dan tidak mampu lagi menampung jumlah umat yang sudah berjumlah 54 kepala keluarga.
Kondisi gedung Gereja yang memprihatinkan ini, semakin memprihatinkan setelah gempa melanda Aceh dan sekitarnya. Kabupaten Pakpak Bharat letaknya berbatasan dengan Aceh Singkil – Subulssalam (Aceh Selatan). Dapat dikatakan bahwa Kabupaten Pakpak Bharat merupakan pintu gerbang menuju Aceh bagian selatan. Getaran gempa yang dahsyat mengakibatkan dinding Gereja retak-retak. Baru berlalu gempa di Aceh, kembali terjadi gempa Nias pada tahun 2005 yang mengakibatkan menara lonceng roboh dan retakan pada dinding bertambah besar. Kondisi ini membuat umat merasa khawatir beribadah di dalamnya. Hari demi hari keretakan itu semakin menganga. Kendati demikian umat tetap beribadah di dalam gedung Gereja. Sebelum terjadinya Gempa sebenarnya stasi maupun paroki sudah berencana hendak memperbaiki gedung Gereja, namun kondisi ekonomi kurang memungkinkan untuk itu. Kerusakan gedung Gereja dan tuntutan situasi dan kondisi “memaksa” paroki dan stasi merencanakan pembangunan. untuk maksud penggalangan dana, Paroki bersama dengan stasi mulai membangun Aula stasi. Semua bahan untuk pembangunan stasi merupakan sisa kayu dan seng dari Gereja Induk di Sidikalang. Pada bulan Oktober 2004 Aula selesai didirikan. Adapun maksud pendirian Aula adalah untuk membantu stasi dalam penggalangan dana pembangunan Gereja yang direncanakan, yakni dengan cara menyewakannya bagi kalangan umum. Namun dalam kenyataan, hasil dari penyewaan gedung aula tidak seberapa dan tidak banyak membantu penggalangan dana, padahal pembangunan Gereja baru sudah mendesak. Karena itulah dibentuk Panitia Perencanaan Pembangunan. Panitia mencoba membuat proposal sementara dan dari hasil proposal itu panitia mendapat kucuran dana bantuan dari Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat sebanyak Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah). Bantuan dana itu sudah dicairkan dan diterima pada pertengahan bulan Maret 2007. Perlu kami sampaikan bahwa paroki Sidikalang melayani 43 stasi yang terletak di tiga Kabupaten yakni 28 Stasi di kabupaten Dairi, 13 Stasi di Kabupaten Pakpak Bharat dan 2 Stasi di Kotamadya Subulussalam, Aceh. Mempertimbangkan luasnya wilayah pelayanan paroki Sidikalang dan demi perkembangan umat di Kabupaten Pakpak Bharat, sangatlah baik memikirkan dikemudian hari di Pakak Bharat berdiri Paroki tersendiri dan stasi Lae Tarondi yang berada di tengah kota Kabupaten sangat strategis menjadi paroki. Perlu kami beritahukan bahwa mayoritas penduduk kabupaten Pakpak Bharat adalah Suku Pakpak dan peribadatan di Gereja diupayakan dengan mempertahankan bahasa Pakpak. Gereja di Kabupaten ini merupakan kekayaan Gereja dalam Keuskupan Agung Medan, karena satu-satunya Gereja yang menggunakan bahasa Pakpak. Selain itu, Pakpak Bharat merupakan daerah Evangelisasi, karena iman Katolik ada di wilayah ini baru berumur sekitar 30 tahun. Kami bermimpi untuk mengembangkan hal itu. Kami sudah mencobanya, namun karena keterbatasan kemampuan kami masih merangkak. Sebuah tantangan bagi kami pertambahan umat jauh depan. Untuk semua rencana itu, tentu akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal ekonomi umat dan keuangan paroki tidak memungkinkan, apalagi ditambah dengan mahalnya harga tanah di Kabupaten Pakpak Bharat. Kami sudah mencoba menjajaki untuk pengadaan lokasi untuk pengembangan paroki ini, namun kami tidak berhasil karena mengalami banyak kendala terutama mengenai kemampuan keuangan yang tidak mendukung dan akhirnya memutuskan sebuah rencana terlebih dahulu yaitu pembangunan gedung Gereja sesuai dengan kebutuhan umat yang mendesak. Kami masih berharap dan bermimpi untuk pembangunan gedung Paroki, mudah-mudahan mimpi ini dapat terwujud di kemudian hari.Mengingat kondisi Bangunan Gereja yang sudah sangat memprihatikan dan uang bantuan yang sudah diterima mendesak untuk direalisasikan, maka pada bulan April 2007 paroki membentuk dan menetapkan panitia pembangunan Gereja Stasi Santo Petrus Lae Tarondi Kabupaten Pakpak Bharat. Kepanitiaan itu dibantu oleh beberapa umat dari paroki induk atau umat dari paroki induk menjadi ketua umum. Sebenarnya kami belum siap dan belum mempunyai dana yang cukup untuk memulai pembangunan Gedung Gereja Baru, namun karena alasan-alasan yang kami utarakan di atas, maka dalam segala keterbatasan kami membentuk panitia dan merencanakan pembangunan. Bahkan saat ini bangunan Gereja lama yang sudah memprihatinkan itu telah dirubuhkan, karena memang sudah membuat umat merasa was-was menggunakannya. Untuk sementara ini umat beribadah di Aula stasi.
Demikian kiranya latar belakang rencana kami untuk membangun Gereja Stasi Santo Petrus Lae Tarondi Kabupaten Pakpak Bharat.
II. PROPOSAL PEMBANGUNAN GEREJA
1.PEMOHON
1.StasiSANTO PETRUS LAE TARONDI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
2.ParokiMARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN – Sidikalang – Sumatera
Utara: KAM
3.Data Stasia. Jumlah umat : 45 KK
b. Tahun berdiri : 1968 ( ± 38 tahun)
c. Letak Gereja: di Kota Kabupaten
d. Gereja lama : Ukuran luas (5 m X 7 m2)
e. Jenis bangunan : Batako lama
2.Nama ProyekRehap total atau Pembangunan Gedung Gereja Stasi Santo Paulus Laeterondi Kabupaten Pak-Pak Bharat, Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen – Sidikalang.
3.Tanggal PengajuanJuni 2007
4.Lokasi ProyekDi lokasi bangunan Gedung Gereja lama Stasi Santo Paulus Lae Tarondi Kabupaten Pak-Pak Bharat, Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen – Sidikalang.
5.Nama PemohonPanitia Pembangunan Gereja Katolik Stasi Santo Petrus Lae Tarondi, Pak-Pak Bharat Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen – Sidikalang.
6.Uraian Proyek
6.1. Latar Belakang



Melihat dan mengingat keadaa bangunan Gereja yang sekarang tidak layak lagi digunakan untuk beribadat karena memang sudah tua, sudah terlalu kecil sehingga tidak dapat menampung umat beribadat, kondisi bangunanyang memprihatinkan di tengah kota Kabupaten Pak-Pak Bharat, juga terutama kondisi bangunan yang sudah rusak parah akibat Gempa di Aceh dan di Nias. Dengan latar belakang yang demikian, semua umat stasi bersama dengan pastor paroki dan Dewan Pastoral Paroki Sidikalang, memutuskan untuk membangun gedung Gereja yang baru dengan memperhatikan perkembangan umat dan letak bangunan Gereja yang berada di pusat kota Kabupaten Pak-Pak Bharat. Rencana ini juga didukung oleh suatu harapan bahwa sudah seharusnya dipikirkan perlu adanya kelak paroki tersendiri di Kabupaten Pak-Pak Bharat demi perkembangan iman umat
6.2.Tujuan Proyek
: Proyek ini bertujuan untuk memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi umat saat sedang menjalankan ibadat. Selain itu, proyek ini juga demi mempertahankan dan meningkatkan iman umat katolik di stasi Laeterondi secara khusus dan di wilayah Kabupaten Pak-Pak Bharat pada umumnya.
6.3. Cara kerja
Proyek ini melibatkan seluruh umat stasi terutama dalam hal pendanaan dan penggalangan dana, juga umat dilibatkan dalam bentuk gotong royong, dan menanggung makan tukang. Hal ini dilakukan secara bergiliran. Semuanya ini dilakukan karena memang keterbatasan dana dan juga karena kondisi ekonomi umat yang tidak memungkinkan membiaya semua pembangunan dan juga memberi dalam bentuk uang. Hal itu dilakukan untuk senantiasa menananmkan rasa tanggungjawab umat atas gereja dan pembangunan bangunan Gereja.Dengan latar belakang situasi yang demikian, maka untuk mewujudkan pembangunan tersebut, panitia menyalurkan proposal dan memohon bantuan kepada Pemda Kabupaten Pak-Pak Bharat, Kepada Keuskupan Agung Medan, Kepada Paroki Sidikalang, partisipasi stasi se-Rayon Sim-sim dan juga dari para donator lainnya.
6.4. Rencana Pembangunan
6.4.1. Rehap Total (Permanen dan diperbesar)a. Jenis Bangunan : Permanen ; b. Ukuran luas 13m X 18 m : 234 m ; c. Ukuran Sakristi + Gudang ( 4 m x 5 M ) : 20 m ( Ruang pengakuan dosa 1,5 m x 4 m ) : 6 m ; d. Ukuran menara Gereja 1,5 m x 3 m : 4.5 m Luas Bangunan : 264.5 m.
6.4. 2. Fisik Bangunana. Bentuk : Semi Rumah Adat Pak-Pak / Semi Inkulturatif Pak-Pak ; b. Fondasi : Batu + batu padas + Pasir Uruk; c. Dinding : Dinding Pas Batu Bata (dalam diplester, luar tidak.) d. Atap : Megadek e. Flafon : Kayu f. Lantai : Semen (Keramik)
6.5.SUSUNANAN PANITIA PEMBANGUNAN
1.Pelindung1.Uskup Agung Medan 2. Pastor Paroki Sidikalang 3. Bupati Pakpak Bharat 4. Saut Simanjuntak, S,H. M.H (Kajari Dairi)
2.Penasehat : 1.Dewan Pastoral Paroki St. Maria Sidikalang : 2. Kapolres Pak-Pak Bharat 3. Ir. Mangindar Simbolon 4. Ober Sihol Sagala, S.E. 5. Mardongan Sigalingging, M.M. 6. dr. Marikaya Bangun 7. Elkana Boang Manalu 8. Arjuno Solin 9. Para Pengurus Stasi S. Petrus Lae Tarondi 10. Para engurus se-Rayon Salak
3.Ketua Umum : Sebastianus Tinambunan, S.H. M. Pd
4.Ketua I : Drs. Albert Samosir
5.Ketua II: Sakkap Boangmanalu
6.Ketua III : Donal Tambunan
7.Sekretaris Umum: Drs. Ramses Sitanggang
8.Sekretaris I : Paulus Turnip, S.Pd.
9.Sekretaris II: Derita Berutu
10.Sekretaris III: Paul Padang
11.Bendahara Umum: Drs. Parulian Sinaga Sihol Sihombing
12.Bendahara I: Wasron Pandiangan, S.P.
13.Bendahara II: Kristina br. Manik
14.SEKSI DANA
Ketua: dr. Marikaya Bangun
Wakil Ketua : dr. Thomas Surbakti
Anggota : 1. T. Halawa 2. Sorang Tumanggor S. Ag.; 3. Bendahara Stasi Laeterondi
15.Koordinator Wilayah untuk membantu Seksi Dana dalam penggalanan dana
1. Wilayah Salak: 1. Robert Marbun; 2. Felix Tumangger
2. Wilayah Sidikalang: 1. Asterius Sinaga, S.H; 2. Santus Barasa, S.Ag.
3. Wilayah Samosir: Ningar Sinaga
4. Wilayah Pematangsiantar/ Simalungun: 1. Maria br. Simbolon; 2. E. Sinurat
5. Wilayah kota Cane: Donal Tambunan
6. Wilayah parbuluan: C.V. Maruli Tua Sinaga
7. Wilayah Karo: 1. dr. Marikaya Bangun; 2. dr. Thomas Surbakti
8. Wilayah Binjai: dr. Hintar Manihuruk
9. Wilayah Medan: 1. Drs. Albert Samosir 2. Jenni Berutu, S.H. ; 3. Budi Sitepu, S.H.; 4. dr. Hintar Manihuruk ; 5. dr. Serilla br. Tarigan ; 5. Avero Manik, S.Psi.
10 .Wilayah Yogyakarta: Aryanto Tinambunan S.P, M.Si
11. Wilayah Jabotabek: 1. Bobo Lolo K. Tumangger; 2. Trimingo Berutu
12. Wilayah Kalimantan: Let. Kol Eko Supriadi

Ditetapkan di Sidikalang
Pada tanggal 16 Juni 2007
Pastor Antonius Manik O.Carm Dirman Sagala Jintar Habeahan
Pastor Paroki Ketua I DPPHSekretaris I DPPH

IV. ANGGARAN BIAYA PEMBANGUNAN
NO.
URAIAN NAMA BAHAN
VOLUME SAT
HARGA SATUAN Rp.
TOTAL HARGA Rp.
A.BATU DAN PASIR
1. Batu Padas 30m395.000,-2.850.000,-
2. Pasir 55m3105.000,-5.775.000,-
3. Batu kapur 30m3140.000,- 4.200.000,-
4. Krikil 30m3205.000,-6.150.000,-
5. Batu Bata Pangururan19.000 biji 450,-8.550.000,-
B.SEMEN DAN BESI
1. Besi  12 210 btg85.000,-17.850.000,-
2. Besi  5,695 btg12.000,-1.140.000,-
3. Kawat Beton15Kg15.000,-225.000,-
4. Semen Padang 50 Kg480Zak 65.000,-31.200.000,-
C.KAYU
1. Kayu Cetakan + Prancah1 ton4.000.000,-4.000.000,-
2. Kosen Pintu & Kosen Jendela356m 50.000,-17.800.000,-
3. Daun Pintu 12buah450.000,-5.400.000,-
4. Daun jendela Kaca 72buah220.000,-15.840.000,-
5. Kayu Kap & Rangka Lis Atap2,5ton5.500.000,-13.750.000,-
6. Kayu Rangka Asbes Plafon 2 ton 5.500.000,- 11.000.000,-
D.ATAP DAN PLAFON
1. Atap Mega Deck 0.35950m 45.000,-42.750.000,-
2. Besi L 70 x 70 x 760 btg 320.000,-19.200.000,-
3. Besi L 50 X 50 X 5 40 btg 200.000,-8.000.000,-
4. Asbes Gifsum110 lbr 87.000,-9.570.000,-
E.LANTAI
1. Keramik 40/40 sedang240m 65.000,-15.600.000,-
2. Semen Putih2 zak 58.000,-116.000,-
F.PERABOT
1. Bangku Gereja 80 x 35026 set 3.500.000,-91.000.000,-
2. Kursi Mesdinar + Kamar Pengakuan 8 buah 400.000,-3.200.000,-
3. Meja Altar 1 set 10.000.000,-10.000.000.-
4. Kursi Imam 2 buah 800.000,-1.600.000,-
5. Lemari Sakristi 2 set 3.000.000,-6.000.000,-
6. Salib1 buah 5.000.000,- 5.000.000,-
GUPAH TUKANG100.185.000,-
H.LISTRIK1 buah 7.000.000,-
I.LAIN-LAIN: Paku + Cat + Transportasi 9.500.000,-
JUMLAH TOTAL 74.451.000,-
V.PENDANAAN
1.Partisipasi Umat Stasi St. Petrus Laeterondi Rp.32.000.000
2.Sumbangan dari Partisipasi Umat Paroki SidikalangRp.10.000.000
3.Sumbangan Keuskupan Agung MedanRp.75.000.000
4.Sumbangan Kas ParokiRp.10.000.000
5.Sumbangan Pemda Pakpak BharatRp.100.000.00
6.Sumbagan dari DonaturRp.297.451.000
JUMLAH TOTALRp.524.451.000


Catatan:Stasi ini kelak direncanakan menjadi sebuah paroki, yaitu Paroki Pakpak, sehingga perlu dipersiapkan lokasi untuk pastoran. DIperkirakan biya untuk pertapakannya bisa mencapai Rp. 100. 000. 000.- (seratus juta rupiah).
VI. GAMBARGambar Gereja Inkulturatif Pakpak ini dibuat oleh putri Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang, Sdr. Imelda Yosephin Simarmata, ST.


































PROSES PEMBANGUNAN HINGGA KEADAAN SEKARANG


















UMAT BERGOTONG ROYONG DALAM MEMBANGUN DAN JUGA MENGAMBIL KAYU KE HUTAN












Pastor Anton Manik O.Carm (Berbaju Hitam), bersama DPPH ikut serta mengambil kayu ke Hutan















VII. PENUTUPKami merencanakan pembangunan ini bukan karena kami sudah memilik dana dan kemampuan yang cukup, tapi karena kami yakin bahwa ini adalah karya demi memuliakan Tuhan. Oleh karena itu, dalam segala kelemahan kami, kami dikuatkan, disemangati dan berharap akan kemurahan Tuhan yang akan membantu kami lewat para Saudara atau para Donatur yang mau membantu kami mewujudkan mimpi yang mulia ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan perhatian, dukungan doa, terutama bantuan materiil/dana dari para Saudara atau Para Donatur mewujdukan kerinduan umat memiliki bagunan Gereja yang layak dan sakral, tempat mereka berkumpul mewujudkan kebersamaan dalam iman dan dalam merayakan iman mereka, memuji dan memuliakan Tuhan.
Bantuan uluran kasih para Saudara sangat kami harapkan dan dapat disalurkan lewat rekening berikut:

1. BRI Cabang 0194 Sidikalang
No. Rekening : 0194-01-019758-50-8
Atas Nama : PAROKI MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN
2. Bank SUMUT Kantor : Capem Salak
No. Tabungan : 281.02.04.001436-2
Nama : Panitia Pemb. Gereja Katolik
Alamat : Lae Tarondi Salak


Atas perhatian dan kebaikan Bapak/Ibu/Saudara-Saudari dan para Donatur, kami mengucapkan banyak terima kasih. Kami berdoa semoga kebaikan dan uluran kasih para Saudara mendapat balasan yang berlimpah dari Tuhan Allah. Kami juga mohon doa dari para Saudara agar kami umat dan khususnya panitia senantiasa diberkati, dilindungi, diberi kesehatan dan kebijaksanaan oleh Tuhan dan dijauhkan segala kendala dalam mewujudkan tugas mulia ini.

HORMAT KAMI PANITIA

SEBASTIANUS TINAMBUNAN SH,M.PDDRS. RAMSES SITANGGAN DRS. PARULIAN SINAGA
Ketua Umum PanitiaSekretaris Umum PanitiaBendahara Umum Panitia


Mengetahui dan TURUT BERMOHON
DEWAN PASTORAL PAROKI MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN SIDIKALANG
Pastor Antonius Manik O.CarmDirman SagalaJintar Habeahan
Pastor ParokiKetua I Dewan Pastoral ParokiSekretaris Umum DPP

VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites