MISA INKULTURASI BUDAYA DAN BAHASA SIMALUNGUN
Dalam Rangka Bulan Kitab Suci Nasional
13 September 2009
Dalam Rangka Bulan Kitab Suci Nasional
13 September 2009
Demikianlah kiranya tanda salib dan pembukaan dalam perayaan Ekaristi berbahasa Simalungun. Misa Inkulturasi dalam budaya dan bahasa Simalungun ini merupakan Minggu kedua dalam bulan Kitab Suci yangmana dalam merayakan bulan Kitab Suci Nasional ini. Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang mengisinya dengan misa Inkulturasi. Perayaan Ekaristi ini dipersembahkan oleh Pastor Paroki yakni Pastor Antonius Manik O.Carm. Beliau memang bukan orang Simalungun, tetapi beliau lahir dan besar di Daerah Simalungun yakni tepatnya di Pematang Siantar. Walaupun pastor Anton tidak begitu pasih dalam berbahasa Simalungun, beliau dengan penuh iman, penghayatan dad an perayaan ini berjalan dengan penuh hikmaht.
Di sini kami sampaikan jalannya perayaan tersebut melalui beberapa foto selama perayaan:
RAMAH TAMAH
Seperti biayasanya, sesudah perayaan Ekaristi diadakan ramah tamah di Aula. Etnis yang bertugas saat itu, mengundang dan menjamu undangan yakni mewakili umat: Pastor, Para suster, Dewan Pastoral Paroki, para pengurus lingkungan, kelompok koor dan beberapa umat. Sebelum acara ramah tamah yakni makan bersama, diadakan acara manorto bersama. Umat yang etnis Simalungun merasa kembali ke kampung halamanan mereka di tanah Simalungun. Tentu dengan demikian akhirnya mereka merasa, bahwa Gereja Katolik / paroki juga menjadi rumah 'mereka'.
Di sini kami sampaikan jalannya perayaan tersebut melalui beberapa foto selama perayaan:
RAMAH TAMAH
Seperti biayasanya, sesudah perayaan Ekaristi diadakan ramah tamah di Aula. Etnis yang bertugas saat itu, mengundang dan menjamu undangan yakni mewakili umat: Pastor, Para suster, Dewan Pastoral Paroki, para pengurus lingkungan, kelompok koor dan beberapa umat. Sebelum acara ramah tamah yakni makan bersama, diadakan acara manorto bersama. Umat yang etnis Simalungun merasa kembali ke kampung halamanan mereka di tanah Simalungun. Tentu dengan demikian akhirnya mereka merasa, bahwa Gereja Katolik / paroki juga menjadi rumah 'mereka'.
TARIMA KASIH
0 komentar:
Posting Komentar