SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

Berita Duka

"MISTERI" KEHIDUPAN

RIP
BAPAK DERITA BERUTU
(Ketua Stasi Lae Terondi: Paroki Sidikalang)


Ketika bayi lahir, saat itu pula dia pasti akan mengalami kematian. Semua orang pasti akan sampai pada akhir hidupnya di dunia ini, yakni kematian. kematian bukanlah hal yang baru bagi manusia. Setiap orang pasti pernah melihat orang yang mati atau meninggal, dan tahu bahwa suatu saat dia juga akan mengalami hal yang sama. Namun walaupun demikian, kematian tetap merupakan suatu pengalaman yang membuat orang takut, tetap merupakan suatu misteri yang kadang sulit dimengerti oleh manusia. Mungkin karena itulah, manusia malas untuk membicarakan hal kematian. Namun ketika kematian itu datang menjemput, siapapun tidak bisa menolak walaupun berusaha menolaknya. Waktu kematian bagi setiap orang berebda-beda demikian juga cara mati setiap orang juga berbeda-beda, juga rekasi orang menghadapinya. Namun yang jelas bagi kita orang kristiani, kematian bukanlah akhir segala-galanya, tetapi merupakan suatu proses dan jalan menuju hidup yang sesungguhnya yakni hidup bersama Allah dalam kebahagiaan surga. Keyakinan inilah yang senantiasa coba dihayati oleh orang yang mengalami kematian dari orang yang dikasihi, yang masih mengharapkan seseorang itu hidup bersama dalam hidup dunia ini. keyakinan inilah yang menguatkan seorang ibu, yakni sitri dari Bapat Derita Berutu. Bapak Derita Berutu adalah Ketua Dewan Stasi Lae Terondi paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang dan beliau sekaligus Ketua Rayon Sim-sim Pakpak Bharat. beliau meninggal galam usia 33 tahun karena sakit pada hari Kamis 3 September 2009. Sehari sebelum meninggal dunia, beliau menjalani operasi pada bagian perut. Malam sesudah operasi pastor paroki menjenguk beliau, dan malam itu masih kelihatan segar. Dia yang sedang tertidut tiba-tiba bangun dan meminta isterinya melap tangannya dan mengatakan, "Saya belum puas sebelum saya salam pastor." Dia menyalami pastor paroki berserta rombongan dan tidur lagi. Sebelum operasi, beliau membutuhkan darah 2 kantong. Keluarga berusaha mencari juga dari keluarga, namun kewalahan, baru kemudian didapat dari darah pastor dan anak postulat karmel. Bagi beliau dan keluarga, hal ini dirasa membawa suka cita walaupun menderita karena merasa dibantu oleh pastor yang rela menyumbangkan darahnya.
Memang kehendak manusia tidak selamanya menjadi kehendak Tuhan. Tuhan ternyata berkehendak lain. Hari kamis siang 3 September 2009 pkl. 15.00, beliau meninggal dunia. Duka yang mendalam bagi semua terutama bagi anak dan ke 4 anak yang ditinggalkannya. Namun dalam duka, isteri masih dikuatkan oleh Roh Kudus untuk menelepon dan memberitahukan langusng kepada pastor paroki bahwa suami telah meninggal dunia. Isteri dikuatkan karena yakin suaminya dipanggil Tuhan kesisi-Nya, apalagi dalam diri suami mengalir darah seorang pastor. Pemikiran yang sederhana, tapi dapat menghalau duka. Mungkin, dalam duka si isteri mendapat perhatian, penenguhan dari Gereja, dari pastor dan dari rekan-rekan, itu menjadikan beliau kuat menghadapinya.
Dari pengalaman ini, jelaslah bagi kita bahwa perhatian bagi sesama yang menderita akan memberi kepada mereka semangat, kekuatan dan harapan untuk terus berjuang menjalani hidup.

Karmel Cup ke-9

KARMEL CUP KE-9



(tulisan ini merupakan Sajian Khusus yang disadur dari Majalah Menjemaat No.8/XXXI/agustus 2009, tulisan Eka Dan Anne. Mereka dari Majalah Menjemaat yang meliput kegiatan Karmel Cup. Tulisan yang kami sadur ini merupakan bentuk publikasi kegiatan paroki lewat Majalah Menjemaat KAM, dan kami juga ingin mempublikasikannya lebih luas lagi.)
Kegiatan Carmel Cup IX dan perayaan syukuran 800 tahun Regula Carmel diadakan di Paroki Maria Bunda Pertolongan Orang Kristen, JL. Merga Silima 1, Sidikalang. Bertemakan "Menjadi Generasi Muda Katolik yang Beriman dan Berkualitas", kegiatan ini dihadiri oleh 525 mudika yang berasal dari paroki-paroki dalam naungan Carmel. Kegiatan Carmel Cup IX yang dirayakan sekali dalam dua tahun ini diawali dengan misa pembukaan yang dipimpin oleh Uskup Emeritus, Mgr. A.G.Pius Datubara, OFMCap. Kegiatan ini memiliki keistimewaan tersendiri clibandingkan dengan kegiatan Carmel Cup sebelumnya. Keistimewaan itu sendiri dituturkan oleh P. Bernard, O.Carm, Ketua Komisariat Karmel di Sumatera sebagai berikut :"Awalnya kegiatan ini berasumsi hanya untuk memperebutkan juara clan piala bergilir. Lalu karena pemenangnya masih diraih oleh paroki tertentu selama beberapa kali sehingga ada anggapan para mudika yang datang hanya untuk meraih juara saja, maka dilakukanevaluasi terhadap tujuan Carmel Cup itu sendiri. Yang lebih ditekankan adalah membangun persaudaraan diantara kaum muda. Hal lainnya bahwa kegiatan ini diadakan bertepatan dengan waktu liburan yang panjang sehingga bisa diadakan pembinaan. Dan terakhir Carmel Cup IX berawal dari semangat para karmelit sendiri yang melayani paroki-paroki untuk mengembangkan generasi muda supaya sadar akan kehidupan menggereja clan bukan membentuk suatu kelompok pelayanan Carmel sendiri terlepas dari Keuskupan. Yang menjadi tujuan utama adalah pembauran dan penyadaran diri bahwa identitas muda­mudi adalah bagian dari Keuskupan Agung Medan".
Selain itu, juga dirayakan syukuran 34 tahun karya kegembalaan Bapa Uskup Emeritus, Mgr. A.G.Pius Datubara, OFMCap. Sebagai tanda diawalinya kegiatan Carmel Cup IX, maka pemukulan gong serta pelepasan baton secara langsung dilakukan oleh Bapa Uskup. Berbagai kegiatan diadakan, antara lain: lomba baca Kitab Suci dan mazmur, paduan suara, pertandingan bola voli putera dan puteri. Selain itu berlangsung fragmen singkat tentang Panggilan hidup membiara. Pada Rabu, 1 Juli 2009 beberapa perwakilan mudika didampingi beberapa pastor karmel serta panitia mengadakan kegiatan penanaman pohon di tiga stasi paroki Sidikalang, yaitu di stasi Bangun, Pangiringan, dan Simahopuk. Acara penutupan diakhiri dengan misa penutupan, serta pengumuman juara. Para pemenang lomba Mazmur diraih oleh mudika dari Kisaran. Sedangkan untuk Lomba Koor diraih mudika dari Paroki Kisaran. Untuk lomba Kitab Suci, diraih mudika paroki T. Balai. Dan para pemenang pertandingan Voli Puteri adalah mudika Tanjung Balai dan pertandingan voli putera diraih oleh mudika paroki Perdagangan. (Eka Dan Anne)

Karmel: Perayaan Syukur 800 Thn Regula

Mengenal KARMEL lebih dalam
lewat Perayaan Syukur 800 Tahun Regula Karmel
di Sidikalang, 9 Juni —1 Juli 2009

IN OBSEQUI JESU CHRISTI
(Mengikuti Yesus Kristus)

(tulisan ini merupakan Sajian Khusus yang disadur dari Majalah Menjemaat No.8/XXXI/agustus 2009, tulisan bapak Sorang Tumanggor Sa.g. Beliau adalah salah satu Pengurus Dewan Paroki yang menjadi seksi Publikasi. Oleh karena itu, tulisan yang kami sadur ini merupakan bentuk publikasi kegiatan paroki lewat Majalah Menjemaat KAM, dan kami juga ingin mempublikasikannya lebih luas lagi.)

Sudah hampir setengah abad Ordo Karmel berkarya di Keuskupan Agung Medan. Hingga sekarang, delapan paroki KAM dilayani oleh pastor-pastor Karmel, yaitu Sidikalang, Sumbul, Parongil, Tigalingga, Pasar Merah, Perdagangan, Tanjung Balai, dan Kisaran. Dalam sepanjang sejarah, banyak orang yang menghidupi dan menghayati spiritualita Karmel, beberapa menjadi Santo dan Santa yang terkenal dalam Gereja, seperti, Yohanes dari Salib, Theresia dari Avila, Theresia dari Lisieux, dan yang lainnya. Kendati demikian, tentu masih banyak orang belum mengenal Ordo yang sudah tua ini. Berikut paparannya sebagaimana ditampilkan dalam operet yang dibawakan oleh Muda-mudi dari Paroki Pasar Merah dan Perdagangan pada Perayaan Syukur 800 tahun Regula Karmel dipadu dengan Carmel Cup di Sidikalang 29Juni-1Juli 2009.Dari Berperang Melawan Sesame Ke Berperang Melawan Setan. Pada abad ke-12 dan ke-13 banyak orang menyeberang dari Eropa ke Tanah Suci, tempat Yesus pernah hidup dan wafat, dan tanah itu dianggap milik Tuhan. Mereka mau merebutnya kembali dari Langan orang Sarasin dengan peperangan. Sebagian orang-orang yang menyeberang ke Tanah Suci itu insyaf bahwa kekerasan bukan senjata yang tepat untuk mendirikan Kerajaan Allah di dunia ini. Peperangan memaksa orang berbuat kasar dan kejam. Keinginan merebut kembali kekuasaan atas tanah Suci demi Kristus, sering diliputi hati yang dikuasai oleh musuh Tuhan, yaitu setan. Maka, memerangi setan di hati lebih baik daripada merebut kekuasaan atas orang lain.Diantara prajurit dan peziarah itu ada yang mencari kesunyian di tempat-tempat yang dikenang karena kehadiran Tuhan, atau karena karya-karya para nabi. Misalnya Gunung Karmel, yang dikenal sebagai tempat tinggal Nabi Elia. Seiring berjalannya waktu, lambat laun jumlah orang yang bertapa di gunung ini bertambah dan semakin mendesak sebuah pedoman hidup sebagai pengikat bagi mereka. Untuk Itulah St. Albertus, Patriarkh Yerusalem sekitar tahun 1207 menulis (Pedoman Hidup) bagi para pertapa di Gunung Karmel atas permintaan mereka sendiri. Inilah yang biasa disebut sebagai Regula Karmel, yang kelak disempurnakan secara redaksional dan disahkan oleh Paus Innocentius IV dengan bulla Quae Honorem Conditioris pada 1 Oktober 1247.


Menjadi Manusia Baru
Kesederhanaan dan kemiskinan injili merupakan hidup yang mewarnai setiap gerakan rohani pada zaman itu, sebagaimana dapat ditemukan dalam gerakan rohani yang dimotori oleh St. Fransiskus dari Assisi dan St. Dominikus. Hal yang sama juga ditemukan dalam pedoman hidup singkat yang disusun bagi para pertapa di Gunung Karmel. Selain itu, mereka mengutamakan kesunyian dan keheningan dalam hidup bertapa. Namun persaudaraan tetap memberikan warna tersendiri ke dalam hidup mereka. Sebagai saudara mereka menyelesaikan segala persoalan dengan musyawarah.

Mereka juga mencari tempat sunyi untuk melawan setan dalam hati mereka, dan berharap agar Tuhan yang akan berkuasa di situ. Mereka ingin bertemu Tuhan dengan cara merenungkan firman-Nya dan berdoa siang malam. Itulah manusia baru yang dicita-citakan. Keheningan dan kesunyian, pantang dan puasa, pekerjaan dan doa, semuanya harus menunjang hidup ini.Puasa dan pantang mempertajam penglihatan hati dan membantu orang merasakan kehausan dan kelaparan hatinya. Dengan pekerjaan tangan, seseorang menjamin kebutuhan hidup yang sederhana dan dapat membantu saudaranya yang lebih miskin. Berkat pekerjaannya ia bersatu dengan sesamanya dan tidak mudah diganggu oleh setan dengan pikiran yang mengacau. (lih. I Tes 5:12-22)

Menyeberangi Laut: Berkat Pertolongan Bunda Maria
Letak Gunung Karmel berhadapan dengan laut Mediteran (laut Tengah). Para pertapa yang tinggal di gunung itu suatu ketika melihat ke laut, awan naik dan menurunkan hujan serta menyuburkan tanah di sekitar itu, teringat akan Nabi Elia yang melihat hal yang sama dalam Perjanjian Lama dan pada masa ini hal yang sama mereka lihat sebagai lambang Maria. Mereka mendirikan kapel di tengah-tengah pertapaan itu dan mendedikasikannya bagi Bunda Maria Perawan Murni yang mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan Kristus. Maria menjadi pelindung bagi kapel itu di mana para pertapa merasa aman di bawah naungan dan perlindungannya. Sekitar tahun 1238 beberapa pertapa memutuskan untuk menyeberang laut dan kembali ke Eropa akibat pelbagai tantangan pada masa peperangan yang mengancam. Setibanya di Eropa pola hidup kaum pertapa ini tidak serta merta diterima oleh masyarak kesederhanaan dan kemiskinan injili. Pada masa yang sama bermunculan berbagai lembaga religius dan menjadi hal yang wajar apabila seorang pertapa menjadi seorang pewarta. Sekitar tahun 1300, Paus Bonifasius VIII mengakui dan mengesahkan Ordo ini sepenuhnya, seperti halnya Ordo Fransiskan, Dominikan dan Agustian. Situasi hidup yang baru di Eropa, yaitu sebagai kelompok pewarta lnjil dengan tetap menjunjung tinggi cita­cita awali mengharuskan Kapitel Jenderal 1247, meminta kepada Paus Inosensius IV agar pedoman hidup mereka "dilonggarkan" sesuai dengan keadaan baru. Orang meraba-raba batas antara keheningan pertapaan dan kebisingan kota, kesederhanaan Injil dan tuntutan pewartaan. Kendati demikian, Kapitel Jenderal tahun 1247 ini telah membuka pintu ke suatu masa depan yang baru. Dalam rentang waktu seratus tahun, pertapaan kecil yang tersembunyi di Gunung Karmel sudah berkembang menjadi suatu Ordo dan mempunyai sekitar 150 biara dalam sepuluh provinsi. Menurut legenda, Santo Simon Stock, yang menjadi seorang Prior Jenderal pada abed XIII, selalu memohon dan berharap pada Maria. Akhirnya Ordo Maria ini berlabuh dengan aman di tengah-tengah Ordo Mendicans (=para pengemis) lain. Hubungan Maria dengan anak-­anaknya itu diungkapkan dalam rupa skapulir suci sebagai tanda perlindungan dan sekaligus menjadi tanda kebaktian. Seluruh keluarga besar Karmel mengenangkan segala kebaikan Bunda Maria dengan penuh syukur pada Hari Raya Maria dari Gunung Karmel, pada 16 Juli.

Nabi Elia sebagai Pendiri?
Berbeda dengan ordo atau kongregasi lain, Ordo Karmel tidak mempunyai seorang pendiri tetapi meneladani Nabi Elia. Mereka mengangkat dan menganggap Nabi Elia dari Tisbe, seorang tokoh Perjanjian Lama yang dipanggil Tuhan untuk menyelamatkan peerjanjian umat dengan AlIahnya. Elia hidup di Gunung Karmel, bersemuka dengan Allah dan berjuang gigih melawan segala berhala. Tradisi ini pun diwariskan kepada Ordo Karmel; yang merayakan pestanya pada 20 Juli. Hidup kontemplatif Karmel berilham pada nabi Elia, sebagai fundator dan inspirator.

Familia Carmelitana (Keluarga Karmel) Indonesia
Karmel masuk ke Indonesia lewat perantaraan dua martir, Beato Dionysius dan Redemptus. Mereka tinggal di Goa, India. Dari sana mereka berlayar ke banyak tempat untuk mendampingi para saudagar. Pada tahun 1636, kedua misionaris ini menemukan ajalnya di Aceh karena kesetiaan pada keyakinan agamanya, akan pribadi Kristus. Setelah mereka meninggal, tahun 1923 Karmel masuk kembali ke Indonesia, memperkuat barisan pewartaan Injil di Jawa Timur. Mereka melayani umat dengan pusat misinya di kota Malang. Tahun 1965 sejumlah anggota Ordo ditugaskan untuk berkarya di Keuskupan Agung Medan dengan pusat pelayanan di daerah Dairi, Sidikalang. Kini Ordo Karmel telah berkarya di delapan paroki, yaitu Sidikalang, Sumbul, Parongil, Tigalingga, Perdagangan, Kisaran, Tanjung Balai, dan Pasar Merah (Medan). Adapun daftar Keluarga Karmel yang tersebar di Indonesia, yakni: Biarawan Ordo Karmel (O.Carm), Biarawati Kontemplatif Karmelites (O.Carm), Biarawan Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD), Biarawati Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD), Hermanas Carmelites (H.Karm), Suster Carmelite Missionaries (CM), Suster Putri Karmel (P.Kann), Biarawan Carmelitae Sancti Eliae (CSE), Suster Putera-Puteri Yesus Kristus (PPYK).Banyak Kongregasi lain yang berafiliasi (bergabung) dengan Ordo Karmel. Selain itu, ada dari kalangan kaum awam, yang menghayati spiritualitas Karmel, seperti: Saudara­Saudari Tertiae Carmelitarum (TOC) (T.Ocarm), SaudaraSaudari Ordo Cannelitaruin Discalceatorum Sekulir (OCDS), Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM), Saudara-Saudari Carmelite Missionary Secular (CMS), Muda-Mudi Edith Stein Vocation Club (EVC), Friends ofCarmel (FC).

Dari mana Perayaan REGULA KARMEL?
Sebagai pedoman hidup bagi para kelompok Karmel diberikan oieh Uskup Albertus Patriakh Yerusalem. Dalam pemberian Regula tersebut tidak diterakan tanggal dan tahun pasti, namun Ordo Karmel mengambil kepastian historic masa tugas Patriakh Yerusalem tersebut yaitu tahun 1207 – 1211. Santo Albertus wafat terbunuh di Yerusalem. Atas dasar masa tugas inilah Ordo Karmel diperkenankan merayakan 800 tahun antara tahun 2007 – 2011 sesuai dengan situasi masing‑masing. Untuk Komisariat Karmel Sumatera merayakannya antara 29 Juni – 1 Juli 2009. Sedangkan di Malang sudah merayakannya pada tahun lalu.

(Sorang Tumanggor, S.Ag, dari berbagai Sumber)

VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites