SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

Membela Kebenaran dan Keadilan

KRONOLOGI DAN KETERLIBATAN SAYA PADA
KEBUN KARET MASYARAKAT DI PURBATUA, KEC. BARUS UTARA
(Tulisan ini disadur dari Milis CMVE)

1. Pendahuluan

Saya, P. Rantinus Manalu, Pr, Pastor Keuskupan Sibolga bertempat tinggal di Jln. Maraden Panggabean No. 68 Sibolga dipanggil ke Kantor Polda Sumatera Utara, untuk dipriksa sebagai tersangka kasus Tindak Pidana “Mengerjakan, menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan atau merambah, membakar kawasan hutan di Register 47 Desa Purba Tua dan Desa Hutaginjang Kecamatan Barus Utara Kabupaten tapanuli Tengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, b dan d Jo pasal 78 ayat (2) dan (3) UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo Pasal 55 dan 56 KUHPidana”. Saya dipanggil lewat Surat No. Pol.: S.Pgl/2530/XII/ 2009/Dit Reskrim tertanggal 09 Desember 2009 yang ditandatangani oleh Direktur Reserse Kriminal POLDA SUMUT, selaku Penyidik, Kombes Pol Drs. Agus Andrianto, SH. Dalam surat itu dikatakan, saya hendak diambil katerangan selaki Tersangka oleh Kompol Amwizar dan Tim, pkl. 09.00 WIB,
Rabu, 16 Desember 2009.

Membaca surat itu, dimana kepada saya disangkakan melakukan tindak pidana sebagaimana disebutkan di atas, tidak bisa saya pungkiri, saya agak heran sertamerta terkejut. Alasannya, pertama, saya merasa tidak pernah melakukan satupun unsur pelanggaran yang disebutkan dalam surat. Kedua, saya merasa tidak pernah memiliki segenggam tanah apalagi sebidang tanah untuk diusahai sehingga saya dianggap sebagai menggunakan tanah secara tidak sah. Ketiga, saya pada dasarnya sangat mencintai lingkungan hidup yang sehat dan hutan alam yang rimbun. Bahkan jika saja diijinkan, ingin rasanya saya menghijaukan bukit-bukit yang gundul gersang di Tapteng. Kalau seandainya bisa dihitung kembali, mungkin sudah ribuan pohon yang saya bibitkan sendiri, kemudian kubagikan ke warga di kampung-kampung untuk mereka tanami dimana saja bisa ditanami. Saya sendiri, sudah
menanam banyak tanaman pohon dari berbagai jenis.

Paling mengejutkan saya lagi adalah penetapan status saya sebagai tersangka. Dari segi proses hukum saya tidak tahu pertimbangannya apa. Saya merasa tidak pernah diperiksa secara resmi dimana dibuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Pernah dua orang dari POLDA Sumatera Utara, satu bermarga Manurung dan yang lain Butar-butar, datang ke tempat saya di Guest House St. Kristoforus Jl. FL. Tobing 17 Sibolga, yang dibawa oleh Kasatreskrim Polres Tapteng J.O Pasaribu. Pada kesempatan itu, kami ada berlima duduk bersama di meja yang disusun empat segi di ruang tamu. Mereka bertanya tentang keterlibatan saya pada pekerjaan penanaman karet di Purbatua. Saya tidak menganggap perbincanangan itu sebagai bagian pemeriksaan. Sebagaimana halnya dikatakan oleh J.O Pasaribu, ketika mengontak saya untuk bisa ditemui, hanya sekedar bincang-bincang. Saya tidak menandatangani apapun saat itu. Yang bermarga Butar-butar, sebelum meninggalkan tempat saya,

Masih meminta nomor hp saya dan berkata, “kalau menurut saya, apa yang Pastor buat, teruskan saja.
Karena baik itu untuk masyarakat,” katanya sambil bergegas menuju mobilnya. Maka saya sangat terkejut bila saya ditetapkan langsung sebagai tersangka. Dasarnya apa?

Kalau atas keterlibatan saya pada penanaman karet milik warga masyarakat Desa Purbatua dan Hutaginjang, Kec. Barus Utara itulah yang menjadi dasar pertimbangan Polisi menetapkan saya sebagai tersangka, dengan hati jujur saya mau mencariterakan di sini kronologi keterlibatan saya. Semoga dengan penuturan dengan penuh kejujuran ini, para pembaca yang budiman dapat melihat dengan benar dan objektif, kemudian menilai sendiri, apakah sangkaan pelanggaran Tindak Pidana itu tepat dikenakan pada saya. Saya mohon agar pembaca yang budiman juga berhati jujur melihat dan menjatuhkan penilaian. Bagi saya kasus ini penuh dengan rekayasa dan upaya kriminalisasi atas diri saya yang selama ini dengan giat melakukan penyadaran pada warga masyrakat agar hak-hak tanah mereka tidak dirampas oleh pihak yang tidak berhak.

2. Aktivitas Pemberdayaan dan Penyadaran

Dalam rangka menyikapi kasus-kasus penyerobotan tanah di Tapteng, saya banyak melakukan kegiatan penyadaran akan hak-hak sumber penghidupan, khususnya masalah tanah, di tengah masyarakat di Tapteng. Dalam kegiatan itu saya kerap menjelaskan, salah satu cara untuk mengamankan tanah dari penyerobotan, selain daripada membuat surat tanah, juga mengusahainya secara aktif. “Tanamanlah sesuatu, yang bisa jadi bukti bahwa kau pernah menguasai dan
mengusahainya,” anjurku sering kepada mereka.

Buah dari kegiatan itu, banyak masyarakat yang sudah mengusahai kembali lahannya yang sudah lama ditinggal, dengan menanaminya dengan berbagai tanaman keras. Tapi upaya mereka dalam mengusahai kembali lahannya, juga menghadapi masalah ketidakmampuan permodalan. Kalau kembali mengusahai lahan dengan cara yang lama, akan tetap kembali terulang: tanpa hasil alias gagal.
Akan kembali menjadi lahan tidur.

Salah satu kelompok warga masyrakat dari Desa Purbatua, yang diwakili oleh Robinson Tarihoran, datang menemui saya dan membawa permohonan atas nama 112 KK warga yang sudah memprakarsai Kelompok Tani yang diberi nama: “Rap Martua”, yang artinya “Sama-sama Bahagia”. Mereka mengajukan surat permohonan No. 01/KTR/03/09, tertanggal 11 Maret 2009. Dalam surat permohonan itu disebutkan, a.l memohon bantuan agar tanah mereka dijadikan kebun karet dan masing-masing Anggota KT-RM memiliki lahan sendiri. Menurut keterangan Robinson, yang kemudian diferivikasi kepada masyarakat setempat, tanah itu sudah diusahai oleh orangtua bahkan kakek mereka sejak puluhan tahun. Dari beberapa surat tanah yang disertakan dalam surat permohonan itu kelihatan, sudah ada warga yang mengusahai lahan itu sejak tahun 1941. Ditulis masih dalam ejaan lama: doeloe. Dalam daftar nama yang terlampir itu, tercantum luas tanah yang mereka miliki yang seluruhnya 190,5 hektar.

3. Gambaran Lahan

Kunjungan pertama saya ke lokasi, Sabtu, 8 Maret 2009. Setelah melihat lokasi, baru saya katakan kepada mereka ada kemungkinan dibantu, tetapi harus dibuat surat permohonan. Dari pengamatan saya, lokasi berada di balik bukit yang mengitari desa Purbatua. Dengan jalan kaki naik turun bukit, dengan kecepatan normal jalan kaki dibutuhkan waktu 1.5 jam mencapai lokasi itu. Lokasi itu sendiri ada pada posisi lembah dikelilingi bukit. Tidak ubahnya seperti di dalam kuali.
Pada kunjungan pertama, saya langsung keliling lokasi dan membuat rekaman handycam areal. Kesan saya, tanah itu sebagian adalah kebun karet rakyat yang sudah berumur 50-an tahun. Sebagian ada pohon karet sebesar pergelangan kaki, berbaris, tampak sengaja ditanam dulunya. Tampak kurang subur. Saya tanya sudah berapa tahun umur karet itu, sudah 9-10 tahun. Tapi gak mau besar-besar, masih tetap sebesar pergelangan kaki. Kurang terurus. Bagian paling luas, ditumbuhi semak gersang, ilalang, tetapi ada juga batang-batang pepaya, durian, petai, kelapa, bahkan ada “rumah” yang masih utuh bagus, layak huni. Tapi penghuninya tidak lagi di situ. Segerombolan kerbau masih diangon di lokasi itu. Pondok tempat kami mengadakan pertemuan dengan warga itu sendiri dilatarbelakangi
kandang kerbau.

Kalau diamati dengan cermat, 80 % lahan bukan terdiri dari hutan, melainkan semak gersang. Menurut keterangan warga, kegersangan itu diakibatkan oleh beberapa kali kebakaran hutan di masa lampau. Selain itu kerbau yang diangon di situ selalu memakan rumput kecil, sehingga tidak sempat besar. Tidak banyak kayu ukuran besar. Kalaupun ada, paling se-ukuran besar paha, yah satu-satu lebih besar sedikit. Maka kalau dikatakan ada penebangan kayu, kayu apa yang ditebang?

4. Diketahui dan Disetujui Uskup

Membaca proposal itu, saya punya hasrat membantu mereka, dalam bentuk apapun dan sekecil apapun. Namun saya sadari saya tidak bisa berbuat lebih banyak bila saya sendiri, tanpa dukungan dari lembaga gereja, dalam hal ini Keuskupan Sibolga atau pihak lain. Sadar akan hal itu, saya menghadap Bapak Uskup, Mgr. Dr. Ludovicus Simanullang guna membicarakan surat permohonan masyarakat tersebut. Setelah mendapat penjelasan, Bpk Uskup sangat antusias, lalu Uskup menyetujui permohonan itu dengan ketentuan, saya diminta tetap memperhatikan jalannya pekerjaan itu. Saya menyanggupi harapan Bapak Uskup. Dana yang dipakai untuk ini adalah dana sosial yang memang diperuntukkan membantu masyarakat di bidang pertanian. Jadi tidak benar issu yang dihembuskan oleh oknum-oknum Pejabat Pemkab Tapteng, yang mengatakan bahwa saya secara pribadi punya lahan dan melakukan kegiatan investasi di bidang perkebunan karet di Molhum, Desa Purbatua.

5. Kenapa Pekerjaan Warga Ini Perlu Didukung

Setelah melihat keadaan lokasi yang begitu gersang, saya semakin termotivasi membantu warga agar mewujudkan segera pertanian karet. Bahkan saya berpikir untuk menghutankan lereng-lereng bukit yang mengitari lokasi itu. “Itu jangan dibabat, nanti kita tanami dengan pohon mahoni,” anjurku kepada warga. Tapi Robinson menjawab, “di situ sudah karet rakyat itu, Pastor”, katanya. “Tapi di atasnya itu kan tidak. Itu kita tanami pohon nanti, jangan diganggu itu,” desakku. Kenapa pertanian karet untuk rakyat di lokasi ini perlu segera didukung, inilah sebenarnya alasan yang terkandung di
benak saya setelah melihat keadaan lahan itu:
- Bagi warga anggota KT-RM khususnya dan petani karet umumnya jelas proyek ini akan membawa dan meningkatkan kesejahterakan bagi mereka. Itu sudah pasti.
- Issu lingkungan hidup dan penghijauan. Tanah gersang seperti lahan Molhum ini memang sangat perlu untuk dihijaukan. Dan cara untuk itu adalah penanaman pohon. Dan membuat kebun karet adalah pilihan tepat. Beberapa alasan berikut bisa dikemukakan: masyarakat sendiri terlibat dalam penghijauan itu (menanam dan memelihara), tidak perlu gembar-gembor menanam “seribu pohon” yang habiskan menghabiskan dana, sementara hasilnya belum tentu ada. Mereka akan memelihara karetnya masing-masing sehingga proses penghijauan lebih terjamin dalam jangka waktu yang relatif
bisa dipastikan.
- Hak-hak mereka atas tanah itu tidak akan dirampas orang lagi. Di daerah agraris seperti Tapteng, tanah merupakan jaminan kesejahteraan hidup. Hak rakyat petani atas tanah harus dilindungi dari penyerobotan oleh investor yang sering berkoloborasi dan berkonspirasi dengan penguasa dalam
membodoh-bodohi rakyat petani.

Dari uraian di atas sebenarnya bisa disimpulkan ada tiga tujuan utama yang memotivasi saya membantu warga Purbatua ini, yakni: Kesejateraan rakyat, penghijauan, terjaminnya hak rakyat atas tanah. Maka saya tidak habis pikir bila saya disangkakan sebagai perambah dan pembakar hutan.

6. Kebun Karet Proyek Sosial Ketiga

Bukan ini pertama kali Keuskupan Sibolga melakukan proyek sosial di daerah ini. Penanaman karet di Molhum, Desa Purbatua ini merupakan proyek sosial ketiga di daerah Barus. Proyek pertama adalah proyek irigasi yang disebut “Bendungan Sitangkurak”, di Desa Pangaribuan, di sungai “Husor”. Proyek ini dibuat untuk mengaktifkan kembali irigasi yang sudah lama hancur yang mengakibatkan masyarakat sekitar Barus tidak bisa mengelola sawahnya karena tidak terairi. Proyek ini dilakukan oleh P. Leonhard Beichirge, seorang missionaris dari Sued Tirol. Dana untuk itu juga dari gereja. Sebenarnya pembuatan proyek ini awalnya hendak dilakukan dalam kerjasama dengan masyarakat sekitar sendiri. Namun kemudian, Pemkab Tapteng ikut nimbrung, menjanjikan dana sebesar Rp 125 jt. Padahal kemudian diketahui, menurut penuturan P. Leonhard ketika itu dana ini tidak semua cair. Yang diterima hanya kisaran Rp 87 jt. P. Leonhard sendiri mengeluarkan dana tidak kurang dari
Rp 325 jt. Sayang dalam laporan media waktu peristiwa peresmian, dipublikasikan, posisi partsipasi pendanaan justru terbalik: Keuskupan Rp 100 jt dan Pemkab Tapteng Rp 300 jt. Saat itu Keuskupan Sibolga tidak berminat sedikitpun mempermasalahkan kejanggalan itu. Yang penting masyarakat telah
mengolah sawahnya kembali, hasil sudah dicicipi warga.

Proyek kedua adalah proyek jembatan tsunami, pelabuhan atau dermaga perahu nelayan dan alat-alat tangkap ikan di Aek Busuk, Desa Lobutua, Kec. Andam Dewi. Proyek ini terkait dengan program rekonstruksi dan rehabilitasi korban tsunami, 26 Des 2004. Sebenarnya tidak ada dana dianggarkan untuk rehabilitasi di daerah Tapanuli Tengah, tapi saya selaku Direktur Eksekutif Caritas Keuskupan Sibolga ketika itu berhasil mengarahkan perhatian dan meyakinkan mitra kerja kami dari Caritas Austria. Proyek itu sangat berguna bagi masyarakat. Mereka menyetujui proyek rehabilitasi di Tapteng yang keseluruhannya menelan biaya lebih kurang Rp 500 jt itu. Proyek ini tidak dilakukan oleh Caritas Keuskupan Sibolga, tetapi juga – justru itu yang paling berharga – masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orangtua bergotong royong membangun jembatan ini. Saya bangga sekali dengan anak-anak kecil dan manis yang merasa begitu membutuhkan jembatan ini ikut berpartisipasi. Setiap
kali mereka lewat dari jembatan itu - pergi dan pulang sekolah - mereka membawakan satu dua batu di tangan dan meletakkannya di tumpukan batu yang sedang orangtua mereka kerjakan secara gotong royong.
Alasan kenapa saya berusaha menarik perhatian mitra kami Caritas Austri untuk membangun jembatan dan membantu para nelayan di sana, tidak lain karena saya menerima laporan bahwa dua bulan setelah tsunami, tidak ada siapapun, baik organisasi termasuk Pemkab Tapteng datang memberi bantuan kepada mereka. Padahal jembatan kayu yang mereka bangun secara gotong royong sudah ambrol, anak-anak setiap hari harus naik perahu menyeberangi Aek Busuk bila mereka hendak pergi
Ada permintaan dari Bupati Tapteng Drs Tuani Lbn Tobing, Msc agar pembangunan jembatan dilakukan dengan kerjasama dalam pendanaan. Tetapi bupati juga mengusulkan satu jembatan besar sekalian, sampai kapasitas mencapai tonase truck besar. Karena pertimbangan Caritas telah menyanggupi dananya dan tentu saja juga karena khawtir kasus pendanaan proyek “Bendungan Sitangkurak” terulang, saya menolak untuk kerjasama di bidang pendanaan.
Rancang bangun jembatan yang panjangnya 116 meter lebar 2.10 meter terbuat dari beton bertulang dengan sistim sambung perbagian dan diperhitungkan tahan gempa hingga 7 pada schala rechter. Juga dipertimbangkan kelestarian alam dan kebutuhan masyarakat nelayan. Jembatan bisa diperpendek menjadi hingga hanya 75 m, tetapi sungai akan sebagian tertimbun dan masyarakat yang bermukim di “pulau delta” itu tidak mendapat akses masuk secara leluasa. Atas pertimbangan ekosistem dan lingkungan sungai itulah jembatan dibuat sedemikian panjang. Apakah masuk akal, saya dituduh tidak mempertimbangkan aspek lingkungan dan kelesatarian alam dalam membantu warga Purbatua.

7. Kesepakatan Dengan Warga

Pada kunjungan pertama di Molhum itu kami juga membicarakan hal-hal yang terkait dengan kesepakatan agar permohonan bisa dipertimbangkan untuk dikabulkan. Pada kesempatan itu kami meminta kepada Robinson Tarihoran agar juga menghadirkan warga yang menjadi anggota KT-RM. Inilah kunjungan saya yang pertama di lokasi itu. Saya dengan warga yang jumlahnya sekitar 40 orang itu berbincang-bincang bersama di salah satu pondok warga di lokasi itu. Pada kesempatan itu kami berhasil membuat kesepakatan lisan berikut:

- Masing-masing warga KT-RM mengolah tanahnya sendiri.
- Batas masing-masing dengan lawan batasnya dijelaskan, tidak boleh ada sengketa batas. Tanahnya tidak akan ditanami karet jika mereka bersengka batas.
- Keuskupan tidak mau menyediakan bibit untuk satu orang dengan luas tanah lebih 2 hektar.
- Bagi mereka yang punya luas lahan lebih dari 3 hektar, diminta agar bersedia membagikan sebagian lahannya itu kepada warga atau keluarga/kerabatnya yang tidak punya lahan. Keuskupan tidak hendak membantu orang kaya tetapi orang yang lebih membutuhkan.
- Keuskupan bertanggungjawab menyediakan bibit, hingga siap tanam dan melakukan pemeliharaan (pemupukan) hingga berproduksi.

Inilah kesepakatan- kesepakatan yang kami buat ketika itu. Jadi saya atas nama Keuskupan Sibolga tidak pernah berpikir untuk membeli tanah warga. Ada juga usul masyarakat, agar ada bantuan untuk kebutuhan rumah tangga, agar asap dapur tetap mengepul. Pertimbangannya, bila mereka mengolah lahan itu, mereka terpaksa meninggalkan pekerjaan lain seperti menderes, bisa terbengkalai memenuhi kebutuhan dapur. Memang pada saat itu perekonomian sangat sulit. Mereka mengusulkan Rp 800 rb per hektar. Usul ini masih harus dipertimbangkan, namun agar mereka bisa membeli parang dan alat-alat yang dibutuhkan mengolah lahannya, Keuskupan menyanggupi memberikan Rp 200 rb per KK
dulu agar langsung bisa bekerja.

8. Jalannya Pekerjaan Pemberian Bantuan

Sejak dimulai pekerjaan pertanian karet di Molhum ini, saya hanya dua kali menginjakkan kaki di lokasi. Pertama, sewaktu kami mengadakan kesepakatan dengan warga, Sabtu (8/3/2009), Kedua, dua minggu lalu, Sabtu, 5 Desember 2009. Kunjungan kedua ini saya lakukan perlu karena akhir tahun, saya biasanya memberikan laporan kepada Uskup pada akhir tahun. Terus terang saya tidak punya waktu untuk sering ke sana. Namun saya tetap pantau dan saya ikuti perkembangan dengan mencermati progres pekerjaan berdasarkan informasi dan laporan Robinson Tarihoran yang sudah diangkat warga menjadi ketua KT-RM dan kemudian saya hunjuk menjadi koordinator. Saya percaya pada masyrakat, mereka pasti melakukan yang baik karena mereka bekerja untuk mereka sendiri.
Begitu kesepakatan dibuat, dua minggu kemudian, saya sudah melakukan pemesanan bibit karet “mata tidur” ke perkebunan di Ser Belawan. Bibit karet ini masih baru diokulasi, masih belum siap tanam. Begitu sampai bibit di Purbatua, warga masih mengangkutnya ke lokasi Molhum dengan memikul secara gotong royong. Mereka membagi-bagi menjadi pack-pack kecil agar tidak terlalu berat untuk dipikul satu orang. Semua dilakukan secara gotong royong, tanpa bayar. Peraturan yang disepakati di antara mereka, siapa tidak pernah ikut membawa bibit ke lokasi, penanaman di tanahnya akan belakangan. Karena itu pada umumnya mereka semua terlibat dalam pengangkutan bibit dan bahan-
bahan lain yang dibutuhkan.

Bibit “mata tidur” sebenarnya belum siap tanaman, masih harus ditanam di polybag dan tentu masih butuh perawatan: menyiram, memupuk, menyiangi rumput, dlsb. Semua itu dilakukan oleh warga Kelompok Tani. Namun khusus untuk pekerja 5-10 orang ini, karena mereka biasanya bermalam di Molhum, mereka mendapat uang makan Rp 30 rb seorang pe hari kerja. Saya memang mengatakan, biaya pembibitan termasuk pemupukan dlsb, hingga siap tanam menjadi tanggungjawab keuskupan. Kalau mereka tidak diberi uang makan, mereka lalu makan apa?
Melihat cara kerja ini, pekerjaan ini sebenarnya kan pekerjaan rakyat. Sama sekali tidak ada indikasi bahwa saya melakukan investasi di lokasi tersebut. Peranan saya hanya mengontrol, menyediakan alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan. Dananya dari fund sosial Keuskupan Sibolga. Jalannya proyek kebanyakan warga sendiri yang menjalankan di bawah koordinasi Robinson Tarihoran dan teman-temannya. Maka kalau kehadiran saya di situ dituding sebagai investor, rasanya aneh. Apalagi saya disebut sebagai perambah dan pembakar hutan, kapan itu saya lakukan. Saya hanya dua kali ke lokasi. Dan siapa saksi yang sudah diperiksa dan ditahan, yang memberikan kesaksian saya pernah melakukan pengrusakan hutan. Rasanya sangatlah tidak tepat kalau saya begitu saja ditetapkan sebagai tersangka
perambahan dan pembabatan hutan.

Hingga sekarang, bibit yang sudah diserahkan 100.000 batang “mata tidur” dan sudah berumur antara 4-8 bulan di media pesamaian. Sebagian besar siap untuk ditanam. Sekitar 25 hektar dari 200 hektar, sudah dilobang tanam. Kemudian warga Purbatua geger dengan issu dari Pemkab. Tapteng, tanah mereka adalah hutan register. Betapa beratnya hidup menjadi orang kecil dan rakyat biasa daerah Tapteng ini.

9. Lokasi Molhum, Desa Purbatua di Luar Hutan Register

Apakah lokasi itu memang benar hutan register? Saya pastikan hal itu tidak benar. Sayapun tidak terlalu bodoh mau melakukan pelanggaran hukum hanya sekedar mau membantu orang, tanpa ada harapan adanya keuntungan pribadi saya. Melihat gambaran yang saya jelaskan di atas, kita bisa menarik kesimpulan berikut: Pertama, lokasi atau daerah itu, sudah lama di huni oleh penduduk, bahkan puluhan tahun lalu. Bangunan rumah masih ada di situ. Tanaman mengitari pemukiman penduduk, sangat jelas tampak. Tapi mungkin faktor keterpencilan dan tuntutan akan pentingnya pendidikan anak, menyebabkan keluarga itu pindah dari sana ke pesisir. Kedua, di arah puncak gunung, 8 km dari lokasi itu, masih ada perkampungan penduduk yang dikenal dengan nama “Huta Gugung”. Daerah ini dikenal sebagai sumber buah durian yang enak di sekitar Barus. Setiap hari Jumat dan Sabtu, warga Purbatua dan warga Huta Gugung banyak melewati lokasi, memikul karet mereka yang hendak dijual ke pekan atau ke toke karet. Dan yang paling memastikan adalah temuan patok batas hutan register itu sendiri. Warga sudah lama menemukan dua patok hutan lindung: satu bertuliskan BHL 308, berlokasi tempat yang dikenal masyarakat dengan nama Tombak Lalo, berjarak sekitar 10 km dari Molhum. Yang satu lagi bertuliskan BHL 312, berlokasi di tempat yang dikenal dengan Aek Gambir, berjarak kurang lebih 8km dari Molhum. Bukti-bukti ini sangat kuat memastikan
bahwa Molhum berada di luar areal hutan register.

Sebenarnya warga masyarakat sendiri sudah sejak awal mengingatkan personil dari POLDA Sumatera Utara, maupun dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tapanuli Tengah, akan adanya penemuan patok batas hutan register di atas gunung sana, masih jauh. Juga sangat disayangkan sikap tidak mau mendengar hati warga, setiap kali warga mengajak Anggota POLDA Sumatera Utara dan juga Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sumut dan Tapteng, agar bersedia naik gunung ke lokasi dimana patok berada, namun mereka tidak pernah mengindahkan perkataan dan usul warga. Sepertinya mereka sudah punya tujuan dan keinginan sendiri yang harus dicapai, yakni menjerat saya dan Robinson
Tarihoran dengan kasus sekarang.

10. Komnas HAM: Pekerjaan Lahan Teruskan

Pada kunjungan Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) ke Tapteng, Rabu (25/12) lalu, warga Desa Purbatua dan Hutaginjang mencegat perjalan Tim di Desa Sihorbo, Kec. Barus Utara. Mereka menyampaikan pengaduan mereka perihal tanah yang sedang dipersoalkan oleh pihak Pemkab. Tapteng. Robinson Tarihoran tampil sebagai pembicara warga, menceriterakan kronologi pengusahaan lahan itu mulai dari kakek dan orangtua mereka sejak puluhan tahun lalu. Lalu sekarang, demikian Robinsan, ada larangan dari Pemkab Tapteng, warga tidak bisa mengusahai lahan itu dengan alasan masuk kawasan hutan register. “sejak dari dulu kakek/nenek dan orangtua kami sudah mengusahai lahan itu. Tidak pernah diketahui orang di situ hutan register. Batas Hutan register masih jauh di atas gunung sana, kenapa sekarang dikatakan itu hutan register?” kata Robinson mempertanyakan.
Menanggapi pengaduan itu, Johny Nelson Simanjuntak yang didampingi oleh Husendro mengatakan, bila memang sejak dari dulu kawasan itu pasti tidak masuk kawasan hutan register kenapa sekarang jadi bermasalah. “Kalau memang sudah sejak lama dikelola dan sudah pasti ditemukan patok batas hutan register itu jauh dari lokasi itu, silahkan lanjutkan kerjakan lahan itu. Kalau ada yang melarang, nanti laporkan sama saya. Saya ini berbicara atas nama lembaga negara,” kata Johny menegaskan. Ketika itu hadir banyak intel-intel polisi. Pernyataan itu didengar juga oleh mereka. Bila tidak salah, ada intel juga yang merekam pernyataan itu dengan handycam.
Lalu kenapa sekarang ada kasus perambahan dan pembakaran hutan register? Apakah Kamnas HAM sebagai lembaga negara suaranya tidak dianggap apa-apa oleh Pemkab Tapteng dan aparat penegak hukum kita? Mohonlah kiranya agar dalam penanganan kasus-kasus menyangkut rakyat kecil, aspek-aspek hak-hak azasi itu dikedepankan oleh aparat penegak hukum kita.

11. Ada Investor Pilihan Pejabat Pemkab Tapteng Menginginkan Tanah Molhum

Bulan Juni 2008, dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Tengah pernah turun ke Molhum dan melakukan perintisan penentuan batas yang hendak dikelola seorang calon investor. Kepala Desa Purbatua mengetahui hal ini karena rumahnya menjadi titik kumpul ketika mau pergi ke lahan di Molhum. Pada waktu itu, Robinson Tarihoran diajak juga ikut melakukan perintisan. Perintisan dilakukan.

Nama-nama mereka yang terlibat ketika itu:
- Martin Simanjuntak
- Gulmok Tarihoran
- Robinson Tarihoran
- Damril Limbong
- Gohi Simanjuntak

Nama yang disebut terakhir adalah orangnya Bupati Drs. Tuani Lbn. Tobing ketika mereka melakukan penguasaan tanah warga di Sipaubat dan Desa Lobutua, Kec. Andam Dewi. Tidak lama setelah pengukuran itu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tapteng turun juga ke lokasi dan mulai mengukur luas lahan. Menurut keterangan Robinson Tarihoran, luas tanah keseluruhan yang berhasil diukur dan hendak dikelola oleh investor mencapai 1.300 Ha. Suatu luas yang pantastis. Kalau ini sempat beralih ke tangan investor dengan model apa yang terjadi selama pemerintahan Tuani Lbn Tobing ini, bisa dipastikan bahwa warga Purbatua dan Huta Ginjang akan menderita di masa depan.
Melihat gelagat tidak baik itu, Robinson Tarihoran sering berkonsultasi kepada saya tentang tanah di Molhum. Ia sendiri punya sikap, dan tentu mengajak rekan generasi mudanya dan masyarakat, lahan di Molhum tidak akan pernah jatuh ke tangan investor yang dimasukkan Pemkab Tapteng. “Sudah banyak kita petik pelajaran yang tidak baik dengan kehadiran PT. Nauli Sawit,” kata Robinson.
Orang-orangnya Bupati sudah membaca gelagat dari Robinson yang tidak akan meluluskan rencana mereka. Robinson mulai dibujuk dan diiming-imingi banyak hal. Gohi Simanjuntak pernah membujuk dia agar mendorong masyarakat memberikan tanahnya untuk dikelola investor. Robinson menjawab dengan mengatakan, “kenapa kepada saya, apalah saya. Raja kampung dan pengetua kan masih ada,”. Juga kepadanya pernah ditawarkan, kalau lahan di Molhum jadi dikelola, ia akan mendapat bagian 10 hektar dan truk satu unit. Kembali Robinson memberikan jawaban dengan tidak terlalu serius, “kalau hanya sayanya makan apalah artinya itu”. Kepada Robinson juga pernah dianjurkan, bila membutuhkan sesuatu, agar pergi ke rumah calon investor itu yang disebutkan sebagai bermarga Pasaribu dan beralamat di Jln. Sisinga Mangaraja No. 30 Sibolga. Rupanya ancaman akan adanya penyerobotan inilah yang semakin mendorong keinginan Robinson membentuk kelompok tani dan memohon bantuan ke
Keuskupan Sibolga agar masyarakat mampu dengan segera mengolah lahan mereka.
Akibat sikap Robinson Tarihoran yang tidak mau diajak kerjasama mendukung kehadiran invstor itu, ia dan keluarganya sudah dijadikan target sasaran oleh “kelompok yang berseberangan”. Benar, pada hari Minggu, rumah orangtua Robinson, tempat dia tinggal, pada siang hari, pada saat orang mengikuti kebaktian di gereja, dibakar oleh orang yang tidak dikenal. Syukur rumah itu tidak sempat habis dilalap api. Kepulan asap pekat menyadarkan orang yang sedang duduk-duduk di kedai di belakang rumahnya. Mereka langsung memadamkan api yang sudah sempat menghanguskan lemari dan sudah mulai menjilat bagian atap rumah. Dari investigasi kami, cukup kuat keyakinan bahwa pelaku adalah bagian dari Kelompok yang membakar rumah Edianto Simatupang, seorang aktivis, yang juga korban penikaman
waktu Unjuk Rasa Damai di depan Kantor Gubernur di Medan.

Rupanya, Bupati merasa harus turun tangan untuk mendorong dan mempengaruhi masyarakat. Pada acara Pulang Bersama para Perantau yang berasal dari Desa Sihorbo dan Hutaginjang, Bupati hadir dan memberikan kata sambutan. Sebenarnya Panitia yang sudah dibentuk dari Jakarta, tidak terlalu mengharapkan dan tidak mendukung rencana kehadiran Bupati. Namun, “orang-orangnya” Bupati bersikeras agar Bupati diundang dan diberi kesempatan memberi kata sambutan. Memang betul, Bupati datang dan menyampaikan kata sambutan. Dalam kata sambutannya, Bupati mendorong masyarakat agar memberikan tanahnya dikelola oleh investor yang akan datang membawa modal besar, mumbuka lapangan kerja, dst..dst...dst. Ketika itu nyata sekali bagi warga yang hadir pada acara itu, Bupati Tapteng sangat berminat dengan lahan Molhum untuk diberikan kepada investor. Tetapi warga tetap
memilih, lahan itu hendak dikelola sendiri.

12. Penutup

Dari pemaparan apa adanya di atas, pembaca yang budiman pasti sudah mendapat gambaran mengenai aktivitas saya dikaitkan dengan issu perambahan dan pembakaran hutan register di Molhum. Saya persilahkan pembaca budiman mencermati dan merefleksikan, dan kemudian menilai apakah yang disangkakan itu benar dan tepat dikenakan pada saya. Jika seandainya lahan Molhum itu jadi diberikan kepada investor pilihan Bupati, maka persoalan menyangkut hutan register pasti tidak ada. Kuat keyakinan saya bahwa issu perambahan hutan register adalah kasus yang dibangkitkan tanpa bukti yang kuat. Tapi dengan tujuan yang jelas, Pertama, untuk masyarakat agar tidak mengusahai lahan ini, karena kecewa, investor pilihan tidak jadi menguasai dan mengusahai lahan itu. Kedua, menghentikan saya dalam kegiatan-kegiatan advokasi membela hak-hak rakyat, khususnya mereka yang tidak berdaya, korban kebohongan, dengan cara mengirim saya ke penjara.
Jadi kesimpulan saya, kasus ini direkayasa untuk mengkriminalisasi saya sebagai orang yang getol dan yang tidak mau surut dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat atas tanah warga transmigrasi dan para petani di beberapa kecamatan di Tapteng yang diserobot oleh PT. Nauli Sawit. Setelah pengaduan kami ke Komnas HAM mendapat tanggapan sirius, situasi panas dan gerah mewarnai jajaran pejabat Pemkab Tapteng, khususnya mereka yang terlibat dalam praktek penyerobotan tanah.
Tapi sungguh saya sayangkan, kenapa POLDA Sumatera Utara menanggapi laporan pihak Pemkab. Tapteng ini tanpa melakukan proses hukum yang wajar dalam menentukan saya sebagai tersangka. Kalau seandainya kasus ini ditanggapi secara profesional dan proporsional, saya yakin tidak akan seperti ini. Tampanya kembali perlu diulangi ajakan Presiden R.I Soesilo Bambang Yudhoyono, agar Polri, KPK dan Kejaksaan membenahi secara internal institusinya, yang dikemukakan pada saat menyampaikan sikap atas kasus cicak dan buaya. Apakah POLDA Sumatera Utara mendengarkan
seruan Presiden itu?

Demikian saya buat kronologi kasus dan gambaran keterlibatan saya di proyek sosial penanaman karet di Desa Purbatua dan Hutaginjang ini yang saya sampaikan dengan apa adanya, namun dipenuhi rasa
tanggungjawab. Semoga bermanfaat terutama bagi mereka yang kita bela.

Minggu, 13 Desember 2009
P. Rantinus Manalu, Pr
Ketua Komisi Justice and Peace Keuskupan Sibolga

Gebyar Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang

PANITIA PELAKSANA
PERAYAAN NATAL MUDIKA PAROKI SIDIKALANG
“BERTABUR BINTANG” 2009

No.: 01/PAN -NTL/IX/2009 Sidikalang 20 September 2009
Lamp.: 1 eks
Hal: Permohonan Bantuan Dana / Sponsor


Kepada Yth:
_______________________________
SYALOM,
Untuk merayakan hari kelahiran Sang Penebus dosa manusia, kami Muda-Mudi Katolik Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang mengadakan Perayaan Natal yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal: Senin -Selasa ,28 -29 Desember 2009
Tempat: Gereja Katolik Sidikalang
Waktu: Pukul 16.00 WIB s/d Selesai
Hal: Permohonan Bantuan Dana / Sponsor
Acara: Misa Kudus dan Hiburan Natal


Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Panitia mengalami kekurangan dana. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan agar Bapak/ Ibu serta Saudara/i sudi kiranya menjadi Sponsor dalam acara PERAYAAN NATAL MUDIKA PAROKI SIDIKALANG 2009.
Atas partisipasi dan perhatian Bapak/Ibu serta Saudara/i kami mengucapkan banyak terima kasih.


HORMAT KAMI

PANITIA PELAKSANA

Ketua
Sekretaris
Harapan Boangmanalu
Rumondang Sinaga


Mengetahui

Pastor Paroki Sidikalang
Dewan Pastoral Paroki Sidikalang
Pastor Antonius Manik, O. Carm
Dirman Sagala


P R O P O S A L

1. PENGANTARDalam dunia yang semakin berkembang, Gereja dihadapkan pada pertanyan – pertanyaan tentang perkembangan dunia modern, tentang peranan manusia dan alam semesta secara perorangan maupun bersama – sama dan tujuan akhir dunia dan manusia.
Seiring perkembangan zaman dan dihubungkan dengan anggapan bahwa agama itu sama semua, maka generasi muda (Mudika) tidak lagi percaya diri mengatakan bahwa agama Katolik yang paling benar bagi dirinya. Hal ini mengakibatkan :

· Kurangnya militansi kekatolikan umat
· Tidak banyak lagi muncul tokoh awam maupun pemimpin Katolik yang tangguh dan beriman teguh
· Kaum muda tidak peduli dengan kehidupan iman dan perkembangan Gerejanya
2. LATAR BELAKANGMudika sebagai masa depan Gereja rindu mengadakan perayaan Natal dalam rangka memperingati hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus agar dapat mengingatkan kaum muda dalam mengenang kelahiran raja sang Penebus Dosa Manusia.
3. TUJUAN PELAKSANAAN§ Peningkatan iman serta memupuk rasa persaudaraan diantara Mudika
§ Membangun solidaritas sesama Mudika
§ Pengembangan diri para Mudika.
4. TEMATema : Aku Takkan Goyah Untuk Selama-lamanya.
Sub Tema : Melalui Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang Bertabur Bintang 2009, kaum muda Katolik mampu menjadi agen-agen perubahan di lingkungan Masyarakat, Bangsa dan terlebih-lebih di lingkungan Gereja.
5. WAKTU PELAKSANAAN / TEMPAT
Hari/tanggal: Senin-Selasa, 28-29 Desember 2009
Pukul: 14.00 s.d. selesai
Tempat: Gereja Katolik Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang


6.JENIS KEGIATAN
1. Misa Kudus
2. Karnaval
3. Hiburan Natal Bertabur Bintang di hibur oleh Artis Ibu Kota:
a. TRIO SIEMENSTAR
b.. TIOFANTA PINEM
c.. HERLIN SIBORO
d. SURYA SIMATUPANG
f. MONANG HABEAHAN/TOBAS TRIO
4. Ceramah

7. SASARAN
Peserta pada kegiatan Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang “Bertabur Bintang” kurang lebih 7000 orang, yaitu :
1. Mudika Paroki Sidikalang
2. Orang Tua
3. Asmika
4. Kaum Muda Se- Ordo Karmel Regional SUMUT
5. Tokoh Katolik dan Tokoh Masyarakat
8. TERTIB ACARA
Tanggal 28 Desember 2009
1.Chek In : 12.00 – 14.00 WIB
2.Carnaval : 14.00 – 16.00 WIB
3.Misa Kudus: 16.00 – 18.00 WIB
4.Pembukaan & Kata Sambutan: 18.00 – 19.00 WIB
5.Makan Malam: 19.00 – 20.30 WIB
6.Hiburan Natal: 20.30 – 24.00 WIB
7.Malam Seribu Bintang: 24.00 WIB
Tanggal 29 Desember 2009
1.Ibadat Pagi: 05.30 WIB – 06.00 WIB
2.Kebutuhan Pribadi: 06.00 WIB – 07.00 WIB
3.Sarapan Pagi: 07.00 WIB – 08.00 WIB
4.Ceramah: 08.00 WIB – 10.00 WIB
5.SAYONARA: 10.00 WIB
NB : Jadual ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi.
9. TAKSASI BIAYA
ANGGARAN DANA
A. PENGELUARAN
1.Seksi Konsumsi

- Makan malam 700 x @ Rp.10.000,-: Rp 7.000.000,

- Makan Pagi 700 x @ Rp. 5.000,-: Rp 3.500.000,-
2Seksi Tempat / Peralatan

- Tratak 14 bh x @ Rp 100.000,-: Rp 1.400.000,-

- Pentas 2 buah: Rp 600.000,-

- Kursi 700 bh x @ Rp 1.000,-: Rp 700.000,-

- Sound System: Rp 4.000.000,-

- Lighting: Rp 1.500.000,-
3Seksi Liturgi: Rp 1.500.000,-
4Seksi Dekorasi: Rp 2.000..000,-
5Seksi Dokumentasi: Rp 1.000.000,-
6Seksi Humas: Rp. 1.000.000,-
7Seksi Tamu: Rp. 500.000,-
8Biaya Transportasi: Rp. 2.500.000,-
9Seksi Keamanan: Rp. 500.000,-
10Akomodasi: Rp. 1.000.000,-
11Sie Kesehatan: Rp 500.000,-
12Hiburan (Artis): Rp 10.000.000,-

Total Pengeluaran: Rp. 38.700.000,-

B. PEMASUKAN
1.Partisipasi peserta: Rp 5.000.000,-
2Subsidi Paroki: Rp 5.000.000,-
3Partisipasi Lingkungan/Stasi: Rp 2.000.000,-
4Bazar: Rp 3.000.000,-
5Parkir: Rp. 2.000.000,-
6Donateur: Rp. 20.700.000,-

Total Pemasukan: Rp. 37.700.000,-

10. PANITIA PELAKSANA

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA
PERAYAAN NATAL MUDIKA PAROKI SIDIKALANG
“BERTABUR BINTANG”
I.PelindungPastor Paroki Sidikalang


Dewan Pastoral Paroki
II.PenasihatPastor Moderator Mudika
IIIPenanggungjawabSeksi Kepemudaan Dewan Pastoral Paroki
IV.KetuaHarapan Boangmanalu
V.Wakil KetuaListualinus Barasa
VI.SekretarisRumondang Sinaga
VII.Wakil SekretarisJusanti Pandiangan
VIII.BendaharaRisma Tampubolon
IX.Seksi-Seksi

1. Seksi Liturgi

KoordinatorSr. Margaretha Samosir, KSSY

Anggota 1. Helen Simamora


2. Sr. Yosi KSSY


3. Lisbet Manurung

2. Seksi Acara

KoordinatorRinto Sembiring

Anggota1. Renius Simamora


2. Yohana Cibro

3. Seksi Tempat/Peralatan/Transportasi

KoordinatorFrans

Anggota 1. Maruli


2. Sentra Ginting


3. Jekson Malau

4. Seksi Dekorasi

KoordinatorSr. Maristela Dolla, KSSY

Anggota 1. Juni Purba


2. Hendra Muliadi


3. Oktavia Sianipar

5. Seksi Dokumentasi

KoordinatorSarden Sihotang

Anggota Candra PPH Aritonang

6. Seksi Keamanan

KoordinatorAbdi Sihombing

Anggota 1. Jepro


2. Erwin Sianturi


3. Yudi Darmo Sihombing

7. Seksi Humas

KoordinatorAndri Giwangkara

Anggota 1. Polmen Situmorang


2. Dodi Nainggolan

8. Seksi Tamu

KoordinatorAniati Aritonang

Anggota 1. Mario


2. Maria Iga


3. Jon Feri

9. Seksi Konsumsi

KoordinatorFelix Tampubolon

Anggota 1. Roida Simorangkir


2. Riyadi Sitanggang


3. Masta Lumban Gaol


4. Nurcahaya

10. Seksi Akomodasi

KoordinatorSteven

Anggota 1. Friend


2. Paulina Manalu

11. Seksi Kesehatan

KoordinatorIren Ginting

Anggota Lilis Sitanggang

12. Seksi Dana

KoordinatorResoalon Lumban Gaol, A.Md (DPRD Kab Dairi)

Anggota 1. Jusrianda Nainggolan (DPRD Kab Dairi)


2. Dapotan Silalahi (DPRD Kab Dairi)


3. Ances Sihombing (CV. Abdi Karya)


4. R.A Sinaga (BRI)


5. S.I. Situmorang (Ka. Unit BRI Sumbul)


6. Binsar Simarmata


7. Lina Manik


8. M. Tinambunan


9. Fero Sitanggang


10. M. Malau (Coca Cola)


11. PENUTUP
Demikianlah Proposal ini diperbuat dengan harapan Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang “ Bertabur Bintang” dapat terlaksana dengan baik.

Kami dan kaum muda kita yang menjadi penerus dan generasi Gereja Katolik sangat mengharapkan dukungan dan bantuan dari para Saudara. Atas dukungan, perhatian dan bantuan dari para Saudara, kami mengucapkan banyak terimakasih.

Uluran Kasi sebagai bingkisan Natal Para Saudara, Bapak dan Ibu dapat dikirimkan ke:

BRI Cabang 0194 Sidikalang
No. Rekening : 0194-01-019758-50-8
Atas Nama : PAROKI MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN

Semoga kegiatan ini berdampak positip bagi kaum muda Katolik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketua
Sekretaris
Harapan Boangmanalu
Rumondang Sinaga


Mengetahui


Pastor Paroki Sidikalang
Dewan Pastoral Paroki Sidikalang
Pastor Antonius Manik, O. Carm
Dirman Sagala


PESAN NATAL 2009

"Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang ..."
(bdk. Mzm. 145:9a)

Saudara-saudari yang terkasih,segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana kebahagiaan Natal sekarang ini, kembali Tuhan menyapa dan mengingatkan kita umat-Nya untuk merayakan Natal ini dalam semangat kedamaian, kebersamaan dan kesahajaan. Dengan mengucap syukur sambil melantunkan kidung Natal dan doa, kita merenungkan, betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita! Ia yang telah lahir bagi kita manusia, adalah juga Dia yang telah menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah, Bapa kita. Dengan demikian, Ia menyanggupkan kita untuk hidup bersama, satu sama lain dalam damai Natal itu. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"[1]. Kabar Gembira Natal itulah yang harus kita hayati dan wujud-nyatakan di dalam kehidupan kita bersama.
Tema Natal kita tahun ini adalah: "Tuhan itu baik kepada semua orang." Tema ini hendak mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citra-Nya[2]. Allah adalah Allah bangsa-bangsa[3]. Ia tidak hanya mengasihi Israel saja, tetapi juga Edom, Mesir, bahkansemua bangsa-bangsa. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".[4] Allah mengasihi dunia dan manusia yang hidup di sana dan manusia diperintahkan-Nya untuk mengolah dan menaklukkannya.[5]
Sebagaimana kelahiran Yesus Kristus adalah bagi semua orang, maka umat Kristiani pun hidup bersama dan bagi semua orang. "Semua orang" adalah siapa saja yang hidup dan bertetangga dengan kita, tanpa membeda-bedakan, sebagaimana Allah, Bapa di surga, juga menyinarkan matahari-Nya dan menurunkan hujan-Nya kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.[6] Di dalam interaksi kita dengan sesama, pemahaman ini meliputi semua bidang kehidupan. Yesus Kristus memerintahkan, agar kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.[7] Itulah hakikat inkarnasi Ilahi di dalam diri Yesus Kristus yang adalah Manusia bagi orang lain. Kelahiran Yesus Kristus mendasari relasi kita dengan orang lain. Maka kita menjalin relasi dengan sesama, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

2. Dalam semangat inilah kita merayakan Natal sambil merefleksikan segala peristiwa yang telah kita lalui di tahun 2009 seperti misalnya Krisis Ekonomi Global, Pemilihan Umum, Aksi Terorisme sampai dengan Bencana Alam yang melanda beberapa wilayah Tanahair kita. Segala peristiwa tersebut mengingatkan kita untuk senantiasa menyadari kebesaran Tuhan dan membuat kita rendah hati di hadapan-Nya. Tuhan itu baik, karena Ia memampukan kita melewati semua peristiwa tersebut bersama sesama kita manusia. Maka Natal ini juga hendaknya memberikan kita hikmah dalam merencanakan hari esok yang lebih baik, bagi manusia dan bagi bumi tempat tinggalnya. Manusia yang diciptakan sebagai puncak dan mahkota karya penciptaan Allah, tidak bisa dilepaskan dari dunianya. Sungguh, "Tuhan itu baik bagi semua orang dan penuh rakhmat terhadap segala yang dijadikan-Nya".[8]
Oleh karena itu, kala merayakan peringatan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita, kami mengajak seluruh umat Kristiani setanah-air untuk bersama-sama umat beragama lain menyatakan kebaikan Tuhan itu dalam semangat kebersamaan yang tulus-ikhlas untuk membangun negeri tercinta kita. Sebagai bagian integral bangsa, umat Kristiani di Indonesia adalah warganegara yang secara aktif turut mengambil bagian dalam upaya-upaya menyejahterakan bangsa, karena kesengsaraan bangsa adalah kesengsaraan kita dan kesejahteraan bangsa adalah kesejahteraan kita juga. Dengan pemahaman solidaritas seperti itu, umat Kristiani juga diharapkan turut melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang baru Negara ini, demi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata, termasuk juga demi terwujudnya upaya memulihkan keutuhan alam ciptaan yang menjadi lingkungan hidup kita. Merayakan Natal sebagai ungkapan penerimaan kedatangan Yesus Juruselamat, haruslah juga menjadi awal perubahan sikap dan tindakan untuk sesuatu yang lebih baik. Kedatangan Yesus bagi semua orang melalui karya-Nya, dahulu telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis dengan memaklumkan perubahan sikap dan tekad ini[9], baik melalui pewartaannya maupun melalui peri-hidupnya sendiri. Hal itu membuat mereka yang dijumpainya dan mendengar pewartaannya bertanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"[10]

3. Karena itu, melalui pesan Natal ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani:
a.untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan, dan dengan demikian menyadari juga panggilan dan perutusannya untuk berbuat baik kepada sesamanya[11]. Kita dipanggil bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga kita dikalahkan oleh kejahatan, melainkan untuk mengalahkannya dengan kebaikan[12], supaya dengan melihat perbuatan baik kita di dunia ini, orang memuliakan Bapa yang di surga[13].· untuk melibatkan diri secara proaktif dalam berbagai upaya, terutama yang direncanakan oleh Pemerintah dalam program-program pembangunan manusia seutuhnya. Kita juga dipanggil untuk terlibat aktif bersama dengan gerakan-gerakan atau apsirasi-aspirasi lain, yang mempunyai keprihatinan tulus, untuk mewujudkan masyarakat majemuk yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keikhlasan dan solidaritas memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama.

b. untuk ikut terlibat aktif dalam menyukseskan program-program bersama antara Pemerintah dan masyarakat demi keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya. Dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan, umat Kristiani hendaknya tidak hanya menjadi pelaku-serta saja, tetapi juga menjadi pemrakarsa.Akhirnya, Saudara-saudari seiman yang terkasih, marilah kita berdoa juga bagi Pemerintah kita yang baru, yang dengan demokratis telah ikut kita tentukan para pengembannya, bersama dengan seluruh jajarannya dari pusat sampai ke daerah-daerah, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Itulah yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah pesan kami. Selamat Natal 2009 dan Selamat Menyongsong Tahun Baru 2010. Tuhan memberkati.

Jakarta, November 2009

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

Mgr. M.D.Situmorang OFMCap.

Ketua Umum

Ketua

Pdt. Dr. R. Daulay

Mgr. A. Sutrisnaatmaka MSF.

Sekretaris Umum

Sekretaris Jenderal






Pelayanan dan Rasa Terima Kasih

PENGURUS GEREJA ADALAH PELAYAN
TAPI UMAT JUGA HARUSNYA TAHU BERTERIMA KASIH
dan PENGHAYATAN IMAN


Siapapun pasti setuju bahwa menjadi pengurus Gereja merupakan panggilan pelayanan. Karena itulah mungkin makanya banyak orang yang enggan menjadi pengurus Gereja. Para pengurus berusaha menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Namun seringkali ‘penghargaan’ umat dirasakan kurang.


1. Saat Pesta PernikahanSaat pesta pernikahan, keluarga yang mau berpesta meminta dan kadang seakan memaksa untuk mengurusnya. Pernikahan lebih pada pesta keluarga tertentu yang harusnya pihak yang berpesta bertanggungjawab penuh. Namun kenyataannya:

- Ongkos mengurus ke parokipun tidak diberi keluarga yang berpesta, padahal untuk mengurus ke paroki butuh biaya ongkos. Nah tentu juga waktu mengurus ke paroki, pengurus harus makan siang. Untuk makan siangpun juga tidak pernah di beri pihak keluarga yang berpestas. Sehingga kadang untuk urusan itu dikeluarkan dari kas stasi atau kantong si pengurus. Pihak keluarga tertentu yang berpesta, tetapi malah stasi atau pengurus dikorbankan. Pengurus sudah tinggalkan pekerjaannya, eh..harus keluarkan biaya pula dari kantong pribadi.

- Sesudah selesai acara pemberkatan di Gereja, hampir tidak pernah pihak keluarga memberi ucapan terima kasih kepada para pengurus yang bertugas. Tentu bukan soal banyaknya, tapi tanda nyata ucapan terima kasih.

- Ketika pesta berlangsang, biasanya pengurus duduk-duduk di luar atau di warung, nunggu di panggil memimpin doa makan. Pihak yang berpesta lupa sama pengorbanan pengurus Gereja, baru ingat waktu mau buka doa makan.

2. Saat Kematian
Saat peristiwa ini juga lumayan seru ‘nasib’ pengurus Gereja:
- Mulai dari saat seseorang meninggal sampe pemakaman, pengurus harus siap sedia bertugas.
- Saat pemakaman juga seringkali molor, tetapi pengurus harus selalu siap sedia menunggu. ekarang ini rasanya agak ganjil, yang mana orang sudah biasa memakamkan pada waktu malam, di atas jam 6 sore. Padahal, malam yang gelap biasanya jadi lambang: dunia gelapan, dunia para roh-roh bergentanyangan, dll. Karena dimakamkan saat malam atau gelap, akhirnya pemakaman yang merupakan bentuk penghormatan terakhir bagi yang meninggal, menjadi kurang nilainya.

3. Merokok di dalam Gereja, di Luar Gereja saat Ibadat / Misa berlangsung.

Hal ini nampaknya banyak terjadi di kalangan umat, bahkan oleh pengurus Gereja sendiri. Hampir di setiap stasi terjadi bahwa umat merokok di dalam Gereja entah itu sebelum ibadat/misa atau sesudah perayaan selesai. Wah, Gereja yang adalah tempat doa dan rumah Tuhan diperlakukan sama dengan kedai tuak. Maka penuhlah Gereja dengan asap rokok dan puntung roko bererakan di mana-mana. Kadang kala ibu-ibu maupun anak-anak gak mau kalah, mereka dengan seenaknya membuang sampah di dalam Gereja. Aneh ya, di rumah nyuruh anak agar rajin nyapu rumah, tapi kog di rumah Tuhan sendiri dengan seenaknya buang sampah? Apa karena Gereja gak dianggap sebagai rumahnya atau miliknya juga?

Sering pula umat dan bahkan Pengurus Gereja sendiri pada saat ibadat atau misa masih berlangsung, mereka keluar dan merokok di luar. Waktu Misa Krisma di bersama Uskup Pius Datubara ketika misa Krisma di Stasi Sigalingging juga ada yang umat yang dengan santainya merokok di belakang.

Ini salah satu contoh yang dapat direkam WP, pada saat Misa masih berlangsung, mereka keluar dan merokok di luar. Yang merokok dalam gambar yang kami rekam adalah termasuk para pengurus Gereja.
Umat Katolik, iman juga harus dinyatakan dalam hidup dan perbuatan-perbuatan baik!!!


Mudika Paroki Sidikalang Merayakan Natal

NATAL MUDIKA
PAROKI 'MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN'
SIDIKALANG - KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

"AKU TAKKAN GOYAH UNTUK SELAMA-LAMANYA
"

Inilah Tema yang diambil mudika dalam perayaan Natal Mudika tanggal 28 Desember 2009 nanti.
Para kaum muda kita ini merencanakan Natal yang sangat meriah dengan dimeriahkan beberapa bintang tamu, misalnya Trio Simenstar, Tio Fanta Pinem dan beberapa artis Dairi. Oleh karena itulah mereka mengatakan bahwa Natal ini adalah Natal Bertabur Bintang.
Ini yang pertama kali akan terjadi dalam Gereja Katolik di Dairi. Banyak orang yang berpikir bahwa kegiatan ini terlalu dibesar-besarkan dan terlalu bermimpi, mengingat tentunya kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Benar bahwa dalam anggaran yang panitia buat, Perayaan itu paling tidak akan menelan biaya Rp. 40.000.000,- (Empat Puluh Juta Rupiah). Biaya yang sangat besar, itupun mengandaikan bahwa panitia berusaha mengirit pengeluaran. Rangkaian kegiatan yang direncanakan oleh para mudika adalah:
1. Carnaval bersama sekitar kota Sidikalang pkl. 14.00 s/d 16.00
2. Perayaan Ekaristi bersama mudika dan umat Siidkalang pkl. 18.00
3. Pentas Malam hiburan Natal pkl. 20.00 sampai selesai.
4. Malam hari para mudika menginap di paroki, pagi besok harinya diadakan pembinaan dan mudika pulang ke tempat masing-masing setelah makan siang.
Dalam kegiatan tersebut melibatkan semua mudika paroki Sidikalang bersama dengan mahasiswa/i yang berasal dari paroki Sidikalang, yang ada di kota Medan. Pentas hiburan tersebut terbuka untuk masyarakat umum dan akan diadakan di Kompleks pekarangan Gereja Paroki Sidikalang. Diperkirakan para penonton sekitar 7000 orang.
Pesta Natal yang sangat besar. Orang mungkin bertanya, "Mungkinkah hal ini dapat terlaksana?Ya, dari segi kemampuan paroki dan kaum muda kita, memang tidak mungkin. Tetapi hal yang menarik adalah alasan para mudika untuk mewujudkan pesta Natal ini, yakni:
1. Para Mudika melihat bahwa para mudika yang ada di paroki Sidikalang maupun di Dairi sudah kurang bangga atas iman Katoliknya. Jadi mereka melihat Natal ini mau memabngkitkan rasa cinta para mudika kepada Gerejanya. Hal yang sama juga diharapkan dalam diri semua umat katolik.
2. Mereka melihat bahwa kebersamaan dalam diri para mudika sudah memprihatinkan.
3. Para mudika juga ingin merayakan Natal bersama semua umat dan juga bersama semua masyarakat, mengingat mereka setia pada peraturan Gereja Katolik yang mengatakan bahwa hendaknya umat tidak merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember sehingga mereka tidak ikut dalam Natal Eukumene yang selalu diadakan pada minggu pertama dalam bulan Desember.Itulah kiranya beberapa alasan para mudika untuk mengadakan perayaan Natal tersebut. Atas dasar semangat mereka itu pulalah pastor Paroki, Pastor Antonius Manik O.Carm bersama DPPH dan umat mendukung kegiatan tersebut, walaupun juga khawatir sehubungan dengan biaya yang sangat besar yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut.
Sampai saat ini, paroki masih membantu sejauh mendahulukan sedikit biaya, sedangkan beberapa uang muka untuk kegiatan tersebut didahulukan oleh panitia sendiri seraya mereka sendiri banting tulang untuk mencari biaya dari para Donatur.Rasanya tidak baik memadamkan semangat Kaum muda Gereja kita ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati memohon kepada para Saudara yang membaca ini, kami mengharapkan dukungan terutama bantuan dana dari para Saudara juga memohon bantuan para Saudara untuk mencarikan bantuan untuk kegiatan tersebut. Anggaplah uluran kasih Bapak, Ibu, Saudara- Saudarai sebagai bingkisan Natal bagi kaum muda kita.
Uluran kasih bapak, ibu, saudara, saudari dapat disalurkan melalui:

BRI Cabang 0194 Sidikalang
No. Rekening : 0194-01-019758-50-8
Atas Nama : PAROKI MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN

Kami dan kaum muda kita yang menjadi penerus dan generasi Gereja Katolik sangat mengharapkan dukungan dan bantuan dari para Saudara. Atas dukungan, perhatian dan bantuan dari para Saudara, kami mengucapkan banyak terimakasih.

Hormat Saya:
Pastor Antonius Manik O.Carm
Pastor paroki

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

PELAYANAN KE PANUNTUNGAN



Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.
Semula ibu Vera Sinaga,anaknya Dionisius Raja Ernesto Cibro dan Frans Jumadi ikut dalam pelayanan tersebut. Namun di tengah perjalanan, beliau mendapat telepon bahwa anak itonya yang baru 2 hari lahir ternyata meninggal dunia. Maka dengan berat hati setelah tiba di Subulussalam Penanggalan mereka balik kembali ke Sidikalang bersama Saudara Frans dan mereka langsung ke Medan.


Malam hari Pak Manao dengan bahasa Nias mengadakan pendalaman iman bagi umat. Bapak Manao kaget dan terheran-heran karena ternyata hampir semua umat belum tahu membuat TANDA SALIB. Walaupun demikian, pelayanan itu tetap seru dan mengasyikkan.

Pagi harinya, pastor Antonius Manik O.Carm mempersembahkan perayaan Ekaristi dengan menggunakan bahasa Nias. Dalam perayaan Ekaristi tersebut sekaligus diadakan baptisan bayi, convalidatio dan pelantikan pengurus Gereja Stasi.




Pastor Anton Manik O.Carm

Memasuki Gedung Gereja Yang Baru

MEMASUKI GEREJA SANTO PETRUS
STASI KABAN JULU
PAROKI 'MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN
SIDIKALANG - KEUSKUPAN AGUNG MEDAN




1. KILAS BALIK PEMBANGUNAN
Gereja Stasi Kaban Julu merupakan salah satu stasi tertua di di Paroki Sidikalang, setelah Stasi Sitinjo. Gereja katolik di stasi ini berdiri sejak 1968. Jumlah umat lumayan banyak dan Gereja yang ada dirasa sudah kurang layak lagi dan mendesak untuk dibangun yang baru, juga mengingat menara Gereja terpaksa harus dirobohkan karena sudah retak akibat gempa nias tahun 2006. Lebih menarik lagi bahwa di stasi ini terdapat makam Romo Koning O.Carm.Sudah lama direncanakan hendak mewujudkan mimpi tersebut, namun karena situasi dan kondisi belum memungkinkan, baru pada pertengahan tahun 2006 pembangunan dapat diwujudkan.
Peletakan Batu Pertama pembangunan dilaksanakan dalam Misa di lokasi yang dipimpin oleh pastor paroki. Dalam awal pembangunan ditekankan bahwa pembangunan Gereja harus diupayakan dengan kerjasama dengan semua umat, tidak hanya melimpahkan kepada panitia. Kerjasama itu, baik itu lewat Dana Partisipasi, Tenaga gotong Royong, saling mendukung dan terutama juga kejujuran dalam bekerja. Prinsip lain dalam pembangunan adalah membangun Gereja yang layak, bertahap dan kokoh, bukan sekedar jadi dan terburu-buru.
Pada Awalnya semua umat antusias dalam pembangunan, namun dalam perjalanan semangat mulai melemah dan sempat pembangunan itu berhenti.Berhentinya pembangunan bukan hanya karena ketiadaan atau kekurangan dana tetapi juga semangat umat maupun panitia yang mulai mengendor juga umat tidak sabar.Pembangunan berhenti pas pada waktu dinding sudah selesai, dan sempat berlangsung sampai setahun lamanya.


2. Semangat BaruSemangat baru muncul kembali. Setelah lama berhenti, umat bersemangat kembali untuk melanjutkan pembangunan Gereja, walau dana masih tetap minim. Dana yang masih minim diatasi dengan menggunakan bahan-bahan bangunan atau sisa bongkaran Gereja paroki yang masih layak digunakan.
Umat kembali bersemangat melanjutkan pembangunan, terutama Vorhanger yakni bapak L. Sitanggang hampir setiap hari selama setahun bekerja di Gereja. Dia seakan memberi teladan dan semangat bagi umat, tetapi nampaknya masih banyak umat yang belum memberi hati untuk berkorban dalam membangun Gereja, bahkan ada pula bah yang hanya jadi tukang protes, juga ‘sengaja menghindar yang seakan dirinya bukan katolik.’ Pembangunan dapat berlanjut karena pengorbanan beberapa pihak khususnya saudara Jony Sigalingging (mudika dari stasi ) dan Frans Jumadi (mudika yang tinggal di pastoran).


3. Memasuki Gedung Baru

Pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam 22 November 2009, Gedung Gereja yang masih dalam pembangunan dimasuki. Bangunan Gereja memang belum sempurna, namun sudah bisa digunakan untuk beribadah.
Hal ini juga diperbuat dengan harapan umat kembali disemangati untuk menyempurnakan pembangunan Gereja.
Pada saat memasuki gedung baru, juga sudah ada Altar baru (Sumbangan dari Bruder Gerardus Ofm.Cap, Salib besar (sumbangan dari uskup emeritus Mgr.A.G.Pius Datubara Ofm.Cap), patung Bunda Maria (sumbangan dari Jakarta).

Misa memasuki Gereja baru dipimpin oleh Pastor Antonius Manik O.Carm. Perayaan tersebut dihadiri oleh semua umat juga para Dewan Pastoral Paroki.Perarakan dimulai dari Gedung Gereja yang lama. Pastor paroki berharap, umat beresemangat kembali untuk menyempurnakan bangunan Gereja.

Perayaan Krisma dan Pemberkatan Gereja

PERAYAAN KRISMA DI RAYON SITINJO
DAN
PEMBERKATAN GEREJA STASI SIGALINGGING



Perayaan penerimaan Sakramen Krisma di Stasi Rayon Sitinjo diadakan pada hari Senin 26 Oktober 2009 di stasi Sigalingging. Dalam perayaan tersebut juga sekaligus Pemberkatan Gereja Stasi Sigalingging dan Pesta Syukuran atas 34 tahun penggembalaan uskup Emeritus Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap selama menjabat sebgai uskup Agung Medan.
Rombongan uskup disambut mulai dari jalan raya dengan pengalungan bunga dan diiringi gondang batak Toba.

Perayaan di adakan di luar Gereja, di panggung dan tenda yang disediakan oleh panitia. Pada awal perayaan Ekaristi diadakanlah pemberkatan Gereja oleh bapak uskup.

Perayaan Ekaristi berjalan dengan baik, meriah dan sakral, serta bapak uskup sendiri tetap berkotbah dengan berkobar-kobar. Uskup kita ini sudah tua dan sebenarnya masih capek karena baru sembuh dari sakit, tetapi dia tetap semangat , Tetapi sayang tidak diimbangi dengan semangat kekatolikan umat dalam mengiktui perayaan ekaristi karena selama perayaan ekaristi berlangsung ada juga beberapa umat yang merokok di belakang.
Kegiatan diteruskan dengan ramah tamah. Sayang hujan turun dan setelah hujan berhenti, listrik padam pula, sehingga kegiatan terasa terganggu. Tetapi yang lebih mengganggu dan menyedihkan adalah umat banyak yang pulang sebelum acara selesai. Lebih menyedihkan lagi, ada 1 kelompok stasi yang pulang sebelum acara selesai, atas perintah 1 orang pengurus. Rombongan itu lebih takut kepada suara pengurus tersebut daripada taat pada imannya. Sikap demikian tentu bukanlah sikap seorang katolik.
Tetapi walau demikian, terimakasih kepada para panitia, kepada para pengurus Stasi Rayon Sitinjo dan kepada semua umat. Proficiat buat stasi Sigalingging.

Perayaan Krisma dan Pesta Syukur

PERAYAAN KRISMA DI GEREJA PAROKI
DAN PESTA SYUKUR 34 TAHUN TAHBISAN USKUP
MGR (EMERITUS ) A.G. PIUS DATUBARA OFM.CAP
SEBAGAI USKUP AGUNG MEDAN
Perayaan Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja paroki sekaligus disatukan dengan pesta syukur atas penggembalaan bapak Uskup Emeritus Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap di Keuskupan Aung Medan, selama 34 tahun.
Perayaan penerimaan Sakramen Krisma di Gereja paroki pada hari Minggu 25 Oktober 2009 berjalan dengan baik, meriah, agung dan semarak. Kesemarakan perayaan ditambah dengan alunan musik tradisional Toba yang mengikringi selama perayaan ekaristi maupun dalam kegiatan ramah tamah, juga ditambah dengan pakaian beberapa umat yang memakai pakaian adat mewakilik etnis yang ada di paroki Sidikalang.
Perayaan ekaristi langsung dipimpin oleh uskup Emeritus Mgr. A.G. Pius Datubara Ofm.Cap didampingi oleh P. Antonius Manik O.Carm dan P. Frans Borta Rumapea O.Carm.
Dalam kegiatan tersebut, Panitia maupun paroki memberikan cedramata berupa pakaian misa dengan ornamen pakaian adat Pakpak kepada bapak uskup, dan pastor Anton maupun kepada pastor Borta.
Atas terselenggaranya kegiatan tersebut, paroki mengucapkan banyak terimakasih kepada para panitia yang sudah bekerja keras agar terselenggaranya kegiatan tersebut, kepada para pembina calon Krisma dan juga kepada semua umat yang sudah ambil bagian dalam pesta tersebut.
Tetapi hal yang sangata disayangkan bahwa umat kurang melihat bahwa pesta ini sebagai pesta iman bersama, bahwa dirinya juga sebagai tuan rumah atas pesta ini.Hal ini dikatakan karena hampir semua umat sudah pulang sebelum kegitan selesai, tepatnya setelah hujan reda, umat berpulangan. Inikah gambaran iman kekatolikan kita?

PESTA SYUKUR DAN PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA

Pada hari Minggu tanggal 15 Oktober 2009 di paroki 'Maria Pertolongan Orang Kristen' - Sidikalang akan diadakan Penerimaan Sakramen Krisma dan sekaligus PESTA SYUKUR ucapan terima kasih atas penggembalaan Uskup Emereitus KAM MGR. A.G. PIUS DATUBARA OFM.CAP.

Perayaan yg sama juga akan diadakan di Stasi Rayon Sitinjo, yg bertempat di Stasi Santa Maria Sigalingging. Perayaan tersebut jug sekaligus pemberkatan bangunan Gereja Stasi Sigalingging.

Oleh karena itu, kami sangat memohn bantuan doa dan dukungan dari para Saudara sekalian. Semoga Perayaan ini berjalan dengan lancar dan pada akhirnya semakin mempererat kebersamaan, dan iman yang mendalam bagi semua yang hadir dalam perayaan tersebut. Terima kasih.


MISA INKULTURASI BAHASA SIMALUNGUN

MISA INKULTURASI BUDAYA DAN BAHASA SIMALUNGUN
Dalam Rangka Bulan Kitab Suci Nasional
13 September 2009

Demikianlah kiranya tanda salib dan pembukaan dalam perayaan Ekaristi berbahasa Simalungun. Misa Inkulturasi dalam budaya dan bahasa Simalungun ini merupakan Minggu kedua dalam bulan Kitab Suci yangmana dalam merayakan bulan Kitab Suci Nasional ini. Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang mengisinya dengan misa Inkulturasi. Perayaan Ekaristi ini dipersembahkan oleh Pastor Paroki yakni Pastor Antonius Manik O.Carm. Beliau memang bukan orang Simalungun, tetapi beliau lahir dan besar di Daerah Simalungun yakni tepatnya di Pematang Siantar. Walaupun pastor Anton tidak begitu pasih dalam berbahasa Simalungun, beliau dengan penuh iman, penghayatan dad an perayaan ini berjalan dengan penuh hikmaht.
Di sini kami sampaikan jalannya perayaan tersebut melalui beberapa foto selama perayaan:







































RAMAH TAMAH

Seperti biayasanya, sesudah perayaan Ekaristi diadakan ramah tamah di Aula. Etnis yang bertugas saat itu, mengundang dan menjamu undangan yakni mewakili umat: Pastor, Para suster, Dewan Pastoral Paroki, para pengurus lingkungan, kelompok koor dan beberapa umat. Sebelum acara ramah tamah yakni makan bersama, diadakan acara manorto bersama. Umat yang etnis Simalungun merasa kembali ke kampung halamanan mereka di tanah Simalungun. Tentu dengan demikian akhirnya mereka merasa, bahwa Gereja Katolik / paroki juga menjadi rumah 'mereka'.






























TARIMA KASIH



VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites